Entah Kamu Pro Atau Kontra Dengan Penggunaannya, Berikut Empat Hal yang Harus Kamu Tahu Sebelum Coba-Coba Ganja

Mariyuana, atau ganja, dikenal sebagai bagian dari NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Kalau kamu masih ingat, di buku pelajaran IPA SMP, ganja dikategorikan sebagai zat adiktif golongan halusinogen, alias bikin halusinasi. Sehingga orang yang ngebaks (bakar ganja) bawaannya jadi santai, nge-fly, seolah hidup tanpa membawa beban.

Saya sendiri belum berhasil menemukan data terbaru jumlah pengguna ganja di Indonesia, khususnya untuk kalangan pelajar dan mahasiswa, namun menurut BNN di situs harianterbit.com, 22 persen pengguna narkoba di Indonesia adalah pelajar dan mahasiswa. Umumnya, para pelajar dan mahasiswa tersebut nggak hanya menggunakan ganja, tetapi juga beberapa jenis psikotropika lainnya.

Ganja memang “pas” untuk kalangan pelajar dan mahasiswa, karena selain cara menggunakannya simpel dan familiar—seperti merokok saja—harganya juga lebih murah dibandingkan jenis narkoba lainnya. Dengan uang lima puluh ribu, kamu bisa dapat satu bungkus ganja yang bisa dibikin jadi 12 lintingan, lho. Nggak beda jauh dengan harga rokok ‘kan?

Sampai saat ini ganja masih berstatus ilegal di Indonesia. Kenapa? Kalau menurut ahli Rehabilitasi BNN kepada detik.com, ganja dapat memberikan efek gangguan jiwa, penurunan kognitif (daya pikir), dan kerusakan paru-paru. Jadi, bisa dibilang, selain merusak badan, ganja juga bikin kita lemot dan nggak produktif.

Tapi gaes, walaupun ganja punya efek-efek bahaya bagi tubuh, banyak, lho, orang di dunia yang pro dengan penggunaannya. Di Indonesia aja ada perkumpulan Lingkar Ganja Nusantara yang mendukung legalisasi ganja. Salah satu orang yang mendukung legalisasi ganja untuk industry adalah Pandji Pragiwaksono.

Memang, daun ganja punya potensi untuk dikembangkan sebagai bahan obat-obatan, juga sebagai painkiller dan penenang alami. Sayang sekali, pada faktanya, legalisasi ganja sering dijadikan pembenaran orang-orang buat ngebaks. Hmmm….

Sebelum kamu asal iya aja ketika diajakin teman buat ngebaks, bekali diri dulu, deh, dengan wawasan seputar ganja.

Berikut adalah hasil penelusuran saya melalui beberapa sumbe,r untuk membuktikan beberapa anggapan yang beredar di masyarakat.

1. Ganja nggak bikin ketagihan

Dalam sebuah artikel di healthline.com, ada kisah tentang seorang bapak-bapak dari Kalifornia Utara, AS, yang mengaku gampang banget untuk lepas dari ganja. Dia sudah mengonsumsi ganja sejak kuliah, namun karena masalah kesehatan, dia berhenti mengonsumsinya ketika sudah dewasa. Menurutnya, dia nggak mengalami gejala putus obat, atau sakau, seperti yang umumnya dialami oleh para junkies (pecandu narkoba) ketika berhenti mengonsumsi narkoba.

Ada banyak, lho, kisah serupa bertebaran di internet, yang intinya menceritakan bahwa ganja tidak menyebabkan ketergantungan. Bahkan bisa aja teman yang selama ini kamu lihat fine-fine aja, ternyata seorang pengguna ganja. Cirinya nggak kelihatan, sob!

Namun nggak semua konsumen ganja bebas dari efek ketagihan. Masih dari artikel yang sama, efek ketagihan ganja katanya dikontrol oleh gen. Ada orang yang “dari sananya” punya gen yang dapat menangkal ketagihan, tetapi ada juga orang yang nggak punya gen tersebut, sehingga lebih rentan ketagihan.

2. Kalau kamu ngebaks karena depresi, risiko ketagihannya semakin besar

Ketagihan ganja juga berkaitan dengan kesehatan mental. Kalau sebelum mengonsumsi ganja kamu sudah menunjukkan gejala depresi, cemas berlebihan, atau stress, nantinya kamu akan lebih berpeluang untuk ketagihan.

Masalahnya, banyak orang lari ke ganja memang karena stress dan ingin lari dari masalah. Mereka mengonsumsi ganja supaya dapat sensasi nge-fly, happy, dan lupa sama masalahnya.

3. Ganja bermanfaat untuk kesehatan

Menurut penelitian National Institute on Drug Abuse, ekstrak ganja dapat mengobati berbagai penyakit seperti HIV/AIDS, multiple sclerosis, Alzheimer, termasuk beberapa gangguan mental.

National Cancer Institute juga mengatakan, zat cannabinoid yang ada pada ganj, dapat menghambat pertumbuhan sel tumor.

Karena berbagai penemuan tersebut, ganja pun dipercaya dapat bermanfaat dalam terapi kanker. Senyawa THC dan CBD yang ada pada ganja juga dikenal sebagai pereda nyeri.

4. … Tapi apa iya, ganja seefektif itu sebagai obat?

Menurut artikel di situs prevention.com, uji keefektifan ganja sebagai obat baru dilakukan untuk beberapa penyakit, yaitu sebagai pereda mual bagi penderita kanker dan AIDS, pereda nyeri saraf, multiple sclerosis, dan pereda nyeri secara umum. Di antara penyakit-penyakit yang sudah diuji tersebut, ganja baru terbukti sangat efektif sebagai obat pereda mual saja. Sementara untuk penyakit-penyakit lainnya, efektifitasnya belum teruji dengan baik.

US Food and Drug Administration—alias BPOM-nya Amerika Serikat—juga belum melegalkan ganja sebagai obat, dengan alasan uji klinis yang selama ini dilakukan belum cukup untuk menyatakan bahwa ganja aman sebagai obat. Sejauh ini, FDA baru melegalkan penggunaan senyawa THC sintetis untuk obat, bukan senyawa THC yang diekstrak langsung dari ganja.

***

Sama seperti rokok, legalisasi ganja juga menimbulkan pro kontra. Entah kamu pro atau kontra, sebenarnya terserah kamu, asalkan kamu benar-benar paham efek positif-negatif ganja, dan nggak menyalahgunakannya.

Semoga uraian di atas bisa bikin kamu makin cerdas, dan bisa jadi amunisi kamu kalau diajakin nyobain ganja, ya!

(sumber gambar : choosehelp.com, theconversation.com, helpnothassle.org, collective-evolution.com, cnn.com) 

 

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 26 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 1 bulan yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1