Afi Nihaya Faradisa, Cewek 18 Tahun yang Mendadak Beken Karena Tulisannya yang Bijak, Dewasa dan Elegan

Satu hal yang belakangan ini membuat kita-kita di Youthmanual eneg dan emosi adalah… media sosial. Wah, kok bisa? Padahal medsos gitu, lho. Can’t live without them!

Tentunya gara-gara isu-isu “perbedaan” yang belakangan ini nggak ada habisnya muncul di Indonesia. Mulai dari perbedaan agama, ras, pilihan calon gubernur DKI Jakarta, bentuk negara, sampai isu unjuk rasa, pemboikotan, dan pelarangan beribadah. Isu sensitif semua, sob!

Akibatnya, perbedaan pendapat di medsos dan chat groups pun ikut luar biasa memuncak. Pertengkaran dan sensi-sensian pun nggak terhindarkan, bahkan di antara teman dekat atau keluarga sendiri. Baca, deh, tulisan-tulisan Kak Tisam tentang hal tersebut di sini dan di sini.

Tiap orang tentunya punya pendapat yang berbeda tentang isu ini, tetapi nggak semua orang bisa menyampaikan pendapatnya dengan baik, tanpa nada “menyerang”.

Nggak heran kalau beberapa hari lalu, internet heboh, karena ada seorang cewek bernama Afi Nihaya Faradisa berumur 18 tahun dari Banyuwangi, yang bisa menyampaikan pendapatnya dengan sangat elegan, terutama untuk ukuran seusianya.

Siswi SMA Negeri 1 Gambiran Banyuwangi ini menuliskan pendapatnya tentang cara orang Indonesia menyikapi “perbedaan” belakangan ini, di-post di Facebooknya, dan sukses membuat banyak orang tersentuh. Begini isinya:

“Aku pernah mematikan total hapeku selama 10 hari.

Selama itu, aku tidak berhubungan dengan dunia luar sama sekali.

Hanya dari situ kau bisa mengamati apa yang gadget dan koneksi internet telah renggut selama ini.

Katakanlah aku terjebak dalam sudut pandang yang menggelikan.

Katakanlah aku salah menyikapi kemajuan, tapi hal-hal ini yang telah kupelajari dalam 10 hari.

Sudahkah kau mencoba sendiri sebelum menjustifikasi?

Melalui layar 4 inci ini, aku memang melihat dunia tanpa batas yurisdiksi.

Namun, kata orang bijak, "You are what you eat".

Belakangan aku tahu bahwa hal itu tidak hanya berlaku untuk makanan perut, tapi juga "makanan pikiran".

Apa yang telah kita masukkan dalam pikiran, jiwa, dan hati kita selama ini menentukan seperti apa diri kita.

Lalu pernahkah bertanya, yang aku telan selama ini lebih banyak racun atau gizinya? Pantas kalau diri kita masih gini-gini saja.

Ternyata ini sebabnya.

Perhatikan, kondisi "sumber makanan pikiran" kita semakin tercemari.

Aku lelah menjelaskan pada satu persatu orang tentang negatifnya menyebarkan hoax dan kebohongan.

Kita juga tidak pernah kehabisan alasan untuk saling membenci. Apa-apa dijadikan 'amunisi'.

Sama-sama manusia, kalau beda negara rusuh. Sama-sama Indonesia, kalau beda agama rusuh.

Sama agamanya, beda pandangan juga rusuh. Terus gimana nih maunya?

Padahal, kalau bukan Tuhan, lalu siapa lagi yang menciptakan SEMUA perbedaan ini?

Kalau Dia mau, Dia bisa saja menjadikan semua manusia 'serupa' dalam segala hal.

Lalu, kenapa kita lancang menentang Tuhan dengan meludahi perbedaan?

Aku sendiri tidak pernah mengunfriend yang beda pandangan, aku dan kamu bisa bersahabat walaupun kita tidak sepakat.

Pernah lihat orang yang penuh permusuhan hidupnya tenang?

Bagaimana kita berharap ada bunga yang tumbuh di atas kawah berapi?

Yang dirahmati Tuhan adalah hubungan, bukan permusuhan.

Unity in diversity.

Yang aku heran, apa-apa dijadikan perdebatan.

Seperti ritual medsos tahunan, mulai dari ucapan natal, perayaan valentine, bahkan juga jumlah peserta unjuk rasa!

Diri ini merasa lebih baik karena pihak lain terlihat lebih buruk.

Kita merasa senang atas ketidakbaikan orang.

Tuhan mana yang mendukung karakter seperti itu?

Padahal, this too shall pass.

Semua hal pasti akan berlalu sendiri silih berganti.

10 tahun lagi, apakah yang kita pertengkarkan ini lebih berharga daripada hubungan baik kita?
Padahal, kata "musuh" hanyalah ilusi, sebuah sekat yang kita buat sendiri.

Tuhan tidak mengatakan bahwa Ia hanya dekat dengan pembuluh nadi orang beragama X dan bersuku Y, Tuhan dekat dengan pembuluh nadi semua orang.

Sudah lupa, ya?

Yang aneh adalah, jika tidak pro pokoknya salah! Kontra salah, netral pun juga disalahkan.

Tidak ada hal lain yang ditunjukkan kecuali sifat kekanak-kanakan.

Boikot terhadap produk perusahaan raksasa tidak akan berpengaruh sedikitpun pada owner-owner atas yang sudah kaya raya, yang kalian bahayakan adalah penjual-penjual kecil yang masih bingung cari makan tiap harinya, yang mereka bahkan tidak tahu apa-apa tentang kebijakan perusahaan.

Ada sebuah peribahasa Cina yang layak untuk kita renungkan. "Menyimpan dendam seperti meminum racun tapi berharap orang lain yang mati."

Buddha pun berkata, "Anda tidak dihukum KARENA kemarahan Anda, Anda dihukum OLEH kemarahan Anda."

Jika tetap tidak bisa mengendalikan kemarahan? DIAM!

Setidaknya kemarahan kita tidak akan menjadi sebab kemarahan orang lain.

“Barangsiapa yang diam, dia selamat.” (HR. Tirmidzi no. 2501)

Dan aku tahu,

Memang ada saatnya memproteksi diri. Ada saatnya mempertahankan kenyamanan pribadi.

Tapi bagiku, ada juga saatnya untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Karena itu, aku tidak

akan pergi dari sini :)”

- Afi N.F

Lalu baru kemarin, Afi kembali menuliskan pendapatnya di Facebook, yang nggak kalah bikin trenyuh. Ini isinya:

TENTANG KEBENCIAN DAN CACI MAKI

“Segala perbuatan akan 'dikembalikan' oleh Tuhan pada pelakunya. Rasul pun pernah menerangkan bahwa berbuat baik pada orang lain seperti berbuat baik pada diri sendiri, begitu pula sebaliknya. Tabur-tuai adalah hukum alam semesta, sunatullah istilah Arabnya.

Itupun jika kau mengimani bahwa Tuhan membalas sekecil-kecilnya perbuatan. Di dunia ini, ada orang-orang yang tidak butuh dipuji dan tidak mempan dicaci-maki. Jika aku memberikan batu (cacian) pada seseorang dan orang tersebut tidak menerimanya, batu itu akan tetap jadi milik siapa? Karena hukum alam juga bekerja sesuai janji-Nya, tentu aku akan rugi berlipat ganda. Bagaimana tidak, selain cacianku tidak mempan melukai tujuan, diri ini juga menuai 'karmanya' sendiri.

Pernah dengar eksperimen kristal-kristal air oleh ilmuwan Jepang Masaru Emoto? Penelitian menyimpulkan bahwa kata-kata yang baik (misal, cinta, terima kasih, dsb) mempengaruhi keindahan kristal air, sebaliknya, kristal dalam air akan menjadi jelek dan tak beraturan jika air didekatkan pada sumber kata-kata yang tidak baik (misal, aku membencimu, kau tak berguna).

Bayangkan jika tubuh kita yang 70% terdiri dari air ini suka mendengungkan kata-kata yang tidak baik. Siapa yang pertama akan terkena dampaknya? Jadi, wajar dong jika semakin aku mencaci maki seseorang, aku sendiri yang akan makin 'sakit'.

Yang kucaci maki tidak merasakan apa-apa, justru kasihan kepalaku, kasihan jantungku, kasihan paru-paruku, kasian lambungku jika aku terus menerus mencaci maki dirimu. Rugi banget nggak, sih? Tengok lebih dalam lagi. Dengan terus membenci, dengan terus mencaci maki, kau pikir kau sedang 'menghukum' seseorang namun sebenarnya kau tengah menghukum diri sendiri. Sudahlah, ikhlaskan. Accept and release, forgive and forget. Berlagak menghukum seseorang berarti merebut kewenangan Tuhan. Bukankah kau berkata bahwa kau yang paling mengimani semua janji-Nya?”

- Afi N.F

Whoa! Di saat cewek-cewek lain mungkin sudah merasa keren dengan ber-“kalian semua sucyi, aku penuh dosah”, Afi benar-benar tampil keren dengan penyampaian pendapatnya.

Nggak heran juga, sih, Afi bisa menghasilkan tulisan demikian, karena cewek yang mengaku punya cita-cita jadi guru, trainer pemberdayaan diri, pebisnis, dan penulis ini menulis di Facebooknya, bahwa dia nggak bisa hidup tanpa bersikap kritis, idealis, dan humanis.

Jangan pernah berhenti berpikir kritis, dan menyampaikan pemikiran kamu dengan elegan ya, Afi!

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 23 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1