Gosipin Soal "Kids Jaman Now" di Dunia Kerja - Jangan Lakukan Ini Saat Melamar Kerja!

Punya rencana magang atau bekerja? Kamu PERLU banget dengerin apa curhatan para manajer, HRD, founder startup, serta para profesional tentang pengalaman mereka bekerja dengan anak zaman sekarang, alias generasi Z dan milenial muda.  Btw, yang termasuk generasi  Z dan younger millennials adalah mereka yang lahir sekitar 1993 serta kamu-kamu yang masih kuliah dan sekolah.

Nah, Youthmanual sempat nguping diskusi serta komplen para senior di perusahaan serta entrepreneur, tentang generasi kamu di dunia kerja. Simak deh, apa kata mereka dan pelajaran apa yang bisa kamu ambil dari pengalaman tersebut. 

1.

“Di kantor, ada freshgrad lulusan S2 dari perguruan tinggi negeri top dengan nilai cum laude. Pas kerja, sibuk buka online course. Dia juga sering cerita tentang visi-nya. Eh, ternyata target pekerjaan yang dikasih kantor nggak ada yang dipenuhi. Akhirnya dia nggak lulus masa percobaan. Kasihan!”

Youthmanual pernah bahas di sini bahwa ada banyak mahasiswa yang punya prestasi gemilang saat kuliah, tapi mengecewakan di dunia kerja. Alhasil, mulai banyak perusahaan yang nggak menilai dari IPK, tapi skill serta attitude yang calon pekerja.

Kalau lihat dari pengalaman di atas, sebenarnya punya visi cemerlang dan cita-cita tinggi bagus. Tapi nggak berarti kamu tiap hari jadi “ngawang” atau asik melakukan hal lain, sehingga nggak fokus dengan pekerjaan dan lupa dengan tanggung jawabmu. Satu lagi, sehebat apapun kamu di kampus, bukan berarti kamu bisa menganggap enteng saat bekerja. Ketika pekerjaanmu dinilai nggak memenuhi target, maka BYE! Prestasi menterang di masa lalu (baca: zaman kuliah) nggak bakal bisa menyelamatkanmu.   

2.

“Ada lulusan S1 dengan IPK 3.90, masuk bareng freshgrad lain yang nilainya nggak sebaik dia. Ternyata, teman yang lain hasil pekerjaannya lebih bagus sehingga dapat pujian dari bos. Sedangkan dia nggak mendapat pujian. Baru tiga minggu kerja, dia resign sambil nangis-nangis karena merasa gagal.”

Pengalaman awal kerja memang nggak selalu mudah, dan ini nggak hanya dialami milenial dan generasi Z saja. Apalagi kalau di kampus kamu termasuk yang dominan dan menonjol. Ingat, dunia kerja beda dengan kampus. Wajar aja kalau kamu yang dulunya mudah dapat nilai oke di kampus, ternyata harus berjuang keras di dunia kerja.

Seorang teman yang berprofesi sebagai jurnalis pernah cerita pengalaman awal bekerja, “Karena performance kerja yang dinilai belum cukup memuaskan, masa percobaan kerja gue ditambah (tertunda diangkat jadi pegawai). Sempat merasa down sih, tapi gue hadapi dan terus berusaha.” Sekarang dia udah jadi editor andal di perusahaannya.

Intinya, be tough, gaes! Ada juga pendapat bahwa banyak anak muda yang mentalnya lembek. Dikritik dikit, langsung baper. Padahal, itu demi kemajuan kamu.  Kamu perlu menyadari bahwa nggak selamanya kamu di atas. Pekerja terbaik sekalipun pernah mengalami kinerja yang nggak oke. Kecewa boleh, setelah itu bangkit. Jangan sedih berlebihan, apalagi sampai ujug-ujug memutuskan resign.

Mutusin pacar aja nggak baik pas lagi emosi, apalagi mutusin hubungan kerja. Jernihkan dulu pikiranmu, sebelum mengambil langkah penting.

3.  

“Di divisi gue, ada karyawan lulusan 2017. Kalau diajarin sesuatu, dia selalu tanya, ‘Ada cara cepetnya nggak?’ Gue jawab, kalau mau cepet, buka aja Waze, banyak jalur cepetnya!"

#JLEB!

Memang sih, generasi sekarang pengen bekerja dengan efisien dan serba cepat. Tapi 'kan, baru diajarin dan belum menguasai pekerjaan. Gimana bisa cara cepet? Lagipula, senior yang ngajarin kamu di kantor, sudah lebih mengerti dan berpengalaman. Biasanya, dia akan mengajarkan cara yang tepat, kok.

Kalau baru diajarin, langsung nanya “cara cepet”, kamu bisa dianggap malas. Secara etika, juga nggak oke. Kesannya meremehkan arahan dari bos/seniormu.

Sebagai karyawan baru, mendingan pelajari dan jalani dulu segala sesuatunya. Baru setelah itu, kalau kamu merasa ada yang kurang efektif, bisa disampaikan ke perusahaan.

4.

A: “Pernah ada yang kirim CV doang di-attachment. Nggak pakai body text sama sekali. Padahal di lowongan, sudah diberi tahu apa aja yang perlu dikirim.”

B: “Wah, kalau gue sih, udah langsung skip lamaran yang kayak begitu. Ditujukan untuk siapa? Keperluannya apa?. Kalau nggak jelas, ya buang!”

Gaes, mengirimkan lamaran kerja tanpa surat lamaran, itu tidak profesional dan tidak sopan. Sekece apapun isi CV kamu, sehebat apapun kamu, percuma aja. Soalnya, dari penelusuran Youthmanual, hampir semua perusahaan nggak "menyentuh" CV yang dikirim begitu aja, tanpa ada surat lamaran yang proper. Apalagi kalau tanpa kata-kata apapun di email.

Makanya, sebelum melamar magang dan bekerja, pelajari lagi deh, soal CV, surat lamaran beserta kelengkapannya.

5.

“Ada teman yang mau rekrut anak baru. Pas calon anak baru itu ketemu HRD , pertanyaan pertama dia adalah ‘Jadi, saya mau ditawarin gaji berapa?’. Lah, situ siapa?!”

Kebanyakan anak muda zaman sekarang memang to the point, kritis, dan berani mengungkapkan pendapatnya. Itu sih, bagus ya. Tapi bukan berarti jadi nggak peduli etika dan kesopanan. Attitude itu penting banget lho, dalam dunia kerja. Kamu bisa gagal diterima hanya karena perilaku yang minus saat interview. Jadi, coba dipikirkan dulu sebelum berkomentar. Hargai juga orang yang mewawancara kamu.

Hal lain yang dikeluhkan soal “anak zaman sekarang” adalah pemintaan gaji yang kelewat tinggi. Well, pastinya kamu pengen dong, mendapat penghasilan yang bagus. Cuma… jangan ekstrim juga lah. Survei dulu berapa kisaran gaji yang sesuai. Kamu pun bisa negosiasi dengan cara yang baik.

Intip deh, tips supaya dapat gaji di atas standar fresh graduate.

6.

“Ada pekerja televisi yang anaknya sering bekerja sampai malam. Trus, orang tuanya datengin HRD (untuk protes). Lah, gimana dong? Anaknya, 'kan, kerja sebagai Production Assistant, yang memang harus syuting dan mengedit (program televisi). Kalau perlu, nggak usah pulang, hehehe.”

"Gue juga pernah diminta menghadap ortunya anak buah gue (pekerja di wedding organizer), untuk menjelaskan kenapa anaknya pulang malam. Alhasil, gue diminta mengantar anaknya ke rumah untuk ketemu ortunya."

Ada dua poin di sini:

Pertama, cari tahu dulu seputar profesi yang kamu jalani. Gimana tipe pekerjaannya, jam kerjanya, tanggung jawabnya, dan lain sebagainya. Berikan juga pemahaman kepada keluarga dan orang terdekat, supaya mereka mengerti.

Kedua, faktanya yang bekerja di situ adalah KAMU. Bisa aja kamu menerima masukan dari keluarga soal pekerjaan, termasuk protes orang rumah karena kamu sering lembur. Tapi, kamu lah yang harus berhadapan dan berkomunikasi dengan perusahaan. Mama, papa, a'a, teteh kamu nggak ada kaitan apa-apa sama atasan dan kantor kamu, sob.

Ada juga nih, kasus anak yang sedang dalam tahap interview kerjaan, dan ibunya mengambil alih untuk NEGO GAJI SAMA HRD.

Wah, speechless deh, kalau udah sampai kayak begini. Ini negosiasi gaji untuk pekerjaan kamu lho, bukan nawar baju di Thamcit. Plis, jangan ditiru ya, sob. Bisa-bisa mama kamu yang direkrut jadi karyawan baru. #eaaak!

attitude di dunia kerja

7.

“Pernah interview calon anak magang, dan cerita bahwa nantinya tugas dia adalah bantuin redaksi. Mulai dari persiapan foto, meminjam barang (koleksi barang dari produsen/toko) untuk pemotretan, dan lainnya. Trus, dia nanya, ‘Minjem barangnya ada yang nemenin ‘kan, kak?’”

Biasakan untuk mandiri deh, sejak bangku kuliah. Di dunia kerja, memang banyak proyek yang digarap bersama alias mengandalkan team work. Namun di sisi lain, banyak pula pekerjaan yang perlu kamu lakukan sendiri. Kamu harus belajar independen, karena semua memiliki job desk masing-masing. Dan kebetulan, nggak ada karyawan yang ditugaskan “nemenin kamu ke mana-mana”, tuh.

***

Gaes, obrolan di atas bukan mau mendiskreditkan generasi kamu, tapi supaya kalian nggak melakukan kesalahan yang sama. Anak muda zaman sekarang punya potensi yang besar untuk maju dalam karier dan usaha. In fact, kalian lah masa depan. Sayang banget kalau potensi dan kelebihan yang dimiliki jadi sia-sia karena kesalahan konyol.

(sumber gambar: fortyfy.fr, smartlegal.hu, corovan.com, rekroot.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 16 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 26 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1