Tiga Brand Favorit Youthmanual di Brightspot Market 2015
- Sep 23, 2015
- Dian Ismarani
Siapa yang nggak tau Brightspot Market? Pasti pada tau, ya. Soalnya, local market ini adalah pelopor acara sejenis di Indonesia. Local market dan bazaar begini 'kan sebenarnya udah banyak banget muncul dimana-mana, tetapi Brightspot Market adalah pencetusnya, and people won’t forget that.
Brightspot Market rutin digelar setiap taun sejak 2009, dan taun ini, ia bertempat di sebuah pelataran di samping Senayan City dan terdiri dari dua tenda terpisah. Sebelah Selatan untuk fashion, sebelah Utara untuk food, home and craft.
Sejak hari pertama dibuka, feed media sosial saya penuh dengan post barang-barang unik dan makanan-makanan seru disana. Saya jadi galau berat! Pengen kesana, tapi takut khilaf. Soalnya, di local market begini, biasanya duit saya cepet ngacir dari satu tenant ke tenant lain.
Huft, ujung-ujungnya iman saya goyah, Kak. Karena penasaran dengan produk-produk lokal berkualitas internasional yang ada disana, cusss, berangkat, deh, ke Senayan City!
Sesampainya di Brightspot Market, tiga brand langsung menarik perhatian saya, sampai-sampai owner-nya saya todong ngobrol semua. Sukur-sukur jadi akrab trus dikasih diskon, ya?
Here they are!
MAEN KAEN adalah sebuah clothing line perempuan dengan ciri khas desain etnik. Baju-bajunya dibuat dari kain tenun tradisional Indonesia yang digabung dengan kain “modern”, seperti organdi.
Taqiyya Ramadhani, owner MAEN KAEN yang lulusan Diploma Fashion Business dari Lasalle College Jakarta, memang suka banget dengan kain tradisional Indonesia. Dulu nenek dan ibu Taqiyya hobi mengoleksi kain tradisional, dan minat mereka menurun ke dirinya. Taqiyya berharap clothing line ini bisa membuat anak muda Indonesia juga ikutan senang memakai kain tradisional.
MAEN KAEN pertama kali diluncurkan pada November 2014. Awalnya Taqiyya mendirikan MAEN KAEN bertiga bareng teman-temannya, tetapi karena teman-temannya lalu sibuk masing-masing, Taqiyya melanjutkan MAEN KAEN sendirian.
Salah satu prinsip Taqiyya dalam menjalankan bisnis adalah percaya diri dengan kualitas produk sendiri. “Jangan terlalu mikirin omongan orang, deh. Yang penting kita bisa menghasilkan produk yang baik dengan pesan brand yang baik juga,” begitu katanya. Taqiyya percaya, produk yang berkualitas akan selalu bikin customer balik lagi.
LIMA Watch adalah sebuah brand jam tangan hasil karya Herman Tantriadi, lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanegara yang kemudian kuliah jurusan Multimedia Design di Singapura. Ngakunya, nih, LIMA lahir dari kebosanan Herman bekerja di dunia advertising. Haduh, ini sih bosan yang menghasilkan banget!
Terbuat dari kayu, desain jam tangan LIMA Watch keliatan elegan dan unik. Memang sejak awal, desain jam tangan LIMA ingin dibuat berbeda. “Kalau nggak begitu, kompetisi akan jadi lebih tough!” begitu kata Herman. Taktik Herman ini sukses, buktinya, bulan lalu LIMA mengikuti sebuah fashion event di Amerika dan produknya diterima dengan baik disana. Seru, yah!
Oya, meskipun identik dengan material kayu, Herman bilang sebetulnya LIMA nggak mau memposisikan diri sebagai brand jam tangan kayu, karena mereka terbuka dengan material apapun.
Ketika ditanya tips dalam membuat inovasi seru, Herman bilang, kita nggak boleh males memperbanyak referensi. Cari contekan! Tapi bukan plek-plek ngejiplak seenaknya, lho. Contekan kita harus diolah lagi menjadi bentuk baru yang sesuai dengan selera dan passion dan tujuan masing-masing.
Pada suatu hari, dua orang sahabat, Sigi Savero dan Ragil Satria, mendapat tugas kuliah tentang percetakan. Nah, setelahnya, Sigi dan Ragil yang berkuliah di Universitas Bina Nusantara jurusan Desain Komunikasi Visual ini mencoba membuat brand print sendiri, berupa notebook yang cover-nya bertuliskan pesan-pesan seru, bahkan brutally honest.
Awalnya Sigi dan Ragil menjual produk mereka ke teman-teman dekat aja, namun tenyata responnya positif banget. Mereka pun mengembangkan produk ini setelah lulus kuliah di taun 2012. Lahirlah Blackbook Jakarta.
Di Brightspot Market taun ini, Blackbook Jakarta juga meluncurkan produk baru, yaitu backpack laptop yang nggak hanya keren dan sleek, tapi juga fungsional.
Ketika ditanya apa pesan buat teman-teman yang ingin punya lini produk sendiri, Ragil bilang, “Jangan takut mengeksekusi ide kamu. Awalnya, pasti nggak langsung berjalan lancar, tetapi produk akan semakin baik seiring jatuh bangunnya kita.”
Sementara Sigi bilang, kita harus berteman dengan rasa kecewa. Tantangan menjadi entrepreneur muda, tuh, banyak banget, tetapi ketika kita bisa menerima kekecewaan, kita jadi nggak gampang nyerah.
Sukses untuk MAENKAEN, Blackbook Jakarta, dan LIMA Watch., dan sampai ketemu di Brightspot Market taun depan!
(sumber foto: Riza, Brightspot Market)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus