Hal-Hal yang Membuat Rich Chigga ‘Rapper’ (Generasi Youtube) Paling Berpotensi Sekarang Ini
- Aug 23, 2016
- Laila Achmad
Sebelumnya, kita tarik dari depan dulu, deh. Kenapa, sih, Brian Imanuel, alias Rich Chigga, bisa jadi terkenal?
Karena Brian sangat nggak terduga.
Anak Jakarta umur 16 tahun, keturunan Tionghoa-Indonesia, dan berpenampilan super culun begini, sih, harusnya nongkrong di bimbel aja, ya.
Tetapi Brian nggak nongkrong di bimbel, gaes. Brian bahkan nggak pergi ke sekolah (karena dia dulu homeschooled).
Sehari-harinya, Brian nongkrong di rumah atau bersama teman-temannya, membuat konten-konten lucu.
Yup, walaupun belakangan ini Brian lebih terkenal sebagai rapper, aktivitas pertama Brian sebenarnya membuat konten-konten humor di Vine, Twitter, Instagram, maupun Youtube. Humornya pun nggak umum untuk orang Indonesia, yaitu satir ngeselin dan sangat Amerika.
Nyebelin, ya.
Tahun ini Brian mencoba membuat musik rap, yang sebenarnya bagian dari lucu-lucuannya juga. Jadilah sebuah lagu rap berjudul Dat $tick, yang lalu dia tampilkan di Youtube.
Wah, kalau musiknya rap, pasti gayanya lengkap dengan baju kedombrangan dan perhiasan emas semprot piloks, nih?
Nggak, tuh. Karena memang dasarnya suka becanda, Brian tampil di video musik Dat $tick dengan mempermainkan ekspektasi penonton. Brian muncul dengan kaos polo warna pink, tas pinggang, bersama teman-temannya yang nggak kalah geeky. Tapi begitu dia buka mulut… DUAR! Keluarlah drill-rap yang asyik, dengan hook yang catchy, suara nge-bas, serta pelafalan Inggris-Amerika yang sempurna.
Ngeselin, kocak, dan bikin kaget. Seperti kata rapper Amerika 21 Savage, musik dan penampilan Rich Chigga nggak matching, dan memang itulah tujuan Brian.
Niat awal Brian membuat Dat $tick hanya untuk lucu-lucuan, maka Brian nggak menyangka ketika video rap perdananya ini langsung viral dan mencetak 11 juta hits di Youtube, dalam waktu enam bulan.
Seperti kata Brian di outletmag.com, “[Rap] was just a fun thing I did as a joke but a lot of people liked it so I kept going and took it a little bit more serious.”
Brian juga langsung mendapat record deal dengan perusahaan rekaman CXSHXNLY—yang juga membawahi rapper sensasional asal KorSel, Keith Ape—serta kesempatan manggung di festival musik We The Fest 2016. Per bulan ini, Dat $tick bahkan berada di posisi 7 Billboard Emerging Artist.
Tentu saja, yang paling sensasional adalah ketika beberapa bulan lalu, rapper-rapper akbar Amerika Serikat—Ghostface Killah, Desiigner, Cam’ron, dan sebagainya—memuji-muji Dat $tick. Berbagai media (internasional) pun langsung berebut mewawancarai Brian.
Gaes, sekarang ini, ada banyak rapper lokal bermunculan lewat Internet, terutama Youtube. Sebut saja Young Lex, Mack G, bahkan Youtubers "komedi" yang suka mendadak nge-rap sebagai gimmick mereka.
Tapi Rich Chigga berbeda, dan walaupun kiprahnya di bidang musik rap bisa terbilang instan, dia lebih berpotensi mengungguli mereka semua.
Kenapa?
1. Karena dia effortless banget
Apakah Rich Chigga rapper terbaik di Indonesia? Relatif. Apakah Rich Chigga rapper terbaik di dunia? Ya nggak, lah.
Tapi harus dicatat bahwa Brian memang nggak berniat jadi rapper. Awalnya, dia membuat Dat $tick karena iseng. Namun lewat iseng-iseng tersebut, bakat drill rap terpendam Brian malah tertangkap CXSHXNLY sampai Ismaya.
Apakah Brian termasuk rapper instan? Mungkin iya. Meski demikian, Brian bisa beken instan karena dia memang berbakat. Dia bisa membuat (dan membawakan) drill-rap yang asyik, punya pelafalan yang sempurna, serta packaging yang unik. Brian nggak beken instan karena jual kontroversi, misalnya.
Brian sendiri sadar banget soal isu instant fame, seperti yang dia katakan di outletmag.com, “I do agree…anyone can blow up. The real skill is staying relevant and entertaining people for more than 6 months.”
2. Karena dia percaya diri untuk nggak menjadi klise
Pernah nggak, sih, ada rapper Indonesia yang penampilannya seperti bapak-bapak beranak dua yang tinggal di suburbia, seperti penampilan Brian di video klip Dat $tick?
Trus, kalau kamu intip media sosial Brian—seperti Instagram dan ask.fm—dia hampir nggak pernah nge-post dengan serius. Dia terus-terusan mencela dirinya sendiri, dan nggak peduli apakah posts-nya masuk akal, informatif, atau nyambung.
Pokoknya ngeselin banget, deh.
Tapi sikap inilah bukti bahwa Brian percaya diri. Walaupun mungkin sebagian besar anak muda Indonesia nggak paham dengan lawakannya yang satir dan Amerika banget, Brian tetap pede dengan gaya bercandanya. Brian nggak berusaha jadi mainstream demi popularitas.
Selain itu, Brian juga pede bahwa selama musiknya cukup berkualitas, dia nggak perlu jadi klise. Dia nggak perlu tatoan sebadan, pakai perhiasan emas menjuntai, teriak-teriak, dan gandeng-gandeng cewek seksi di video klipnya, demi dibilang “rapper” banget.
(well, kalau musik rap saya juga dipuji Ghostface Killah, saya juga pasti pede banget, sih)
Brian juga nggak akan mengejar ketenaran dengan cara-cara klise, misalnya dengan minta kerjasama dengan berbagai merk untuk di-endorse.
Malah kayaknya dia nggak peduli, dia bakal tenar atau nggak. He doesn't seem to care, and that's appealing.
Bahkan ketika ditanya apakah dia bakal mau kerja bareng rapper Korea Selatan Keith Ape, Brian agak malas, karena rapper Asia kolaborasi dengan sesama rapper Asia, tuh, klise banget. Brian paham banget untuk "menahan diri" supaya tetap jadi nggak terduga.
Singkat kata, remaja 16 tahun biasanya masih labil serta rentan kena culture shock kalau sudah beken. Tetapi Brian tetap stabil dan nggak jadi norak dengan popularitasnya.
Kutipan wawancara dengan Outlet
Kutipan wawancara dengan Dazed
3. Karena profanities Brian nggak gampang ditangkap masyarakat Indonesia
Humor dan rap Brian memang nggak “bersih”. Kotor banget malah, karena penuh dengan makian dalam bahasa Inggris. Nama panggungnya aja (“Chigga”) gabungan dari dua sebutan hinaan (“chink” hinaan untuk orang Cina, dan “nigga” hinaan untuk orang Afrika-Amerika).
Tetapi kalau mau “dicari” sisi positifinya, seenggaknya kosa kata, metafora, referensi pada lagu-lagu Brian sangat kontekstual masyarakat black Americans, dan di luar pemahaman anak-anak muda Indonesia pada umumnya. Misalnya, dalam lagu Dat $tick, Brian menggunakan kata “berry” dan “pig” untuk kata “polisi”.
Dengan demikian, lagu-lagu Brian nggak gampang dipahami oleh pendengar Indonesia, terutama dedek-dedek. Palingan mereka cuma bisa paham hook-nya, serta menikmati beat musik drill/trap hip-hopnya tesebut.
Efek “baiknya”, anak-anak muda jadi susah menghafalkan lagu-lagu Brian. Apalagi musik Brian adalah drill rap yang bertempo cepat, sehingga liriknya nggak gampang diikuti.
Hal ini berbanding terbalik dengan lagu Ganteng-Ganteng Swag, misalnya, yang makin kesini kabarnya makin sering dinyanyikan oleh dedek-dedek SD, “ADON GIVA FAK! ADON GIVA FAK!”
Walaupun Ganteng-Ganteng Swag dan Dat $tick sama-sama mengandung bahasa kasar dari awal sampai akhir, Dat $tick terdengar subtle, sementara Ganteng-Ganteng Swag terdengar terlalu frontal dan cari perhatian.
By the way, Brian nggak pernah ke Amerika ataupun bersekolah di sekolah internasional, lho. Bahasa ibu Brian adalah Indonesia, dan dia mempelajari dialek, kultur, dan pola pikir komunitas rap Amerika murni dari internet.
4. Brian nggak berusaha cari popularitas dengan kontroversi
Sekali lagi, becandaan dan rap Brian memang nggak “bersih”, tetapi Brian menggunakan kata-kata tersebut karena memang kontekstual dengan kultur rap Amerikanya.
Niat Brian dalam membuat lirik-lirik tersebut pun untuk menyampaikan pesan tertentu, bukan untuk cari sensasi.
Kutipan wawancara dengan Dazed
Kutipan wawancara dengan The Fader
Namun dengan penampilan Brian yang sangat seadanya, dia malah menjadi “angin segar” di tengah komunitas rap lokal yang gayanya serupa semua. He’s so damn fresh. Popularitasnya bahkan melampaui rapper baru lain yang cenderung menggunakan kontroversi sebagai senjata, seperti misalnya, Young Lex.
“Ah, jumlah follower medsos Young Lex lebih tinggi daripada Rich Chigga, tuh!”
Tapi karena dua orang ini adalah musisi, sebaiknya kita lihat dari sisi platform musik, dong. Misalnya, Spotify. Siapa yang lebih populer, bahkan sampai skala internasional?
Rich Chigga, per Agustus 2016:
Young Lex, per Agustus 2016:
I rest my case.
***
Terlepas dari segala keunggulan Rich Chigga, saya setuju dengan Keo, alumni Devry University, yang juga fans Rich Chigga dari Jakarta. “Rich Chigga memang harus lebih ‘dewasa’ lagi di industri [hiphop], terutama dalam urusan penampilan panggung.
Rich Chigga jelas bisa nge-rap, tapi dia memang masih baru banget. Rasa pedenya di atas panggung harus dilatih, dan hal itu wajar banget, kok, sebagai pendatang baru. Jangan lupa, Rich Chigga sama sekali belum punya album, lho. Look forward to him rise up in about a year or two.”
Karena sudah punya bakat dan dukungan, kesuksesan Brian semakin tergantung dirinya sendiri. Entah dia mau terus produktif dan konsisten di dunia “entertainment”, atau—berhubung sikapnya masih nggak ketebak—benar-benar menganggap semua ini hanya fase iseng-iseng, sehingga nggak diseriusin untuk jangka panjang.
Semoga yang terjadi bukanlah skenario kedua, karena saya yakin, semua rapper lokal sekarang ini mungkin rela ngapain aja untuk bisa punya skill seorang Rich Chigga.
See you on bigger stages, son.
(sumber gambar: hypetrak.com, dazeddigital.com, thefader.com, youtube.com, Instagram @brianimanuel, hai-online.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus