Indonesia Negara "Termalas" di Dunia Menurut Penelitian Universitas Stanford. Kenapa?

Indonesia merupakan negara termalas di dunia? Ternyata, menurut penelitian yang dilakukan Stanford University, Indonesia “malas” dalam hal….. Jalan kaki! Yup, malas gerak alias mager, gaes.

Ceritanya, akademisi dari Universitas Stanford Amerika Serikat bikin penelitian soal aktivitas fisik dengan melihat berapa banyak langkah kaki yang dilakukan 717,527 orang di berbagai negara.  Pengamatan dilakukan selama sekitar 95 hari dan datanya diperoleh dari aplikasi pada smartphone yang bisa menghitung langkah kaki penggunanya.  

Hasil studi yang dimuat di jurnal ilmiah Nature ini pun menyita perhatian media internasional. Hong Kong menempati urutan pertama paling “rajin” berjalan kaki dengan rata-rata 6,880 langkah per hari, sementara rata-rata langkah kaki di dunia adalah 4,761 langkah per hari. Tapi beneran Indonesia paling “malas”, nih? Masa’ sih? Dari 46 negara yang berhasil diperoleh datanya, hasilnya menunjukkan jumlah urutan banyaknya langkah  masyarakat sebagai berikut:

  1. Hong Kong  6,880
  2. China  6,189
  3. Ukraina 6,107
  4. Jepang 6,010
  5. Rusia 5,969
  6. Spanyol 5,936
  7. Swedia 5,863
  8. Korea Selatan 5,755
  9. Singapura 5,674
  10. Swiss 5,512
  11. Cekoslowakia 5,508
  12. Inggris 5,444
  13. Italia 5,296
  14. Irlandia 5,293
  15. Denmark 5,263
  16. Hongaria 5,258
  17. Polandia 5,249
  18. Norwegia 5,246
  19. Jerman 5,205
  20. Finlandia 5,204
  21. Chili 5,204
  22. Prancis 5,141
  23. Belanda 5,110
  24. Turki 5,057
  25. Israel 5,033
  26. Taiwan 5,000
  27. Belgia 4,978
  28. Australia 4,941
  29. Kanada  4,819
  30. Amerika Serikat 4,774
  31. Thailand 4,764
  32. Romania 4,759
  33. Portugal 4,744
  34. Meksiko 4,692
  35. New Zealand 4,582
  36. Uni Emirat Arab 4,516
  37. Yunani  4,350
  38. Mesir 4,315
  39. India 4,297
  40. Brazil 4,289
  41. Qatar 4,158
  42. Afrika Selatan 4,105
  43. Filipina 4,008
  44. Malaysia 3,963
  45. Arab Saudi  3,807
  46. Indonesia 3,513

Indonesia ranking terbuncyit banget nih? Yup, Indonesia menempati urutan 46 dari 46 negara, gaes. Dan nggak lama setelahnya, media beken The New York Times (NYT), menurunkan tulisan berjudul Jakarta, The City Where Nobody Wants to Walk. Intinya tulisannya sih, tentang kota Jakarta yang menurut penelusuran NYT nggak ramah pejalan kaki.

Disinggung pula kultur orang Indonesia yang malas jalan, di antaranya soal kebiasaan naik eskalator. Seharusnya sisi sebelah kiri adalah untuk yang naik eksalator dengan  santai, sedangkan sebelah kanan merupakan “jalur cepat” di mana orang biasanya berjalan. Namun yang terjadi di masyarakat kita adalah kedua sisi dipakai untuk naik dengan santai. Yekan?

Eniwei, malas jalan menurut Youthmanual nggak bisa digeneralisasikan sebagai kultur orang Indonesia. Masih banyak lho, ibu-ibu yang naik turun gunung, untuk berjualan di pasar. Nggak sedikit pula pelajar di desa dan pedalaman yang harus menempuh perjalanan jauh ke sekolah dengan berjalan kaki.

Tapi memang yang disampaikan di artikel NYT tersebut ada benarnya. Kota Jakarta memang nggak ramah pejalan kaki, begitupula dengan kota-kota lainnya di Indonesia. Nah, menurut pengamatan Youthmanual, inilah yang bikin masyarakat, khususnya anak muda di perkotaan malas jalan kaki.

1. Polusi udara

Jalanan penuh dengan kendaraan dengan asap yang mengepul. Belum lagi kalau lagi macet.  Udah polusi udara, polusi suara pula!

2. Cuaca

Keruwetan di jalan bikin udara makin panas. Apalagi udara di Indonesia yang tropis ini termasuk panas. Tapi sebaliknya, hujan juga nggak kondusif bagi pejalan kaki. Kalau jalan, bisa-bisa sampe di sekolah udah nggak fresh, dong?

3. Minimnya jalur pejalan kaki dan penyalahgunaannya

Sebenarnya masalah polusi di jalan dan cuaca masih tertolong seandainya kota-kota di Indonesia punya jalur pejalan kaki yang memadai. Kenyatannya tidak. Jalur pejalan kaki masih antara ada dan tiada di jalan-jalan. Kalaupun ada, jalannya masih bolong-bolong dan geradakan. Nggak nyaman dan nggak aman bagi pejalan kaki.

Belum lagi pengendara motor yang seenaknya menjadikan trotoar sebagai “jalur alternatif” atau tempat parkir dadakan. Plus pedagang yang bikin sembarang lapak di space buat jalan kaki. Makin syulit aja jalan kaki. Sampai-sampai, beberapa waktu lalu ada pejalan kaki yang sengaja menghalangi motor-motor yang berkendara di trotoar jalan Sudirman, lho!

4. Jalanan nggak aman

Gimana dengan jalan yang lebih kecil? Well, keamanan masih menjadi isu. Pertama, nggak aman karena ulah pengendara. Masih banyak pengendara yang ugal-ugalan, iseng kebut-kebutan, atau naik motor bertiga sambil haha-hihi. Di antara mereka banyak yang belum cukup umur untuk mengemudi.

Rasa nggak aman bukan hanya ditimbulkan tindakan seperti penjambretan di jalan, tapi juga kelakuan seperti menggoda atau menyiul orang yang lewat. Tindakan pelecehan seperti bikin orang malas jalan kaki.

5. Transportasi umum massal bukan pilihan

Menggunakan kendaraan umum sebenarnya solusi buat mengurangi kemacertan dan solusi. Dengan memilih kendaraan umum, kita juga bakal lebih banyak berjalan. Mulai dari berjalan ke halte dan jalan dari tempat pemberhentian ke lokasi tujuan. Tapi lagi-lagi kendaraan umum nggak jadi pilihan utama, karena faktor keamanan dan kenyamanan tadi.

Perlu diakui, kualitas dan pelayanan kereta api antar kota, bus di jalur busway, serta beberapa angkutan umum mengalami peningkatan. Sayangnya, peningkatan ini belum merata dan belum memenuhi kebutuhan penggunanya. Masih banyak buskota yang seradak-seruduk kayak lagi reli, serta masih sering terjadi kriminalitas dan pelecehan di angkutan umum. Akhirnya pilihan masyarakat, terutama kalangan menengah atas adalah…..

6. Transportasi online

Transportasi online memang sangat praktis dan membantu, baik buat mengantar kita ke tempat tujuan, pesan makanan, belanja ini-itu, sampai antar jemput barang. Tapi kalau sedikit-sedikit mengandalkan transportasi online dan meninggalkan angkutan umum, maka nggak heran kalau jalanan makin macet dan frekuensi jalan kaki makin berkurang.

Wong, ke mini market atau tukang bakso deket rumah aja males!. Pengennya duduk manis di rumah sambil utak-atik smartphone, dan segala kebutuhan dipesan antar. Hayo tunjuk tangan kalau kamu termasuk yang seperti ini. Hehehe

7. Nggak memanfaatkan kesempatan jalan

Kamu sebenarnya bisa jalan di sekeliling kampus, sekolah, tempat les, atau lainnya. Tapi ya, lagi-lagi mager. Begitupula kebiasaan kecil seperti memilih untuk naik tangga ketimbang eksalator atau lift. Ppengen serba praktis dan gampang dengan naik  tangga jalan dan lift, meskipun cuma 1-2 lantai. Huft!

Males jalan dan malas gerak kesannya sepele, tapi akibatnya bisa kompleks. Nggak cuma bikin penyakit malas kamu jadi makin akut, tapi juga beneran bisa bikin badan nggak fit bahkan sakit. Risiko obesitas juga semakin besar, dan ini merupakan gerbang menuju berbagai penyakit.

Kamu bisa kok, berbuat sesuatu. Mulai dari memaksakan diri kamu untuk berjalan keliling kompleks, beli ini-itu di warung atau minimarket, hingga membiasakan diri naik tangga. Dimulai dari hal-hal yang simpel aja, sob! Kamu juga bisa memulai naik kendaraan umum dan menggunakan jalur pejalan kaki. Bisa memperbanyak gerak sekaligus mengurangi polusi kendaraan, ‘kan?

Kalau mau berbuat sesuatu yang lebih berpengaruh untuk jangka panjang, kamu bisa gabung dengan komunitas pejalan kaki atau pecinta lingkungan. Biasanya mereka membuat kegiatan/kampanye untuk mendorong pemerintah daerah agar dalam pembangunan dan penataan kota mulai memikirkan kebutuhan masyarakat, terutama pejalan kaki.

Dan yang terpenting, jangan sampai kamu MENJADI BAGIAN DARI PERMASALAHAN. Jangan mengendarai kendaraan ugal-ugalan dan nekad menerobos jalur pejalan kaki. Jangan pula suka nongkrong-nongkrong sambil godain orang lewat. Kalau kamu diantar sama ayah, kakak, atau kang ojek langganan, ingatkan mereka supaya nggak ganggu pejalan kaki dan melanggar lalu lintas.

Jangan cuma ngeluh dengan kondisi jalanan, tapi kamu sendiri nggak berbuat sesuatu. Setuju?

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 9 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1