Penting: Kemampuan Membaca, Menyeleksi, dan Mengolah Informasi dengan Kritis dan Tepat

Kita berada di era di mana info mengalir deras. Baik yang membuka wawasan, maupun info yang kurang tepat ataupun menyesatkan. Maka, kemampuan membaca, menyeleksi, dan mengolah informasi dengan kritis dan tepat sangat diperlukan.

Misalnya saja, saat saya mengetik keywords “Sejarah Demokrasi” di mesin pencarian, saya memukan 449,000 bacaan dalam waktu kurang dari sedetik. Sementara kalau saya ketik “Democracy History” hasilnya 300 kali lipat lebih banyak, yaitu 169,000,000 dalam waktu 0,58 detik. Sumber dan bacaannya pun beragam, ada Wikipedia, blog, website sejarah, portal berita dan lainnya.

Pencarian gambar dan video pun cukup banyak hasilnya. Dan jangan lupakan buku cetak, e-book hingga jurnal ilmiah  Belum lagi info yang seliweran di medsos

Wuarbiyasak, bwaanyaaaak banget, ‘kan, infonya? Sayang, saking banyaknya informasi yang beredar, ada kemungkinan kita malah jadi bingung sehingga memilih bahan yang kurang tepat atau salah mengolah dan memahami info. Apalagi kalau infonya bukan hanya untuk pengetahuan pribadi, tapi untuk tugas, makalah, atau skripsi.

Sebagai anak muda cerdas harapan bangsa *ceilehh*, penting bagi kita untuk menguasai kemampuan membaca, menyeleksi, dan mengolah informasi dan bacaan dengan kritis dan cerdas. Caranya adalah:

1. Jangan baca judul saja.

Kamu boleh membaca judul untuk memilah mana bacaan yang ingin kamu baca. Tapi plis, jangan merasa cukup dengan membaca judul, trus langsung menyimpulkan sesuatu.

Pertama, banyak judul click bait, yang cenderung sensasional dan memancing pembaca, padahal isinya nggak nyambung dengan judul.

Kedua, judul adalah judul, bukan isi. Nggak cukup kamu mendapatkan informasi dengan hanya membaca judulnya.

2. Nggak cukup dengan resensi, preview, atau ulasan singkat.

Ini seperti poin pertama. Resensi, preview, atau ulasan singkat merupakan sekilas gambaran tentang sebuah bacaan. Bukan hal yang bisa kamu jadikan acuan informasi.

3. Memilah sumber jelas dan terpercaya.

Menurut situs University of New South Wales, unsw.edu.au, salah satu pertanyaan penting dalam mengumpulkan informasi adalah 'Apakah sumbernya terpercaya?'. Yup, pilihlah sumber informasi yang kredibel seperti media atau situs yang cukup dikenal. Begitu pula dengan buku, pastikan penerbit dan penulisnya jelas dan terpercaya.

Kalau kamu nggak familiar dengan media atau website-nya, bisa buka dulu keterangan mengenai situs tersebut. Biasanya dijelasin tuh, visi misi situsnya, siapa saja timnya, dan lain sebagainya.

Ini untuk mencegah sumber informasi yang simpang siur dan hoax. Kamu bisa juga cek cara menghindari hoax di sini.

Tapi harus diingat bahwa di portal berita/situs resmi juga memiliki tulisan opini, tulisan pemberitaan, hingga tulisan advertorial (ada kerja sama untuk promosi).

Berbagai jenis tulisan ini bisa kamu baca dan jadikan masukan, tapi jangan sampai terbolak-balik menggunakannya. Misalnya tulisan yang sifatnya opini jangan disamakan dengan liputan berita. Trus, kalau advertorial, berarti sifatnya adalah promosi.

4. Blog dan sumber selain portal berita 

Begitu pula dengan blog. Tulisan di blog bukan berarti nggak valid, justru blog, medsos, dan sumber lain bisa memperkaya referensi. Tapi tulisan blog biasanya memang subjektif, dan bebas. Nggak seperti jurnal yang resmi dan harus memiliki sumber jelas.

Jika mengambil bahan blog atau kultwit untuk makalah atau tulisan akademik, harus jelas disebutkan bahwa itu adalah info dari blog. Penggunaan infonya pun harus tepat.

Misalnya, kamu menjadikan tulisan di blog sebagai contoh kasus atau contoh pengalaman blogger X, dan bukan sebagai referensi teori.

Sementara tulisan yang sifatnya endorsement atau promosi pasti akan mengkampanyekan sesuatu. Alhasil infonya jangan ditelan bulat-bulat. Misalnya, kalau membaca review produk di tulisan endorsement, hampir bisa dipastikan isinya cenderung mempromosikan produk tersebut.

Begitu pula jika membaca artikel mengenai fakta kesehatan di situs milik produsen susu, pasti faktanya dipilih yang mendukung si susu tersebut.

Nah, kita mesti jeli melihat “bias” atau berbagai pengaruh di dalam suatu tulisan.

5. Baca lebih dari satu sumber

Marializia, jurnalis dan presenter berita Metro TV sempat cerita bahwa setiap harinya dia membaca 2 koran yang berbeda, supaya ia bisa mengetahui sebuah info dan berita dari sumber dan sudut pandang yang berbeda.

Ini berlaku juga saat kita mencari informasi. Jangan hanya terpaku dari satu sumber atau portal berita. Dengan membaca berbagai sumber, pengetahuan dan pemahaman kamu bakal lebih luas.

6. Lengkapi dengan buku dan jurnal ilmiah

Situs dan artikel di internet memang nggak terhitung lagi jumlahnya. Namun sebaiknya, lengkapi juga dengan informasi dari buku atau jurnal ilmiah. Apalagi, kalau untuk membuat makalah dan esai akademik. Wajib hukumnya, sob!

Kenapa? Karena apa yang dibahas di buku dan jurnal ilmiah lebih mendalam dan umumnya memiliki sumber dan data yang lebih banyak. Tentunya, harus cek dan ricek juga buku dan jurnal ilmiah yang terpercaya.

7. Perhatikan penulis

Penting juga untuk memperhatikan siapa penulis artikel, info, buku, atau jurnal tersebut. Kalau penulisnya anonim, akan sulit dipertanggungjawabkan isi tulisannya. Yang paling tepat adalah penulis yang ahli di bidangnya.

Kalau kita pengen tahu tentang tips menulis populer, tentu tulisan tips dari blog pengarang beken, atau buku yang disusun dosen penulisan kreatif, valid untuk dijadikan referensi.

8. Jeli melihat data riset

Waktu mengambil kuliah Riset dan Penelitian di program studi Marketing Komunikasi, dosen saya mengingatkan untuk memperhatikan dan menerjemahkan hasil riset dengan tepat. Menurutnya, banyak orang yang salah kaprah atau misinformasi saat membaca survei/riset dari media atau buku.

Yang perlu diketahui antara lain:

1. Siapa penyelenggara riset.

2. Siapakah objek risetnya. Kalau yang diteliti adalah pelajar di New York Amerika Serikat, jangan simpulkan bahwa itu menunjukkan data semua pelajar di dunia.

3. Apa metodenya. Survei dengan polling di website akan berbeda dengan riset ilmiah dengan sampel yang terukur. Begitu pula dengan penelitian studi kasus atau wawancara.

4. Ketahui apa yang dibahas dalam risetnya secara lengkap.  Jangan Cuma baca sepotong-sepotong ya, sob!

***

Dengan menerapkan hal-hal di atas, mudah-mudahan wawasanmu semakin luas dan nggak salah kaprah. Tips di atas juga penting diterapkan saat kamu akan membuat esai atau makalah resmi.

(sumber gambar: enago.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 29 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1