Ngomongin Film Bareng Mahir Pradana
- Sep 14, 2015
- Dian Ismarani
Bagi saya, Mahir Pradana adalah seorang pemuda yang sangat menginspirasi. Instituto de Cervantes adalah tempat saya kenalan dengan laki-laki kelahiran Makassar ini, sebab kami sama-sama belajar Bahasa Spanyol di sana selama kurang lebih tiga tingkat.
Saya merasa beruntung bisa berteman dengan Mahir yang multitalenta ini. Dulu, di usianya yang masih muda, Mahir berhasil mendapatkan beasiswa S2 ke Swiss. Mahir juga seorang penulis, lho! Dia sudah menerbitkan tiga novel fiksi, tiga novel kolaborasi, serta satu novel non-fiksi yang berisi kumpulan catatan perjalanan Mahir selama dua tahun sekolah di Eropa.
Selain itu, Mahir juga seorang movie buff. Ia bahkan rutin bikin daftar 10 film terbaik dan 10 film paling mengecewakan setiap akhir tahun di blog pribadinya.
Maka beberapa waktu lalu, di tengah kesibukannya promosi buku dan menjadi salah satu dosen muda di sebuah universitas swasta Bandung, saya “menodong” Mahir untuk berbagi film-film rekomendasinya. Bukan hanya itu, saya menantang Mahir agar tema film-film rekomendasinya berhubungan dengan subjek-subjek studi atau aktivitas mahasiswa. Siapa tahu bisa jadi penyemangat kuliah kamu, ‘kan?
Yuk, cek pendapat Pak Dosen satu ini!
***
Musik
Dari sekian banyak film yang bertema utama musik, yang paling berkesan bagi saya adalah Once. Film ini bercerita tentang seorang pemusik jalanan di Dublin, Irlandia, yang menjadi percaya diri untuk mencoba peruntungan di dapur rekaman setelah jatuh cinta dengan seorang gadis.
Once
Once merupakan film yang unik karena digarap secara indie. Karena budget-nya kecil, tim produksi pun harus kreatif dalam mengambil gambar dan memilih talent. Kedua pemeran utamanya, Glen Hansard dan Marketa Irglova, adalah pemusik dan bukan aktor, namun mereka mampu berakting bagus dan mewarnai film ini dengan lagu-lagu mempesona. Lagu utama film ini yang berjudul ‘Falling Slowly’ dan menang penghargaan Best Original Song di ajang Academy Awards.
Namun, jika gaya penceritaan film indie agak susah diikuti, film School of Rock bisa menjadi alternatif tontonan kamu. Film komedi bernuansa musik ini mengandalkan akting komedian Jack Black. Ceritanya, Black—seorang musisi gagal—sedang mengalami kesulitan finansial dan terpaksa menyamar jadi seorang guru sekolah dasar demi menyambung hidup. Nggak disangka, para siswanya ternyata memiliki bakat musik luar biasa, sehingga ia mencuri-curi waktu untuk mengajari mereka lagu-lagu rock demi berkompetisi di sebuah kompetisi musik.
Film & Komik
Meski sering dianggap pengganggu kegiatan belajar, film dan komik ternyata sering diangkat sebagai sumber inspirasi di film-film Hollywood.
Bagi saya, nggak ada ada film yang bercerita tentang keindahan dunia sinema sebaik Cinema Paradiso. Film Italia keluaran tahun 1988 arahan sutradara handal Giusseppe Tornatore ini ber-setting di kota kecil di kepulauan Sisilia, Italia, di masa perang dunia. Cerita berpusat pada persahabatan Toto, bocah kecil yang jatuh cinta pada sinema karena persahabatannya dengan Alfredo, seorang operator film di bioskop satu-satunya kota tersebut. Seiring dengan berjalannya waktu, Toto menemukan cinta dan jalan hidupnya di bangku sekolah dan kuliah, hingga ia akhirnya berhasil mencapai impiannya, yaitu menjadi seorang sutradara handal ketika dewasa.
Cinema Paradiso
Ada juga film yang menitikberatkan pada penceritaan seorang filmmaker yang sangat saya gemari, yaitu Ed Wood. Film keluaran tahun 1993 karya sutradara Tim Burton ini dibintangi oleh Johnny Depp sebelum ia seterkenal sekarang. Film ini merupakan biopic dari seorang sutradara bernama Ed Wood yang sering dikritik karena dianggap penghasil film-film sampah. Depp yang berperan sebagai Ed Wood berakting maksimal sebagai sosok inspiratif dan memberi pelajaran untuk terus berkarya meski angin kritik nggak berhenti menerpa.
Sedangkan untuk tema komik, ada film berjudul Chasing Amy, yang menampilkan Ben Affleck ketika muda. Ceritanya berkisah seputar dua orang comic artist yang sedang kebingungan menghadapi polemik cinta di kehidupan nyata.
Debat & Sastra
Sastra berupa puisi maupun prosa sering digambarkan dalam film-film sebagai sesuatu yang menggugah. Begitu pula di film Dead Poets Society. Di sini, almarhum Robin Williams berperan sebagai guru yang mengajari satu kelas anak-anak muda tentang keindahan sastra dan pola pikir bebas, tanpa terkungkung oleh tuntutan masyarakat. Meski sempat ditolak pihak sekolah akibat cara mengajarnya yang dianggap terlalu eksentrik, murid-murid malah menyukainya. Dead Poets Society pun menjadi parade puisi-puisi indah para penyair zaman dulu.
Dead Poets Society
Film lain yang mengangkat tema sastra dan kecintaan terhadap dunia literasi adalah Freedom Writers, di mana Hillary Swank berakting menjadi guru sastra seperti yang dilakukan Robin Williams. Selain itu, ada juga Finding Forrester, menampilkan aktor Sean Connery sebagai penulis senior yang membimbing anak muda berkulit hitam untuk mencintai sastra.
Hollywood memang jago mengemas adegan-adegan adu argumen. Bukan hanya adegan orang adu mulut, tapi juga berupa debat dalam suatu ruangan seperti ruangan pengadilan. Nah, yang aktif di unit kegiatan debat mahasiswa pasti sudah nggak asing lagi dengan film The Great Debaters yang dibintangi peraih dua piala Oscar, yaitu Denzel Washington. Di film ini, ia berperan sebagai pelatih tim debat siswa-siswa kulit hitam dengan tujuan membuktikan diri mereka di masa-masa diskriminasi di Amerika Serikat.
Olahraga
Salah satu film olahraga favorit saya adalah Coach Carter. Dalam film yang mengangkat olahraga bola basket ini, aktor senior Samuel L. Jackson berperan sebagai pelatih basket yang mempunyai misi untuk mengubah perangai anak-anak asuhnya dengan cara menanamkan nilai-nilai moral di tengah-tengah ketatnya pertandingan.
Coach Carter
Saya juga suka dengan film Peaceful Warrior, tentang seorang atlet senam yang berusaha mempelajari ketenangan pikiran, karena olahraga bukan sekadar skill dan ketahanan fisik, melainkan juga keseimbangan jiwa dan raga.
***
Selain film-film di atas, Mahir dan saya setuju bahwa salah satu film mahasiswa yang ringan tapi wajib ditonton adalah Accepted. Film komedi ini memiliki ide cerita cukup unik. Duo pemeran utamanya, diperankan oleh Justin Long dan Jonah Hill, membuat kampus fiktif demi membuat bangga orangtua para anak-anak muda yang ditolak masuk kampus-kampus bergengsi di Amerika.
Tanpa disangka, kampus fiktif mereka itu ternyata menarik peminat ribuan calon mahasiswa baru. Long dan Hill pun berusaha keras agar para mahasiswa di kampus gadungan ini tetap aktif mengelola kegiatan-kegiatan mahasiswa agar terlihat seperti kampus beneran, seperti klub yoga, klub skateboard, klub pematung, dan lain-lain.
Namun, justru dengan inilah anak-anak muda tersebut menemukan passion dan tujuan hidup mereka. Awww…
Thanks, Mahir!
(sumber gambar: Kiphakes, MV Film Society, Mental Floss, BET, Filmgarb, Choose Chicago.com)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus