Menghakimi vs Menasihati, Apa Bedanya?

Pernahkah kamu berada dalam situasi yang membutuhkan nasihat dari seseorang, tapi akhirnya kamu malah mendapatkan komentar seperti ini:

“Ahh, yang punya masalah bukan kamu doang kali!”

Atau pernahkah kamu mendengar temanmu berkata seperti ini:

“Mau kurus tapi hobinya ngemilin coklat mulu. Nggak heran kalau tetap gendut.”

“Udah cantik/ganteng, anak orang kaya. Tapi kelakuan nggak ada bener-benernya.”

Yap! Pasti kebanyakan dari kamu pernah mendengar kalimat-kalimat seperti yang di atas. Atau tanpa sadar kamu mengucapkan kalimat tersebut ke orang-orang di sekitarmu. Padahal maksud kamu nggak seperti itu.

Well, terkadang orang-orang masih bingung dalam membedakan antara menghakimi a.k.a judging dan menasihati. Bahkan, beberapa orang sering kali mengatakan bahwa dia suka kesal karena orang yang dia nasihati nggak mau mendengarkan nasihat yang dia berikan.

Dari sisi pendengarnya sendiri, orang tersebut bukanlah sedang memberikan nasihat. Tapi, justru sedang menghakimi dirinya. Anyway, menghakimi dan menasihati itu dua hal yang berbeda, lho.

Biar kamu nggak bingung, yuk, simak 5 perbedaan antara menghakimi dan menasihati berikut ini!

1. Menghakimi biasanya menggunakan kata-kata kasar. Sedangkan, menasihati lebih memilih kata-kata yang sopan

Coba, deh, kamu perhatikan orang-orang yang suka menghakimi, biasanya mereka akan cenderung menggunakan kata-kata kasar—yang di mana bisa menyakiti perasaan orang lain.

Tapi, lain halnya kalau seseorang sedang memberikan nasihat, gaes. Biasanya, orang-orang yang sedang memberikan nasihat akan lebih memperhatikan pemilihan kata dan bahasa yang akan mereka gunakan biar nggak menyakiti perasaan orang lain.

2. Menghakimi lebih condong menggunakan kata-kata yang menjatuhkan. Sedangkan, menasihati menggunakan kata-kata yang memotivasi

Selain menggunakan kata-kata kasar, ketika seseorang sedang menghakimi orang lain, biasanya mereka akan menggunakan kata-kata yang nggak membangun atau menjatuhkan semangat orang lain. Mereka lebih suka membicarakan kesalahan-kesalahanmu saja, tanpa peduli apakah itu akan melukai perasaanmu atau nggak.

Berbeda dengan seseorang yang sedang menasihati orang lain. Biasanya mereka akan memberikan kata-kata semangat dan menyakinkan dirimu bahwa kamu bisa melalui semua masalah dengan baik.

3.  Seseorang yang suka menghakimi akan langsung fokus kepada kesalahan orang lain. Orang yang suka menasihati akan melihat dari semua aspek

Orang yang suka menghakimi biasanya hanya akan peduli terhadap kesalahan yang dilakukan oleh orang tersebut. Mereka akan lebih mengarahkan keadaan yang terjadi terhadap apa yang mereka suka dan yang nggak mereka suka kepadamu.

Sementara, orang yang sedang menasihati kamu, nggak hanya terfokus pada apa yang salah saja. Melainkan, melihat semua masalah dari berbagai sisi.

Dengan kata lain, mereka akan menjelaskan dulu apa kesalahanmu. Lalu, baru memberikan saran-saran yang bisa kamu gunakan untuk memperbaiki diri ke arah yang lebih baik

4. Menghakimi membuat seseorang nggak mampu membela diri. Sedangkan, menasihati memberikan jalan keluar yang akan dipilih

Seseorang yang sedang menghakimi biasanya mampu membuat kamu nggak mampu berkata-kata untuk bisa membela ataupun menjelaskan keadaanmu yang sebenarnya. Kenapa? Karena memang orang yang sukanya menghakimi orang lain, merasa paling tahu, paling benar, dan paling bersih tanpa noda sedikitpun.

Sedangkan, orang yang sedang menasihatimu akan mendengar keluh kesahmu. Mereka akan memberikan berbagai pilihan yang layak untuk kamu pilih sendiri berdasarkan ceritamu.

5. Menghakimi lebih ke arah menggurui. Menasehati lebih ke arah seseorang yang selalu ada untuk kamu

Tanpa disadari, kalau seseorang sedang menghakimi biasanya mereka akan berubah menjadi sosok orang yang menggurui atau semena-mena. Mereka nggak mau mendengar dan mencari tahu apa yang sebenarnya dirasakan oleh orang yang sedang berbicara kepadanya.

Sementara, kalau seseorang sedang menasihati orang lain, perlakuan yang mereka berikan pun biasanya akan lebih mengayomi—layaknya seorang sahabat yang selalu siap mendengarkan ceritamu atau layaknya seseorang yang memang peduli terhadapmu alias bukan cuma sekedar kepo-kepo saja.

***

Jadi, gimana? Dari penjelasan di atas kamu sudah tahu, ‘kan, apa bedanya? Well, mulai dari sekarang, ada baiknya kalau kamu nggak menghakimi orang lain dengan sembarangan, gaes.

Dan kalau kamu memang sedang menasihati teman, sahabat, kakak adek, atau siapapun itu—cobalah untuk lebih memperhatikan penggunaan kata yang akan kamu gunakan. Jangan sampai mereka merasa kamu bukannnya sedang menasihati untuk kebaikan, melainkan merasa kamu sedang menghakimi diri mereka.

Lagipula kalau kamu sendiri yang di-judge oleh orang-orang terdekatmu atau orang lain, kamu juga nggak akan suka, ‘kan? Hehehe.

 

Baca juga:

 

(Sumber gambar: ninosnuggetz.com, enterpeneur.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 11 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 21 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1