Beasiswa di Rantau: Agus Joharudin – Auckland, New Zealand

Hei, hei!

Mungkin kamu termasuk pelajar yang bercita-cita mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studi. Atau mungkin selama ini kamu penasaran, kuliah di luar negeri tuh seperti apa, ya? Apa, sih, suka dukanya?

Nah, bulan ini, Youthmanual ngobrol dengan berbagai mahasiswa Indonesia yang berhasil mendapatkan beasiswa untuk meneruskan studi ke luar negeri. Siapa tahu kisah mereka bisa jadi inspirasi bagi kamu yang ingin mengikuti jejak mereka. Simak, yuk!

Nama: Agus Joharudin

Lulusan: Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, jurusan Perbankan Syariah, angkatan 2008

Sedang kuliah di: University of Auckland, New Zealand, program Master of International Business

Penyelenggara program beasiswa: Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)

Hai, Agus! Cerita, dong, gimana kamu bisa dapat beasiswa S2 di New Zealand!

Saat masih kuliah di S1, saya mendapat info tentang beasiswa ini dari seorang senior di kampus. Trus, saya ikutan program Pembibitan Alumni UIN se-Indonesia yang diselenggarakan Kementrian Agama. Ini semacam program persiapan untuk mendapatkan beasiswa. Disana, saya dianjurkan untuk daftar Beasiswa Pendidikan Indonesia dari LPDP. Maka saya apply beasiswa ke University of Auckland sekaligus LPDP. Alhamdulillah, berhasil dapat dua-duanya.

Apa masalah paling krusial yang dihadapi di New Zealand, yang sebelumnya nggak terpikirkan?

[Dialek] Bahasa Inggris disini beda banget dengan bahasa Inggris di film-film! Bagi saya, bahasa Inggris di New Zealand khas dan agak susah ditangkap, apalagi pas saya baru pindah ke sini.

Susah nggak, sih, beradaptasi dengan sistem pendidikan New Zealand?

Nggak, kok. Di sini semuanya serba jelas. Perihal assignment, exam, dan quiz dijelaskan di hari pertama kuliah. Kalau ada masalah saat bikin assignment atau saat persiapan exam, ada tutor dan librarían yang siap membantu. Profesornya pun bisa dikontak 24 jam, bila kita ingin menanyakan sesuatu. Trus, semua hal yang bersangkutan dengan kuliah juga serba online, jadi gampang diakses.

Hal-hal apa saja yang kamu temukan di New Zealand yang menurut kamu perlu ditiru oleh sistem pendidikan di Indonesia?

Gaji guru harus tinggi seperti di New Zaeland, supaya orang-orang pintar mau jadi guru dan bisa mencerdaskan bangsa. Trus, sistem perkuliahan harus rapi dan serba online, sehingga mahasiswa bisa mengakses semua bahan kuliah dan materi dengan mudah lewat internet.

Pendidikan di Indonesia juga harus terus di-update agar bisa menyesuaikan dengan dunia kerja yang sebenarnya. Di New Zealand, selain dari kalangan akademisi, pengajar juga banyak yang berasal dari kalangan profesional, jadi mahasiswa nggak hanya dapat teori dari textbook, tetapi juga insight dari dunia kerja nyata.

Apa, sih, sukanya tinggal di Auckland, New Zealand?

Auckland kotanya bersih, asri dan udaranya segar. Di sini tersedia banyak fasilitas publik, seperti perpustakaan, taman dan museum yang bisa dijadikan tempat hang out yang asik. Kotanya nggak terlalu padat dan transportasinya nyaman. Trus, mahasiswa banyak disubsidi oleh negara, seperti mendapat diskon transportasi publik serta diskon tiket masuk tempat-tempat wisata.

Ceritain, dong, apa aja perbedaan budaya yang paling terasa antara New Zealand dengan Indonesia!

Umumnya, toko-toko tutup jam 5 sore. Jadi jangan harap bisa jalan-jalan ke toko kalau matahari udah terbenam. Trus, orang-orang nggak cuma membuang sampah pada tempatnya, tetapi juga memilah sampah sesuai dengan jenisnya. Selain itu, budaya antri terasa di mana-mana, mulai dari ngantri saat berbelanja, sampai ngantri untuk naik bis kota. Oya, kalau kita ulang tahun, kita yang ditraktir teman, bukannya mentraktir, hehehe.

Seringkali, mahasiswa Indonesia mencari beasiswa jurusan apapun dari negara manapun, tanpa mempertimbangkan passion atau background pendidikannya. Yang penting bagi mereka adalah bisa kuliah di luar negeri. Gimana menurut kamu?

Menurut saya, minat dan latar belakang pendidikan justru penting, karena pasti ditanyakan oleh pemberi beasiswa ketika wawancara seleksi. Lagipula, kuliah tanpa passion pasti jadi nggak semangat.

Apa rencana kamu setelah program beasiswa selesai?

Bekerja di salah satu perusahaan Indonesia, khususnya perusahaan yang beroperasi secara internasional, supaya saya bisa menambah skill dan pengetahuan tentang dunia bisnis. Tapi tujuan akhir saya adalah punya bisnis sendiri.

Ada nggak hal baru yang kamu temukan tentang diri sendiri setelah belajar di negeri orang?

Ada. Ternyata saya jago masak! Di sini makanannya mahal-mahal. Karena ingin hemat,  akhirnya saya masak sebisanya. Awalnya, sih, sering gagal, meski masih bisa dimakan. Tapi karena sering masak, rasa masakan saya jadi semakin oke.

Kasih tips, dong, untuk teman-teman yang ingin dapat beasiswa kayak kamu!

Pertama, cari informasi sebanyak-banyaknya tentang beasiswa tersebut. Sumbernya bisa dari pengalaman orang yang sukses ataupun gagal mendapatkan beasiswa itu. Cari tahu kenapa seseorang bisa sukses ataupun gagal mendapatkannya. Perhatikan juga persyaratan serta deadline pendaftarannya.

Kedua, persiapkan diri sejak jauh-jauh hari, kalau bisa satu tahun sebelumnya. Selain biar lebih siap, juga karena deadline pendaftaran beasiswa dan masa pendaftaran kampus di negara tujuan itu berbeda. Jadi pastikan kita tahu jadwal keduanya.

Ketiga, kuasai bahasa pengantar kuliah universitas tujuan. Ini merupakan syarat mendapatkan Letter of Acceptance dari kampus tujuan sekaligus syarat mendapatkan beasiswa. Coba belajar lewat internet, buku, atau ikut kursus bahasa.

Keempat, sebelum mendaftar beasiswa, usahakan untuk mendapatkan Letter of Acceptance (LoA) dari kampus tujuan dulu. Dengan mencantumkan LoA, kesempatan kamu untuk mendapatkan beasiswa jadi lebih besar, karena kamu dianggap siap untuk kuliah di kampus tujuan.

Terakhir, berdoa dan pasang niat yang baik.

Kalau gagal, jangan menyerah dan jangan ragu untuk kembali melamar. Tentunya setelah kamu evaluasi diri dan memperbaiki kesalahan-kesalahan kamu, ya.

Terima kasih untuk tipsnya, Agus! Semoga banyak anak muda yang bisa sukses mengikuti jejak kamu, ya!

(sumber gambar: Agus Joharudin)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 1 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1