9 Cowok Indonesia yang Berhasil Masuk Daftar “30 Under 30” Forbes Asia Tahun Ini
- Mar 03, 2016
- Fatimah Ibtisam
Tiap tahun, majalah bisnis Forbes rutin membuat list bergengsi yang menampilkan 30 anak muda di bawah umur 30 tahun yang bersinar di bidangnya masing-masing.
Di Forbes versi Asia tahun ini, ada 16 anak muda Indonesia yang tercatat dalam 30 Under 30 tersebut. Kalau sebelumnya Youthmanual sudah sekilas cerita tentang perempuan-perempuan Indonesia di dalam daftar tersebut, kali ini kami ingin cerita tentang cowok-cowoknya!
Simak sepuluh cowok Indonesia yang berhasil masuk dalam daftar “30 Under 30” Forbes Asia tahun ini!
1. Joey Alexander Sila, 12 tahun
* Nama Joey mulai jadi trending topic ketika pianis beraliran jazz ini menjadi nominasi kategori Best Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album dalam Grammy Awards 2016, PLUS tampil di ajang musik bergengsi tersebut. Album perdananya, My Favorite Things, juga berhasil masuk dalam chart Billboard di Amerika. Waduh, tepuk tangan aja nggak cukup buat Joey. Mesti tepuk pramuka juga, deh, saking hebatnya!
* Cowok belia kelahiran Bali ini mulai kenalan dengan piano ketika usianya 6 tahun. Joey sempat belajar musik di Purwacaraka dan sekolah musik Farabi, namun akhirnya memutuskan untuk menekuni piano jazz secara otodidak. Di usia 8 tahun, Joey sudah diundang UNESCO untuk tampil di depan musisi jazz ternama, Herbie Hancock. Setelahnya, dia tampil di berbagai festival dan pertunjukan bergengsi seperti Rochester Jazz Festival, Newport Jazz Festival dan Jazz at Lincoln Center.
* Joey sekeluarga lalu diberikan visa khusus untuk orang-orang berbakat oleh negara Amerika Serikat, sehingga mereka pindah ke New York City pada tahun 2014. Hitung-hitung agar karier dan skill Joey juga jadi bisa diasah dengan lebih intens. Kini Joey sedang sibuk tur, menjalani sekolah secara online, sekaligus mempersiapkan album keduanya.
2. Yasa Paramita Singgih, 20 tahun
* Penulis buku Never Too Young To Become a Billionaire ini memang emeizing! Di saat anak-anak muda seusianya baru hanya fokus sekolah dan, ehem, nongkrong-nongkrong, Yasa sudah mulai bekerja sebagai MC dan EO di usia 15 tahun, karena ingin meringankan beban ortunya. Setahun setelahnya, Yasa mencoba membuka bisnis kaos kecil-kecilan.
* Di umur 18 tahun, bisnis kaos Yasa sempat rugi sampai 100 juta rupiah, sehingga terpaksa ditutup. Padahal saat itu, alumni SMA Regina Pacis Jakarta ini akan menghadapi UN, lho. Kebayang nggak, sih, galaunya kayak apa? Kerennya, dia bisa bangkit dan malah jadi lebih hebat lagi!
* Sekarang, mahasiswa Universitas Bina Nusantara ini menjadi presiden direktur Men’s Republik, brand pakaian laki-laki yang pelanggannya tersebar hingga negara-negara tetangga seperti Filipina, Taiwan, dan Hongkong. Keuntungannya mencapai ribuan dolar per bulan lho, gaes!
3. Abraham Viktor, 23 tahun
* Awal tahun 2015 lalu, cowok yang akrab dipanggil Bram ini membuat usaha pembiayaan (kredit) secara online bernama Taralite. Pengguna bisa meminjam uang di Taralite untuk beragam kebutuhan seperti pernikahan, persalinan, bahkan umroh.
* Dalam waktu relatif singkat, Taralite langsung sukses! Per November 2015, mereka mengklaim sukses menjaring sekitar 300 pengajuan pinjaman setiap bulannya.
* Nggak mau setengah-setengah, Bram ingin mengembangkan usahanya ini sampai ke Singapura. Bram juga bercita-cita bisa bekerja sama dengan universitas-universitas, agar para mahasiswa bisa mencicil uang kuliah mereka.
* Bram sendiri adalah lulusan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Semasa kuliah, alumni SMA Morning Star Academy ini aktif dalam berbagai kegiatan, seperti Model United Nation dan English Debate Society. Bram juga senang menyibukkan diri dengan magang dan bisnis kecil-kecilan. Dia pernah, lho, bikin usaha selai dan menyalurkannya ke toko-toko roti.
4. Muhammad Alfatih Timur, 24 tahun
* Setelah lulus dari kelas akselerasi SMAN 1 Padang, Timmy kuliah di jurusan Manajemen di Universitas Indonesia. Semasa kuliah, peraih gelar Best Graduates untuk kategori community service ini aktif di BEM, Keluarga Besar Mahasiswa Minangkabau, Forum Mahasiswa Ekonomi Indonesia, dan banyak kegiatan lainnya.
* Timmy sempat menjadi asisten guru besar ekonomi, Profesor Rhenald Kasali, di Rumah Perubahan milik Prof. Rhenald. Pada pertengahan 2013, Timmy mendirikan KitaBisa, sebuah platform donasi untuk berbagai kegiatan sosial. Melalui situs KitaBisa, siapapun bisa mengajukan program dan menggalang dananya. Misalnya, kalau kamu ingin membuat program penyuluhan di daerah terpencil namun nggak ada dananya, kamu bisa mengajukan proposalnya ke KitaBisa. Kalau disetujui, mereka akan membuka jalur donasi untuk program kamu itu.
* Semua proposal yang masuk ke KitaBisa diseleksi oleh Timmy sendiri. Kalau disetujui, KitaBisa akan memberikan update masing-masing proyek secara transparan di website mereka. Misalnya, sudah berapa dana yang terkumpul untuk program A? Kegiatan apa yang sudah dijalankan program B? Sudah banyak banget, lho, proyek sosial yang berhasil dibantu oleh KitaBisa!
5. Abraham Ranardo, 25 tahun
* Alumni SMAN 8 Jakarta dan Teknik Informatika ITB ini sukses berkarier di bidang teknologi. Abraham adalah seorang software developer yang mengembangkan Mailbird, sebuah email reader untuk desktop Windows. Saking suksesnya, Abraham pernah diajak bekerja sama bareng Dropbox, Evernote, dan Whatsapp.
* Abraham lulus dari ITB dengan predikat cumlaude. Selain bekerja di Mailbird, cowok yang akrab dipanggil Abe ini juga bekerja sebagai software developer di Livit Ecosystem dan konsultan IT di Geekhunter.
* Abe juga pernah menjadi relawan Kelas Inspirasi serta Sahabat Edukasi yang memotivasi siswa SMA untuk berpendidikan tinggi serta mengejar impian mereka.
6. Benny Fajarai, 25 tahun
* Di Indonesia, nggak banyak orang yang bisa menekuni passion di bidang art dan teknologi komputer secara sekaligus. Kebetulan, Benny Fajarai punya minat dalam dua hal tersebut, dan dia sukses menggabungkannya dalam Kreavi, sebuah social network untuk para profesional di bidang kreatif. Penggunaannya sempat mencapai 30,000 orang, lho!
* Meski demikian, Benny menjual Kreavi di tahun 2015. Di tahun yang sama, dia meluncurkan Qlapa.com, online marketplace yang mengkurasi dan menjual kerajinan tangan dari Bali.
* Dulu Benny kuliah di jurusan Teknik Informatika di Universitas Bina Nusantara dan sukses lulus dengan predikat cumlaude. Ketika masih kuliah, Benny sempat mendirikan bisnis digital agency yang cukup sukses, bahkan berhasil menggaet perusahaan-perusahaan besar seperti AC Nielsen dan Sampoerna sebagai klien.
7. Arief Widhiyasa, 28 tahun
* Tahun 2005, Arief mulai kuliah di ITB jurusan Teknik Informatika. Lalu bersama teman-teman kuliahnya, dia mendirikan Agate Studio, startup yang membuat digital game. Saking berdedikasinya, Arief memutuskan untuk berhenti kuliah demi fokus di Agate Studio. Wow, nekat drop-out dari ITB!
* Memang, sejak kecil, cowok kelahiran Denpasar ini hobi banget main game. Kini, Agate sudah membuat sekitar 200 game dan memiliki sekitar 65 kru. Mereka bahkan mengembangkan game untuk platform Playstation 4 dan Xbox One, lho.
* Meski Arief drop-out dari ITB, bukan berarti Arief nggak “mampu” kuliah di ITB. Sewaktu masih bersekolah di SMPN 1 dan SMAN 1 Singaraja, Bali, Arief sering ikutan kompetisi akademik dan pernah menjuarai lomba matematika, cerdas cermat, hingga Olimpiade Sains. Otaknya encer banget, gaes!
8. Ferry Unardi, 28 tahun
* Cowok kelahiran Padang ini adalah co-founder dan CEO dari Traveloka, salah satu situs pemesanan tiket dan hotel online terbesar di Indonesia. Ide pembuatan Traveloka datang karena dulu Ferry sering kesulitan memesan tiket dari Amerika ke Padang, karena fasilitas pemesanan online-nya belum memadai.
* Wih, ngapain Ferry bolak-balik Amerika-Padang? Ternyata dulu Ferry kuliah di Purdue University, Amerika Serikat, jurusan Computer Science and Engineering. Ferry juga sempat bekerja di kantor Microsoft, Seattle, selama tiga tahun, sebelum akhirnya mengambil program MBA di Harvard University.
* Ferry memutuskan berhenti kuliah di Harvard University untuk mendirikan bisnis Traveloka bersama dua temannya.
9. Kevin Aluwi, 29 tahun
* Dulu, lulusan University of Southern California, Amerika Serikat ini sempat bekerja di Zalora dan mendirikan situs perjodohan Setipe.com.
* Sekarang, Kevin lebih dikenal sebagai co-founder dan Chief Financial Officer Go-Jek. Tahun 2014, Kevin dan founder lainnya mulai mengembangkan aplikasi smartphone untuk Go-Jek. And as you all know, kesuksesan Go-Jek pun melejit gila-gilaan!
* Di bawah kepemimpinan Kevin dan kawan-kawan, bisnis Go-Jek meluas ke beberapa kota di Indonesia. Pelayanannya pun semakin beragam. Selain Go-Jek, mereka juga menyediakan layanan Go-Massage, Go-Clean, Go-Busway, dan sebagainya. Asal jangan Go-Song atau Go-Lok, ya. Syerem!
***
Nah, yang bisa dibilang cowok keren nusantara ya mereka-mereka ini! Setuju nggak? Sebenarnya ada satu lagi cowok berdarah Indonesia dengan kewarganegaraan Australia yang menembus daftar 30 Under 30 Forbes Asia. Dia adalah Moses Lo, founder dan CEO Xendit, sebuah layanan pembayaran mobile di Asia Tenggara yang mempunyai… 13 ribu pengguna!
Pokoknya, semoga anak muda Indonesia makin bersinar, seterang sinar matahari jam satu siang, ya, gaes. Hihihi!
(sumber gambar: www.joeyalexander.com, www.bintang.com, 4muda.com, www.gepi.com, www.about.me.com, www.startupbisnis.com, www.techinasia.com, it.avatar-nusantara.com, duniakunet.com, www.youtube.com)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus