Mengenal Berbagai Kebiasaan Penyebab Pola Makan yang Nggak Sehat

Kalau kamu mendengar pola makan yang sehat, pasti yang ada di pikiran kamu adalah makanan 4 sehat 5 sempurna, tiga kali sehari, nggak kurang nggak lebih.

Kalau begitu, apakah pola makan yang “nggak sehat” cuma dinilai dari kadar nafsu makan dan jenis makanannya aja?

Nope! Kebiasaan penyebab pola makan ternyata sangat dipengaruhi oleh kondisi fisik dan mental. Jadi, jangan keburu nge-judge pola makan seseorang dari patokan pola makan sehat aja. Ada orang yang jarang makan karena nggak merasa lapar, ada pula orang yang ketika nggak merasa lapar pun tetap kepengen makan. Semua ada penyebabnya!

Supaya nggak salah kaprah lebih jauh, pahami dulu, deh, seperti apa sih kebiasaan-kebiasaan yang menyebabkan pola makan nggak sehat?

1. Habitual Eating

habitual

Sederhananya, habitual eating muncul karena kegiatan menyantap makanan yang sama terus menerus, dalam waktu yang sangat lama. Nggak peduli dengan umur yang semakin bertambah, jenis aktivitas yang dilakukan, dan kondisi tubuh saat itu, frekuensi, porsi, dan jenis makanan yang dimakan tetap sama.

Misalnya, dari kecil kamu terbiasa sering makan nasi pakai telur (saja), dan kebiasaan ini terbawa sampai kamu besar.

Hal ini sebenarnya sangat nggak sehat, lho, gaes. Soalnya, asupan gizi yang kamu butuhkan saat kecil tentunya nggak sama dengan ketika kamu dewasa. Belum lagi kalau ada hari-hari dimana kamu sibuk dan butuh energi ekstra.

Bayangin aja kalau dari SD sampai kuliah, kamu selalu makan nasi putih dan telur dengan porsi yang sama. Bosen iya, kurang gizi juga iya!

2. Emotional Eating

emotional

Kayaknya, sih, hampir semua orang pernah menjalani pola makan yang satu ini. Sesuai namanya, pola makan ini terjadi apabila emosi kamu sedang tidak stabil, sehingga kamu merasak sangat terdorong untuk makan dan nggak bisa di-rem!

Kebanyakan kasus emotional eating terjadi ketika seseorang merasa sedih, marah, atau bosan. Rasanya, kalau perut nggak diisi, perasaan-perasaan tersebut nggak akan bisa hilang. Makanya, mereka pasti memilih untuk makan-makanan yang kaya lemak dan karbohidrat agar cepat merasa kenyang.

Nah, itulah yang membuat pola makan ini berdampak buruk bagi kesehatan. Menurut penelitian, 40% responden yang mengaku makan hanya gara-gara stres, tuh, positif  obesitas. Duh...

3. Sensual Eating

sensual

Sensual eating adalah kebalikan dari emotional eating, yaitu kondisi dimana seseorang merasa senang ketika ia memakan makanan yang disukainya. Kayak ketemu gebetan gitu, deh, sob. Ketemu sekali, senang, terus kepengen ketemu lagi. Hihihi.

Rasa senang yang ditimbulkan pola makan ini nggak hanya ditimbulkan ketika memakan makanan saja. Kalau orangnya lagi senang karena berbagai hal pun, dia tetap merasa ingin mengonsumsi makanan yang disukainya tersebut.

Lho, kenapa nggak sehat? Karena pola makan ini biasanya menjadi siklus! Senang, trus makan, senang lagi, trus makan lagi, trus senang lagi. Begitu terus, sampai nilai rupiah lebih tinggi dibanding dolar!

4. External Eating

external

Pola makan ini terjadi ketika seseorang melihat makanan yang aestethic atau kelihatan sangat enak, trus jadi kepengen makan, deh. Nggak peduli apakah dia sedang merasa lapar atau nggak. Bahasa gaulnya... laper mata.

Meskipun nafsu makan yang ditimbulkan oleh pola makan external eating ini bersifat sesaat, bukan berarti orang yang mengalaminya nggak rentan obesitas. Hawa nafsu makan akibat external eating ini nggak bisa ditekan dengan hanya merem, lho. Berdasarkan studi psikologis, nafsu makannya hanya bisa ditekan ketika orang tersebut sudah memakan makanan yang membuat mereka lapar mata.

Nah, lho... jadi mikir dua kali deh, kalau mau hengot ke kafe dan resto kekinian!

5. Energy Eating

energy

Mayoritas orang yang memiliki pola makan energy eating menganggap dirinya memiliki pengetahuan yang mumpuni soal kebutuhan gizi yang dibutuhkan tubuhnya. Makanya, kalori makanan yang dikonsumsinya selalu dihitung secermat mungkin, agar sesuai dengan setiap kegiatan yang ia lakukan.

Misalnya, kamu baru aja lari pagi, dan berhasil membakar 200 kalori. Nah, kamu merasa sah-sah aja untuk memakan makanan dengan takar kalori yang samau. Atau bisa aja kamu hanya memakan makanan dengan jumlah kalori yang pas dibutuhkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas utama kamu dalam sehari.

Sesungguhnya, toleransi dan perhitungan ala-ala inilah yang membuat kebiasaan makan ini jadi “menyimpang” dan nggak sehat. Come on, let’s be real. Tubuh kamu, tuh, butuh jauh lebih banyak kalori dari yang kamu hitung, lho!

(sumber gambar: wordpress.com, wikihow.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 30 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1