Alanda Kariza Menanyakan Pertanyaan Penting ke Perdana Menteri Kanada, Dan Ini Jawabannya

Siapa di sini yang “naksir” Alanda Kariza? Sayaaa… *tunjuk tangan* Menurut saya, semua anak muda Indonesia patut, deh, naksir sama cewek kelahiran 1991 ini.

Nggak hanya pintar (dan langganan mendapatkan beasiswa serta penghargaan selama kuliah), Alanda pun merupakan seorang penulis produktif serta seorang aktivis internasional.

Alanda juga pendiri social enterprise Sinergi Muda, salah satu dari 40 Most Influential People in 2010 versi Media Indonesia, dan penerima penghargaan ASHOKA Young Changemakers Awards 2010: Innovation in Clean Water and Sanitation untuk kerja sukarelanya dalam kampanye The Cure For Tomorrow.

Tahun ini, Alanda—yang sedang kuliah S2 di Coventry, Inggris—terpilih menjadi ketua umum Perhimpunan Pelajar Indonesia United Kingdom, periode 2016-2017.

Wow, kamu makannya apa, sih, Alanda?

Awal tahun ini, Alanda menghadiri acara World Economic Forum di Davos, mewakili komunitas Global Shapers.

Dalam sebuah sesi diskusi yang bertema "kesetaraan gender", Alanda bertanya kepada Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, sebuah pertanyaan yang menarik…

“Indonesia adalah negara yang sudah pernah punya kepala negara seorang perempuan, sebelum Amerika Serikat, setelah merdeka 70 tahun.

Tapi Indonesia juga merupakan negara yang memiliki nilai-nilai agama yang menyatakan, misalnya, begitu kamu menikah, seorang perempuan harus melayani suaminya.

Saya ingin bertanya ke PM Trudeau, sebagai pemimpin negara yang multikulturan dan multi-keyakinan. Bagaimana rencana Anda mendorong rakyat, khususnya perempuan, untuk merengkuh agenda persamaan gender? Tanpa mengkompromosikan nilai-nilai agama yang mereka pegang sejak lama sekali.”

Dan berikut jawaban PM Trudeau…

“Bagi saya, yang penting kita harus paham bahwa tindakan-tindakan kita [dalam hidup bermasyarakat] bisa cepat berubah, tetapi biasanya perubahan pola pikir memakan waktu lebih lama.

Saya sangat pede [terhadap masa depan] ketika melihat situasi keragaman di sekolah dasar dan SMA [di Kanada].

Saya melihat, para siswa [yang beragam tersebut] saling belajar dari satu sama lain, dan mereka paham bahwa nilai-nilai yang mereka dapat dari ortu atau kakek-nenek mereka mungkin nggak cocok, atau nggak sepenuhnya teradaptasi, atau nggak sepenuhnya berfungsi di dalam masyarakat kita yang modern, plural, dan beragam.

Tapi bukan berarti anak-anak muda tersebut harus malu atau menolak nilai-nilai yang diajarkan keluarga, tanah kelahiran, dan tempat asal mereka.

Artinya, kita harus terus-terusan “menantang” untuk meng-update karakter sosial dan budaya masyarakat, supaya masyarakat terus berubah.”

Intinya adalah…

Menurut Alanda Kariza, Indonesia sebetulnya modern, lho. Buktinya, Indonesia sudah pernah punya presiden Indonesia, cukup jauh sebelum Hillary Clinton menjadi capres.

Tetapi, di saat yang bersamaan, Indonesia juga “konservatif”. Salah satunya karena nilai-nilai keagamaan yang kita junjung tinggi.

Trys, kadang, sikap konservatif ini bertabrakan dengan era modern. Misalnya, masyarakat Indonesia masih punya anggapan, kalau sudah menikah nanti, kita harus melayani suami. Karier, pendidikan, dan menyelamatkan dunia, nomor dua dulu, deh!

Bahkan Youthmanual beberapa kali menerima pertanyaan yang bernada, “Kak, aku ingin masuk jurusan xxx dan bekerja sebagai xxx, tapi orangtua saya nggak setuju, karena katanya saya perempuan!”

Youthmanual pun pernah sharing panjang lebar tentang bagaimana anak-anak muda perempuan di Indonesia banyak yang nggak—nggak mau atau nggak boleh—kuliah, karena kami juga ikut prihatin.

Nah, Alanda bertanya ke PM Trudeau, gimana cara agar masyarakat bisa menerima persamaan gender (baca: perempuan harus bisa dan harus didukung kalau mereka berkarier dan berkarya setinggi-tingginya), tanpa harus “mendobrak” nilai-nilai yang mereka anut selama ini?

Jawaban PM Trudeau cukup bijak.

Menurut beliau, dimana-mana, masyarakat itu nggak pernah akan sama terus. Masyarakat akan selalu berubah, dan memang harus berubah terus, baik pemikirannya maupun tindakannya.

Selain itu, makin ke sini, masyarakat semakin plural dan beragam. Well, dari awal, manusia memang sudah diciptakan beragam oleh Tuhan, tapi sekarang, manusia-manusia beragam ini semakin membaur.

Nah, kita harus paham bahwa POLA PIKIR juga pastinya akan berubah, tapi perubahannya lebih lambat.

Bahkan mungkin, nasehat atau prinsip yang kamu dapatkan turun-temurun dari keluarga kamu MUNGKIN sudah nggak terlalu cocok atau relevan dengan situasi sekarang ini.

Contohnya ya, itu tadi. Misalnya kamu perempuan, dan keluarga nggak mendukung kamu bersekolah dan berkarier setinggi-tingginya, karena mereka yakin bahwa perempuan harus selalu “kembali ke rumah” untuk jadi “wanita seutuhnya”. Nggak bisa jadi ibu, istri, dan berkarya sekaligus.

Hmmmm… benar harus begitu? Masa' kamu lupa sama speech kerennya Chimamanda Ngozi Adichie, yang sampai dimasukkan ke dalam lagu Flawless-nya Beyonce?

Bukan berarti kamu harus langsung menentang keluarga kamu, lho! Nanti bisa-bisa malah timbul perpecahan keluarga. Harus pelan-pelan, sob. Seperti kata PM Trudeau, karakter sosial dan budaya memang harus selalu di-“update”, tapi perubahan pemikirannya nggak bisa langsung terjadi.

PM Trudeau juga mengingatkan kita bahwa masyarakat memang selalu berubah, selalu shifting. Kata beliau, lihat aja isi majalah-majalah tahun 1950an, misalnya. Nilainya berbeda sekali dengan zaman sekarang.

Coba, deh, kamu Google atau cari majalah-majalah tua, dan lihat iklan-iklannya. Kamu akan lihat bahwa bahkan di negara barat, zaman dulu, perempuan dipandang dengan rendah banget. Terutama kalau dibandingkan dengan zaman sekarang.

Zaman dulu, dunia cuma milik laki-laki. Perempuan melayani aja, deh!

Zaman dulu, perempuan "patut" dimarahi kalau kamu nggak bisa mengurus urusan dapur, bahkan sesimpel nggak menyediakan kopi segar.

Zaman dulu, anak perempuan cuma dianggap BISA JADI RESEPSIONIS, dan nggak akan bisa berkarier lebih tinggi lagi, misalnya, jadi dokter gigi. FYI, Ini adalah sebuah iklan pasta gigi.

Zaman dulu, masyarakat terang-terangan menekankan bahwa perempuan cuma akan dinilai dari fisik, bukan kepribadian, apalagi otak. Seperti di film Monalisa Smiles, ya!

You see? Nilai atau ajaran yang kita yakini sekarang belum tentu bisa diterima di masa depan, karena, misalnya, ternyata nggak berdasar, nggak logis, nggak adil, dan nggak mendatangkan kemakmuran bersama.

Last but not least, PM Trudeau bilang, kita harus sangat menghargai nilai-nilai keagamaan setiap orang, tapi jangan lupa, kita juga punya nilai-nilai “umum” yang dipegang oleh seluruh masyarakat di dunia, yaitu saling menghormati, saling terbuka, dan persamaan. Itulah aturan main yang harus kita terima, kalau kita mau hidup berdampingan di sebuah free society.

Kalau kita mau jadi negara yang diverse tapi kuat, kita harus berusaha keras mempertahankan ini.

Pertanyaan Alanda ada di menit ke-50:04

(sumber gambar: post-gazette.com, youtube.com, Instagram @alandakariza, pinterest.com, collectorsweekly.com, huffingtonpost.com, thoughtcatalog.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Allysa Kamalia Putri | 2 bulan yang lalu

ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?

Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran Hewan
Nina Syawalina | 2 bulan yang lalu

Kak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?

5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanan
AVERILIO RAHARJA | 3 bulan yang lalu

semangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/

5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus
Averilio Raharja | 3 bulan yang lalu

semoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/

5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1