Sekilas Fakta dan Mitos Seputar HIV/AIDS

Tanggal 1  Desember lalu adalah Hari Peringatan AIDS sedunia. Sampai saat ini, AIDS masih dikategorikan sebagai penyakit berbahaya. Kalau zaman saya sekolah dulu, dibilangnya AIDS itu penyakit yang nggak ada obatnya, susah sembuh, dan risiko kematiannya tinggi.

AIDS juga disebut-sebut dapat menular dengan mudah. Bahkan ada yang bilang, bersentuhan dengan ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) bisa bikin kita ketularan. Wah, memang iya?

Kebetulan hari Selasa lalu, saya mengikuti acara pemutaran film dan diskusi mengenai AIDS di @america. Film-nya sendiri adalah karya sutradara Sammaria Simanjuntak yang berjudul "Misteri Anu Jatuh". Selain menghadirkan praktisi medis, acara berjudul "World AIDS Day: Living With HIV" ini juga menghadirkan dua ODHA sebagai narasumber. 

Wah, pengetahuan saya langsung bertambah banyak, setelah mengikut acara ini. Ada beberapa hal  tentang HIV/AIDS yang selama ini saya kira benar, ternyata salah. Berikut hal-hal penting yang saya dapatkan setelah ikut diskusi tersebut.

1. HIV bisa menular lewat sentuhan

Seringkali kita mendengar bahwa HIV bisa menular lewat sentuhan atau kontak fisik dengan penderita HIV. Ini mitos, gaes!

Sebenarnya HIV hanya menular melalui cairan tubuh yang jumlahnya cukup besar untuk menularkan virus HIV. Cairan tubuh yang dimaksud adalah darah, air mani, cairan vagina, dan ASI. Artinya, HIV bisa menular melalui transfusi darah, hubungan seks, ataupun ibu yang sedang menyusui. 

HIV juga bisa menular melalui penggunaan jarum suntik yang bergantian. Ini, sih, khususnya untuk pengguna NAPZA suntik, atau yang biasa disebut penasun. Jadi, HIV nggak bisa menular hanya lewat sentuhan, ya.

2. Tanda-tanda orang terkena HIV

Sebenarnya, secara umum, orang yang mengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala tertentu. Kalaupun ada gejala, gejalanya pun hanya seperti sakit flu, tetapi disertai nyeri-nyeri persendian.

Bahkan kalau kamu pernah baca atau dengar bahwa pengidap HIV mengalami penurunan berat badan drastis, itu nggak sepenuhnya benar, gaes. Hal ini mungkin benar untuk pengidap AIDS. Tapi orang yang terkena HIV sebenarnya baru bisa ketahuan lewat tes HIV, bukan hanya lewat gejala.

Yang perlu diperhatikan sebenarnya bukan gejalanya, tetapi perilaku yang berisiko menularkan HIV/AIDS, seperti perilaku pekerja seks dan pengguna narkoba suntik, Wih, risiko mereka tinggi sekali, lho. HIV. Trus, kalau ada seseorang terkena HIV/AIDS, semua anggota keluarganya harus menjalani tes HIV.

3. HIV belum ada obatnya

Mungkin banyak di antara kamu yang belum tahu kalau penderita HIV sekarang ada obatnya, bernama antiretroviral (ARV). Jadi, obat antiretroviral ini adalah untuk memperlambat pertumbuhan retrovirus, termasuk HIV.

Obat antiretroviral ada banyak macamnya dengan fungsi spesifik yang berbeda-beda. Makanya, penggunaan obat antiretroviral biasanya dikombinasikan dengan tiga macam obat ARV lainnya, agar dampaknya lebih terasa.

4. HIV tidak bisa disembuhkan

Meski begitu, tujuan pengobatan dengan ARV bukan menghilangkan HIV dalam tubuh, tetapi hanya memperlambat pertumbuhannya. Maka sampai saat ini, HIV belum bisa dikatakan sebagai penyakit yang dapat disembuhkan total. ARV hanya menekan virus HIV, sampai jumlahnya cukup kecil bahkan sampai tidak terdeteksi oleh tes HIV. 

5. Orang yang sudah punya HIV cepat meninggal

Orang-orang umumnya berpikir bahwa penderita HIV umurnya nggak panjang. Sekali kena HIV, umurnya akan sangat pendek.

Proses HIV menjadi penyakit AIDS sebenarnya memakan waktu yang cukup lama. Setidaknya, fase HIV positif bisa mencapai lima sampai sepuluh tahun. Itupun masih ada fase pembesaran kelenjar limfa yang ditandai dengan penurunan drastis berat badan, sebelum sampai di fase terakhir, yaitu AIDS. Tanpa pengobatan, penderita AIDS diperkirakan dapat bertahan hidup kurang lebih tiga tahun.

Sebenarnya, kalau dilakukan penanganan dini, HIV bisa nggak berkembang menjadi AIDS. Pengobatan teratur dengan antiretroviral ditambah dengan perilaku hidup sehat seperti makan makanan sehat dan tidak merokok, dapat mencegah berkembangnya HIV menjadi AIDS. 

Stres pun bisa mempercepat waktu berkembangnya HIV menjadi AIDS. Sampai saat ini pun, kalau kita mendengar kata HIV/AIDS, kesannya udah seram, horor, mematikan, bahkan aib. That's why, nggak sedikit ODHA yang merasa stres dengan penyakitnya dan kurang mendapatkan support dari orang-orang terdekatnya.

Padahal yang paling penting sebenarnya jauhi penyakit HIV/AIDS, bukan penderitanya!

(sumber gambar : haikudeck.com, avert.org, medscape.com, wired.com, aidsinfo.nih.gov)

 

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 24 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 1 bulan yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1