Orang Dalam di Suatu Perusahaan: Penting atau Nggak, Ya?

"Ya, sebenarnya sih, mau sehebat apapun skills yang kamu miliki, kalau kamu nggak punya orang dalam untuk mencari pekerjaan, ya, sama aja boong."

"Ah, ngapain punya IPK tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya kalah sama orang yang punya orang dalam?"

"Makanya, jaringan pertemanan kamu diluasin, siapa tau, nanti masuk perusahaan besar berkat orang dalam."

Hmm… Pernah nggak, sih, gaes, kamu mendengar perbincangan tentang “orang dalam”? Sebenarnya “orang dalam” yang suka dibicarakan oleh orang-orang itu, apa, sih? Well, orang dalam adalah seseorang yang kamu kenal di suatu perusahaan atau lembaga, yang dapat mempermudah urusanmu. Kalau pada saat ini urusanmu ialah dalam mencari pekerjaan, orang dalam ini dapat mempermudahmu dalam mendapatkan pekerjaan di suatu perusahaan.

Saya sering sekali, nih, mendengar obrolan terkait orang dalam ini. Pada awalnya, saya nggak pernah ambil pusing terkait perbincangan “orang dalam” ini, sampai pada suatu ketika saya melihat komentar di Instagram @rencanamuid. Ketika Rencanamu sedang membuat artikel terkait pentingnya IPK yang tinggi dan skills penting yang harus kamu miliki, ada saja, nih, teman-teman Rencanamu yang berkomentar seperti ini: “Ah, buat apa kamu punya IPK tinggi-tinggi dan skills yang banyak, kalau nanti, ketika mencari pekerjaan kamu akan kalah dengan pelamar lainnya yang memiliki orang dalam.”

To be honest, potek, lho, nih, hatinya setelah baca komentar seperti itu. Ketika Rencanamu sedang berusaha encourage kamu untuk memperjuangkan nilaimu di sekolah atau IPK-mu, encourage kamu untuk menambah skills dan memperdalam skills-mu agar up to date di dunia kerja dan encourage kamu untuk memperbanyak network, eh, malah ada yang komentar demikian, hiks.

“Lho? Itu sering banget ada artikel tentang memperluas dan memperbanyak networking di jurnal Rencanamu, terus networking itu gunanya apa, dong? Bukannya untuk memperbanyak orang dalam biar nantinya mudah masuk ke suatu perusahaan?”

Duh, daripada makin banyak yang salah kaprah mengenai orang dalam ini, mending kita bahas satu per satu, yuk, supaya nggak ada yang salah mengerti tentang orang dalam.

Apa benar networking diperluas agar memiliki banyak orang dalam yang tersebar di berbagai perusahaan?

Jawabannya kurang tepat! Kalau kamu berpikir bahwa networking adalah suatu cara agar kamu memiliki banyak orang dalam sehingga kamu nggak perlu lelah-lelah mengikuti seleksi dalam suatu penerimaan pegawai baru, maka, jawaban kamu kurang tepat. Kamu harus memperluas networking-mu karena dengan banyak mengenal orang, maka, kamu akan mendapatkan banyak reference.

Apakah reference ini sama dengan orang dalam? Tentu keduanya merupakan dua hal yang berbeda. Reference atau referensi adalah suatu rekomendasi yang diberikan oleh orang yang kenal tentang kamu kepada suatu perusahaan. Eh, tapi, dengan rekomendasi tersebut bukan berarti kamu bebas diterima bekerja di suatu perusahaan tanpa diseleksi terlebih dahulu, ya. Kamu masih tetap akan melakukan serangkaian seleksi untuk diterima di perusahaan tersebut.

rekomendasi

Masih bingung bedanya antara reference dan orang dalam? Contohnya gini, nih, gaes, kamu punya senior yang sudah bekerja di perusahaan A, kamu nggak perlu lagi mengikuti interview atau serangkaian psikotes untuk diterima di perusahaan A. Kamu sudah memiliki seniormu untuk mempermudah kamu diterima di perusahaan A. Yap, inilah yang disebut sebagai orang dalam.

Sedangkan reference, contohnya seperti ini, gaes. Kamu memiliki senior di perusahaan B, seniormu sudah mengetahui kemampuan-kemampuanmu saat kamu masih di dalam satu organisasi yang sama dengan seniormu. Seniormu memberikan rekomendasi ke pihak HRD atas apa yang telah ia ketahui. Apa, sih, kelebihannya rekomendasi? Ya… Intinya, kamu akan mendapatkan nilai tambahan karena kemampuan yang kamu tulis di CV telah diaku oleh orang lain.

Namun, kamu masih perlu mengikuti serangkaian tes dan interview meskipun kamu telah mendapatkan rekomendasi. Kamu nggak serta-merta masuk begitu saja dalam suatu perusahaan. Reference juga bisa berupa informasi lowongan pekerjaan yang diberitahukan oleh orang-orang yang kamu kenal, lho.

Jadi, perlu diingat kembali, ketika saya mengajak kamu untuk turut aktif menjadi sukarelawan, aktif dalam suatu organisasi, aktif dalam suatu kegiatan dan sebagainya untuk mengembangkan network-mu, hal tersebut berarti agar kamu mendapatkan banyak reference. Jangan sampai salah mengerti, ya, gaes.

Tapi, bukannya banyak, ya, perusahaan yang menggunakan sistem “orang dalam”? Nanti kalah saing, dong, dengan pelamar yang punya kekuatan orang dalam?

Saya nggak bisa bilang kalau di Indonesia nggak ada perusahaan yang masih mempraktikkan sistem “orang dalam”. Pasti, masih ada perusahaan yang mempraktikkan hal ini namun nggak banyak. Saya pernah mencoba melamar di beberapa perusahaan, dalam formulir perusahaan tersebut sudah dijelaskan bahwa saudara ataupun kenalanmu nggak dijadikan faktor utama diterimanya kamu di perusahaan tersebut.

Kalau pun kamu masuk ke suatu perusahaan yang melakukan praktik sistem “orang dalam”, ada baiknya kalau kamu menjauhi lingkungan tersebut. Lho? Bukannya sudah bagus, ya, diterima bekerja? Kok, malah disuruh jauh-jauh?

Well, menurut saya, kamu nggak akan bisa berkembang di perusahaan tersebut. Bekerja nggak hanya soal mencari uang saja, lho. Kamu juga perlu mengembangkan dirimu dari segi kemampuan dan juga posisi pekerjaan. Mau kemampuan dan posisimu stuck disitu saja karena lingkungan kerja yang toxic?

Tapi, orang dalam itu masih penting untuk dimiliki, kan?

Well, mari menjawab pertanyaan di atas dengan pertanyaan kembali! Apakah kamu ingin mendapatkan cepat pekerjaan namun kamu nggak berkembang dengan baik atau membutuhkan beberapa waktu untuk mendapatkan pekerjaan namun kamu memiliki kesempatan untuk berkembang?

Kalau kamu ingin cepat mendapatkan pekerjaan, maka, mungkin kamu akan menganggap bahwa orang dalam itu penting. Akan tetapi, kamu nggak punya ruang untuk berkembang dan kamu pun akan malas untuk mengembangkan dirimu dari nol. Gimana kamu mau mengembangkan diri, kalau kamu saja memiliki orientasi yaitu hanya mengejar perusahaan dan berkat bantuan dari orang dalam. Hasil akhirnya apa? Kamu akan bekerja hanya untuk mendapatkan uang namun nggak mendapatkan added value lainnya. Sayang banget, kan?

perkembangan karir

Kalau kamu memilih untuk menggunakan waktu yang cukup lama namun kamu ingin berkembang, maka, orang dalam mungkin akan kamu anggap nggak penting. Kamu akan merasa tanpa orang dalam, kamu pun percaya akan mendapatkan suatu pekerjaan berdasarkan kemampuan yang kamu miliki. Ketika kamu mendapatkan pekerjaan, kamu pun pasti akan lebih berkontribusi atas pekerjaanmu. Ketika kamu berkontribusi, maka, kamu secara nggak langsung akan belajar banyak hal.

Jadi, saya tanyakan kembali, apakah orang dalam itu penting untuk kamu miliki? Mana yang lebih penting kalau dibandingkan dengan mendapatkan pekerjaan berdasarkan kemampuanmu sendiri?

Tapi, tanpa orang dalam mendapatkan suatu pekerjaan menjadi suatu hal yang susah banget, kan?

Well, menurut saya, mendapatkan suatu pekerjaan masih dipengaruhi oleh faktor keberuntungan juga, lho. Selain faktor keberuntungan, faktor penting lainnya ialah kamu harus memiliki kemampuan dan nilai IPK yang baik. Mau bagaimana pun IPK dan kemampuan dapat mengantarmu hingga ke gerbang seleksi masuk suatu perusahaan.

Tanpa adanya orang dalam, nggak membuat kamu kesulitan dalam mencari kerja. Nggak percaya? Setelah saya wisuda, saya nggak hanya membutuhkan waktu beberapa minggu untuk mendapatkan suatu pekerjaan. Yap, saya menjadi seorang penulis lepas, namun, hal tersebut masih dianggap pekerjaan, kan?

Nggak lama dari saya diterima menjadi seorang penulis lepas, saya diterima di dua perusahaan besar dalam waktu yang bersamaan. Apakah saya punya orang dalam di perusahaan tersebut? Jawabannya nggak. Saya hanya punya satu teman yang magang di salah satu perusahaan tersebut dan merekomendasikan saya untuk bekerja di perusahaan tersebut. Jadi, menurut saya, mencari pekerjaan tanpa orang dalam pun nggak membuat saya kesulitan dalam mencari pekerjaan.

***

Seperti yang sudah disebutkan di atas, sekarang sudah banyak, lho, perusahaan yang aware dengan sistem orang dalam ini sehingga mereka dengan tegas melarang praktik sistem orang dalam di perusahaannya.

Selain itu, dengan bergantung kepada orang dalam, kamu pun hanya menjadi seorang pekerja yang berorientasi mencari uang saja dan nggak bisa mengembangkan dirimu sendiri. Bahkan, ada juga yang malah nggak banyak berkontribusi pada pekerjaannya. Jadi, gimana, gaes? Apakah kamu masih mau bergantung dengan orang dalam setelah membaca artikel di atas?

Baca juga:

(Sumber gambar: medium.com, seguetech.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1