11 Etika Saat Berhenti dari Tempat Kerja/Magang
- Mar 03, 2018
- Fatimah Ibtisam
Nggak cuma melamar kerja, wawancara, dan berkarier aja yang ada aturan mainnya. Saat mau berhenti kerja pun ada etikanya. Yup, banyak lho, kejadian anak muda yang bekerja/magang, kemudian “kabur” begitu saja. Atau merengek buat berhenti kerja lantaran masalah sepele. Nggak memahami etika dan aturan resign bisa memberikan pengaruh negatif bagi karier kamu, lho.
Jangan salah sangka, pindah kerja/magang atau berhenti karena merasa kurang cocok, sah-sah saja. Kalau mendapatkan kesempatan yang lebih baik, why not? Namun penting diingat bahwa kamu masuk dengan baik-baik, maka keluar pun harus secara baik-baik.
Baik kasusnya mengundurkan diri, tidak memperpanjang kontrak, atau sebaliknya, tidak diperpanjang kontraknya, kamu harus mengikuti Ikuti aturan dan etika yang berlaku. Kenapa?
Pertama, hal ini menunjukkan profesionalisme kamu. Kedua, bisa saja saat ini kamu nggak memiliki hubungan kerja lagi dengan perusahaan, atasan, dan kolega kerja kamu. Tapi dunia karier ‘kan, saling berhubungan. Mungkin bangetdi masa depan mereka akan menjadi klien kamu. Atau suatu saat kamu melamar di perusahaan/atasan yang dulu. Bayangkan jika kamu “putus kerja” secara tidak baik-baik. Tentunya akan ngaruh pada masa depanmu.
Di samping itu, dalam bekerja koneksi sangat penting. Dan tempat kerja/magang kamu terdahulu juga termasuk koneksimu. Jika kamu meninggalkan impresi jelek karena berhenti tanpa pamit atau masalah lainnya, bagaimana mereka bisa memberikan rekomendasi positif. Jangan salah, banyak lho, perusahaan yang mencari tahu kinerja kamu kepada perusahaan/atasan/kolega tempat kamu bekerja sebelumnya.
Jadi, bagaimana cara kamu berhenti itu penting, ya gaes.
Jika kamu dalam posisi akan berhenti bekerja/magang atau tidak diteruskan kontrak kerjanya, inilah yang perlu kamu perhatikan.
1. Jangan memutuskan berhenti ketika sedang emosi atau karena alasan sepele. Tidak perlu impulsif, sleep on it. Tenangkan diri serta pikirkan baik-baik sebelum menetapkan keputusan. Seorang pekerja di bagian HRD pernah mengeluhkan freshgrad yang mendadak minta berhenti lantaran pekerjaannya nggak mendapat pujian, sedangkan rekannya mendapat pujian. Si freshgrad tersebut langsung merasa gagal, dan nangis-nangis minta berhenti. Waduh, kok jadi kayak anak kecil, ya?
2. Masih berkaitan dengan cerita di atas, hindari drama. Miliki kendali atas dirimu. Menyampaikan ingin berhenti sambil nangis-nangis atau bersikap terlalu emosional bukan hal yang profesional.
Sebagai manusia, wajar jika kita punya emosi dan kadang merasa baper. Apalagi saat baru bekerja. Di situasi tertentu, kita bisa saja merasa nggak kuat atau down berat. Kamu bukan Dilan yang kuat menahan perasaan. #eaaaak. Been there, done that. Jika kamu punya masalah dengan kerjaan, sampaikan ke mentor yang kamu percaya. Jangan langsung menerobos HRD dengan emosional.
3. “Bu/Pak, saya mau berhenti besok.” Seorang karyawan/anak magang punya hak untuk berhenti. Tapi kamu juga harus memberikan waktu. Di dunia profesional, biasanya kamu diminta memberikan 1 month atau 2 weeks notice. Artinya, kamu memberi waktu 2 minggu-1 bulan dari pemberitahuan berhenti hingga waktu di mana kamu resmi tidak bekerja di sana.
Untuk apa sih, waktu tersebut? Pastinya perusahaan mesti bersiap dong. Mulai dari memetakan ulang job desk, penyesuaian sana-sini, sampai merekrut karyawan baru. Kebayang nggak kalau kamu mendadak minta berhenti besok atau malah langsung MIA (missing in action), kamu pasti akan bikin rekan yang lain kerepotan.
4. Selesaikan tanggung jawabmu. Jangan resign dengan mewariskan setumpuk deadline yang terbengkalai. Jika memang ada pekerjaan yang belum selesai/setengah jalan lantaran waktu tidak cukup, sampaikan pada tim, supaya mereka bisa tahu apa saja yang perlu diselesaikan. Berikan juga update yang telah dikerjakan.
5. Mentang-mentang kamu bakalan berhenti, bukan berarti kamu jadi malas-malasan di waktu terakhir. Tunjukkan kinerja terbaik hingga detik paling akhir. Cieee. Tapi beneran deh, ini bisa menjadi penilaian terhadap kamu. Jangan sampai nilai kerjamu jadi minus, gara-gara performa yang nggak maksimal di akhir.
6. Ikuti prosedur yang disyaratkan kantor. Misalnya, kamu diminta mengikuti jadwal exit interview (wawancara dengan HRD sebagai proses resign), ya diikuti saja.
7. Jika ada hutang, barang yang dipinjam, dan urusan lainnya dengan kolega kantor atau perusahaan, selesaikan sebelum kamu keluar.
8. Lebih oke lagi jika kamu menawarkan diri untuk membantu transisi. Misalnya, menjadi mentor untuk penggantimu, atau mengumpulkan file-file/catatan yang terkait dengan pekerjaan. Hasilnya, proses pergantian tanggung jawab menjadi lebih smooth.
9. Jaga hubungan baik dengan kantor lama. Jangan sampai kamu menyebar cerita jelek tentang perusahaan/atasan/kolega lamamu.
Kalau ada kritik, gimana dong? Sampaikan pada HRD atau atasan sebagai masukkan supaya perusahaan bisa lebih baik lagi. Tapi masukkannya based on facts dan profesional, ya. Jangan gara-gara nggak suka sama salah satu rekan kerja, kamu jadi menjelek-jelekkan pekerjaannya.
Oya, bad mouthing atau ngomongin hal jelek tentang mantan kantor/mantan atasan/mantan rekan kerja justru akan buruk bagi image kamu sendiri.
10. Terbuka jika diminta bantuan. Meskipun kamu bukan bagian dari perusahaan lama, bisa jadi kamu akan dimintai bantuan. Misalnya, jika mereka tanya-tanya tempat penyimpanan file, vendor yang pernah kamu hubungi, dan lainnya. Kalau memang kamu available buat membantu dan nggak konflik dengan pekerjaan barumu, maka bantu mereka semampumu.
11. Terakhir, sampaikan rasa penghargaan dan terima kasih pada rekan kerjamu. Bisa dengan bawa makanan atau mentraktir kecil-kecilan. Lebih oke lagi kalau meninggalkan notes personal kepada orang-orang di kantor yang isinya ucapan terima kasih sekaligus permohonan maaf. Karena gimana pun juga nggak ada yang luput dari kesalahan, ‘kan?
Berhenti kerja, tidak diperpanjang kontrak, maupun diberhentikan merupakan bagian dari perjalanan kariermu. Apapun itu, berusahalah menghadapinya dengan positif dan profesional. Siapa tahu di masa depan kalian akan bertemu lagi.
(sumber gambar: amazonaws.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus