#MelawanAsap Cara Republika, Andien, dan Kita
- Oct 08, 2015
- Fatimah Ibtisam
Baru-baru ini, grup Whatsapp saya dengan teman-teman kuliah jadi rame, karena kami membahas kebakaran hutan, kabut asap yang nggak abis-abis, serta efeknya yang diderita warga Sumatera dan Kalimantan
Langsung deh, pada meluapkan emosi. Mulai dari protes penanganan yang lelet sampai berdebat tentang siapa yang salah. Saya pun jadi kebawa esmosih jiwah, sampai akhirnya ada seorang teman yang ngingetin. Dia bilang, kalau cuma marah dan kesel sendiri, nggak bakal bermanfaat juga. Mendingan energinya disalurkan untuk berbuat sesuatu.
Tapi kan… tapi kaan… *masih pengen meluapkan emosi, ceritanya* Eh, tapi bener juga, yes? Saya jadi mikir, selain misuh-misuh dan komplen nggak jelas di chat dan medsos, apa sih yang udah saya lakukan untuk membantu #MelawanAsap?
Teman saya juga bilang, kita semua bisa kok, membantu sesuai dengan kapasitas dan kemampuan masing-masing. Nah! *tambah mikir*
Eeh, pas kemarin (8/10), saya menemukan dua aksi #MelawanAsap yang kreatif, inspiratif, dan ngena banget.
Halaman Koran Berasap Republika
Bagi saya, konsep ini sederhana tapi menohok banget. Jadi, koran Republika memuat berita dan headline di halaman depan seperti biasa, tetapi seluruh halaman ini dibuat buram seolah tertutup asap. Trus, di bagian bawahnya terdapat tulisan: “Saat tertutup asap, semua berita menjadi sulit dibaca.”
It hit me so hard! Hal sesederhana tulisan koran yang buram ini aja terasa mengganggu, kebayang gimana harus hidup asap dengan asap tebal setiap hari!
Ternyata, “halaman berasap” ini terasa "mengena" bagi banyak orang, sampai jadi trending topic dan nyebar dimana-mana.
Youthmanual berkesempatan ngobrol dengan redaktur halaman 1 Republika, Fitriyan Zamzami, yang juga alumni Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Bold dan mengena sekali ya, halaman 1 koran Republika kemarin (8/10)?
Fitriyan (F): Sebenarnya yang kami lakukan kecil saja, tapi mudah-mudahan bisa memicu gerakan solidaritas yang lebih luas.
Ceritain, dong, gimana munculnya ide halaman depan "berasap"?
F: Awalnya, Pemimpin Redaksi kami, Nashihin Masha ingin membuat halaman depan yang menohok soal asap, karena keadaan di Riau dan sekitarnya sudah parah sekali. Lalu di rapat siang (7/10), kami saling berbagi ide.
Akhirnya, kami sepakat untuk menutup halaman depan dengan kabut, untuk menggambarkan bahwa semua berita tentang kebijakan pemerintah - seperti turunnya harga solar - nggak akan "terbaca" oleh warga yang terpapar asap. Karena bagi mereka, ada persoalan yang jauh lebih penting, yaitu persoalan hidup-mati.
Kami juga ingin menunjukkan kepada pembaca (terutama yang) di Jakarta, bagaimana rasanya hidup dalam selimut kabut asap.
Reaksi apa yang diharapkan dengan menampilkan halaman depan berasap tersebut?
F: Tentunya, kami ingin pemerintah semakin giat memadamkan asap dan makin menunjukkan empati. Tapi yang lebih utama, kami ingin pembaca semakin aware dengan keadaan di Sumatera dan Kalimantan serta mencoba berbuat semampu mereka untuk meringankan keadaan, meskipun hanya lewat doa.
Oya, seluruh berita yang ketutup "kabut asap" di halaman depan itu adalah berita betulan, lho. Berita hasil jerih payah reporter kami. Jadi, berita yang mereka tulis juga “dikorbankan”, karena jadi nggak terlihat. Kami lakukan ini demi saudara-saudara kita di Sumatera dan Kalimantan.
Andien-Ippe Hentikan A.S.A.P!
Di waktu yang hampir bersamaan, melalui akun Instagram @andienaisyah, musisi Andien dan suaminya Irvan Wahyudi (Ippe) menggalang bantuan untuk disumbangkan ke korban kabut asap.
Kampanye Andien-Ippe ini menampilkan artwork karya Sabrina Johnson berupa ilustrasi seorang anak laki-laki yang berada di bawah kepulan asap. Di tengah gambar ini terdapat tulisan “Hentikan A.S.A.P!” dengan warna merah. Pesan yang saya tangkap adalah, bencana asap harus diatasi A.S.A.P, as soon as possible.
Namun hal yang paling "mengena" dalam kampanye ini adalah caption-nya, dimana Andien dan Ippe menceritakan fakta yang dikumpulkan tim sukarelawan dari lapangan. Penjelasannya diurutkan secara kronologis, dari tanggal 5 sampai 7 Oktober kemarin.
Intinya, sih, keadaan di sana semakin parah dan semakin banyak warga yang butuh bantuan. Sedihnya, meskipun sumbangan masker sudah sangat banyak, ternyata jumlahnya masih kurang dibandingkan kebutuhan di sana.
Andien dan Ippe pun mengajak semua masyarakat untuk ikut membantu melalui sumbangan dana. “Insya Allah amanah akan kami salurkan sebaik-baiknya,” tulis Andien.
Banyak banget yang memberi respon positif dan menyebarkan feed ini. Keren!
***
Itu baru dua contoh, lho. Sebenarnya masih banyak aksi #MelawanAsap lainnya yang nggak kalah keren, karena semua aksi tersebut menunjukkan kepedulian, kekreatifan, dan inisiatif untuk melakukan sesuatu.
Ada, lho, teman saya yang menyalurkan rasa “gemas”-nya terhadap bencana kabut asap dengan mengumpulkan 1,000 tanaman sansevieria yang dikenal dapat menyerap elemen beracun di udara. Yup, bukannya ngamuk di medsos apalagi memaki-maki. Sekarang 1,000 tanaman tersebut sudah disebar ke daerah kabut asap.
Sudah saatnya, nih, kita juga menyalurkan kegemasan kita lewat tindakan nyata. Atau minimal, seperti kata Fitriyan dari Republika, berempati dan berdoa supaya kabut asap bisa teratasi. Mari #MelawanAsap!
(sumber gambar: Coconuts Jakarta, Instagram Andien Ippe)
Kategori
Profesi Terkait
Profesi Terkait Lainnya
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus