Kadang Kita Berhasil, Kadang Kita Belajar – Bagaimana Tokoh Sukses Menyikapi Kegagalan
- Mar 24, 2017
- Fatimah Ibtisam
Apakah orang sukses adalah orang yang selalu berhasil, selalu menang? Nope, orang sukses adalah orang yang bisa menyikapi kegagalan dengan tepat. Jadi saat jatuh atau kalah, mereka bukannya gagal, tapi belajar.
B.J. Habibie
Kalau ngomongin orang sukses di Indonesia, pikiran saya langsung ke Bapak Rudy Habibie. Setuju? Ia menjadi murid cerdas di sekolah, masuk Institut Teknologi Bandung, mendapat beasiswa ke Jerman, hingga mendapat sederet gelar (yang susah diucapin, hihihi), "Prof. Dr.-Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng".
Dalam karier, Habibie memiliki perkerjaan bagus di Jerman walau akhirnya memilih untuk balik ke Indonesia. Trus, teorinya dalam dunia penerbangan dipatenkan dan masih dipakai hingga saat ini. Beliau juga menduduki sejumlah jabatan penting dari menteri, wapres, hingga Presiden ke-3 RI.
Bersinar banget ya, Pak Rudy Habibie?
Eh, tapi kamu pasti tahu dong, periode pemerintahan singkat Presiden Habibie selama 17 bulan dari tahun 1998 hingga 1999 yang dikenal dengan dimulainya era reformasi. Sedikit flashback, setelah Bapak Soeharto mengundurkan diri, Pak Rudy Habibie yang ketika itu menjabat sebagai wapres, naik menjadi presiden. Tanpa dibantu wapres, beliau kerja keras membenahi negara yang saat itu terpuruk karena krisis ekonomi, pelanggaran HAM, maraknya Korupsi Kolusi Nepotisme, dan masalah demokrasi.
21 Mei 1998, Pak Habibie dilantik sebagai Presiden ke-3 RI.
Nah, walau sudah fokus bekerja, ia banyak mendapat kritik, dan puncaknya adalah ketika Laporan Pertanggungjawaban Habibie sebagai presiden DITOLAK oleh MPR. Dengan kata lain, ia dinilai nggak berhasil sebagai Presiden. Ouch!
Gaes, kadang kita sudah usaha maksimal, tapi ternyata hasilnya nggak seperti yang diharapkan. Seperti skripsi yang dikerjain mati-matian, eh ditolak mentah-mentah sama pembimbing. Atau nggak lolos SNMPTN dan SBMPTN padahal selama ini kita tergolong siswa berprestasi dan tiap hari belajar pagi sampe malem. Hih, rasanya, pengen mamam batako!
Tapi coba deh, belajar dari pengalaman Pak Habibie menghadapi penolakan MPR.
Pertama, beliau mengaku kecewa sih, dengan ditolaknya laporan pertanggungjawaban tersebut. Tapi bukannya denial atau protes keras, Pak Habibie menerima keputusan itu. Memang perlu sih, belajar menerima kenyataan, sepahit apapun itu.
Kedua, beliau menghargai analisa dan kritik terhadap dirinya. Boleh jadi kamu menganggap yang kamu lakukan sudah baik, tapi jangan tutup telinga dari kritik serta pendapat orang lain. Walaupun belum tentu kamu sepakat sepenuhnya dengan pendapat tersebut.
Ketiga, evaluasi diri. Setelah mendengarkan masukan dari orang lain, kembalikan ke diri kita, evaluasi apa yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki dari diri. Pak Habibie sendiri menyadari kelemahannya selama menjadi Presiden, yaitu terlalu cepat mengambil keputusan.
Keempat, Pak Habibie nggak ragu mengakui kesalahan dan kelemahan. Bahkan beliau menyatakan nggak bersedia dicalonkan kembali jadi presiden. Yup, soalnya Pak Habibie sangat profesional. Ia merasa nggak etis untuk diangkat menjadi calon presiden, ketika LPJ sebagai Presiden ditolak. Yup, kalau kita memang belum memenuhi syarat, nggak perlu memaksakan. Lebih baik berusaha dan belajar lagi.
Kelima, penolakan dan tidak memiliki jabatan nggak menyurutkan langkah Habibie untuk berkarya bagi bangsa. Buktinya, beliau masih melakukan banyak hal dengan jalan lain, seperti mendirikan The Habibie Center, membuka diri bagi tokoh dan pejabat negara yang ingin konsultasi, terlibat dalam kegiatan sosial budaya, dan banyak lainnya.
Intinya ada banyak hal yang bisa dilakukan. Jika jalan A nggak berhasil, kita bisa coba C, D, E, dan seterusnya. Trus, jangan berhenti melakukan sesuatu karena kita belum berhasil atau merasa gagal.
Misalnya, saat kamu nggak bisa masuk Fakultas Kedoteran, Sekolah Pilot, Fakultas Hukum atau lainnya. FYI, saya juga sempat nangis seminggu gara-gara gagal masuk jurusan idaman. Kamu bisa mencoba tahun depan atau mendaftar di perguruan tinggi lain dengan persiapan yang lebih baik. Kamu pun bisa banting setir, kuliah di bidang lain dan berprestasi di situ.
Steve Jobs
Brand Apple identik dengan nama besar sang maestro teknologi, Steve Jobs. Tapi kamu tahu nggak, sih, kalau Steve pernah dipecat dari Apple? Ah, masa?
Ceritanya, setelah sukses mendirikan Apple, Steve meluncurkan inovasi komputer gaya baru Macintosh generasi 2. Nah, gadget tersebut gagal di pasaran serta dinilai nggak oke. Hal ini bikin Steve didepak dari posisi pimpinan oleh Board of Directors Apple. Bahkan menurut cerita Steve, ia dipecat. Kabar bahwa Steve gagal dan dikeluarkan dari perusahaan yang ia dirikan pun menyebar ke masyarakat. Rasa malu, sedih, terpukul bercampur jadi satu.
Pemberitaan lengsernya Steve Jobs di tahun 1985.
"I was a very public failure. Bahkan aku berpikir untuk pergi jauh," kenang Steve saat berbicara pada acara kelulusan mahasiswa di Stanford University. Tebak, apa yang dilakukan oleh Steve saat semua hal yang sudah ia bangun dan pencapaian yang ia raih hancur?
Pertama, setelah sempat merasa down karena dipecat, Steve menyadari bahwa pekerjaan yang ia lakukan adalah sesuatu yang ia cintai. Artinya, walaupun merasa gagal dan kecewa, Steve nggak akan berhenti melakukan hal yang ia cintai.
Kedua, ia memutuskan mencoba lagi, serta berusaha dan membangun segalanya dari awal. Ternyata memulai sesuatu dari nol, memberikan keuntungan tersendiri bagi Steve. “The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, less sure about everything. Dengan memulai dari nol, membuatku leluasa (dalam bekerja) dan membuatku masuk ke masa-masa paling kreatif dalam hidupku.”
Dengan memulai sesuatu yang baru, Steve merasakan semangat baru. Ia merasa nggak terbebani dengan keharusan untuk sukses. Ia kahirnya membuat perusahaan teknologi NeXT, dan berusaha mewujudkan inovasi-inovasi gokil a la Steve.
Ketiga, Steve juga memperluas bidang yang ia tekuni, yaitu teknologi dalam dunia hiburan film dengan mendirikan Pixar. Pixar kemudian memproduksi film dengan animasi komputer pertama, Toy Story. Seperti yang kita semua tahu, Toy Story sukses berat.
NeXT pun akhirnya dibeli oleh Apple, and guess what? Akhirnya Steve Jobs diminta kembali ke Apple dan mereka meraih sukses besar.
Kalau kata Steve, “Sometimes life hits you in the head with a brick. Don’t lose faith.”
Yup, dalam perjalanan diri, kita pasti akan menemukan kekalahan, dan kegagalan. Wajar sih, kalau ada rasa sedih-sedih dikit, agak kecewa, atau bahkan pengen minggat aja kayak Steve Jobs, hehehe. Tapi jangan sampai emosi sementara tersebut berlarut-larut hingga kita putus asa dan menghentikan langkah kita ya, gaes.
Jatuh bangun adalah bagian dari hidup. Tinggal kita memilih, ingin gagal atau ingin belajar. Semangat!
(sumber: picturequotes.com, wikipedia.org. financetwitter, the verge)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus