Mitos dan Fakta Tentang Perguruan Tinggi Kedinasan. Setuju Nggak, Nih?
- Dec 07, 2017
- Fildza Hasna
Sebentar lagi anak kelas 12 akan memasuki semester genap, which means persiapan masuk kuliah sudah mulai digencarkan. Kamu mau lanjut kemana nih, gaes? Perguruan tinggi negeri? Perguruan tinggi swasta? Atau malah perguruan tinggi kedinasan?
Nah, buat kamu yang pengen melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi kedinasan mendingan kamu simak dulu, nih, mitos dan fakta yang beredar mengenai jenis perguruan tinggi satu ini. Bener nggak sih perguruan tinggi kedinasan itu seperti yang dikatakan orang-orang? Atau jangan-jangan, semua rumor yang beredar itu salah?
Mitos dan Fakta Perguruan Tinggi Kedinasan
Mitos #1: Masuknya susah, harus punya ‘orang dalam’
Banyak yang bilang masuk ke perguruan tinggi kedinasan itu sulit, bahkan lebih sulit daripada masuk PTN. Bayangin, kalau untuk masuk PTN paling banter kamu cuma harus ikut SBMPTN dan atau ujian mandiri, sementara kalau mau masuk Perguruan tinggi kedinasan kamu harus mengikuti serangkaian tes yang terdiri dari tes akademik, fisik, hingga kesehatan.
Makanya, nggak heran kalau marak desas-desus beredar bahwa jika kamu ingin masuk ke perguruan tinggi kedinasan kamu harus punya ‘orang dalam’ untuk membantumu agar lolos serangkaian seleksi tersebut.
Faktanya:
Rangkaian tes masuk perguruan tinggi kedinasan memang panjang dan ketat, tapi keterlibatan ‘orang dalam’ untuk meloloskan calon mahasiswanya itu nggak bener, gaes! Kualifikasi yang sesuai dan kemampuan mumpuni menjadi aspek utama diterima atau nggaknya seseorang ke dalam perguruan tinggi kedinasan. Buktinya, banyak tuh mahasiswa kedinasan yang samasekali nggak memiliki background keluarga yang bekerja di sektor pemerintahan.
Lagian nih ya, hari gini masih melakukan praktik KKN untuk masuk kuliah? Nggak jaman, bro!
Mitos #2: Pendidikan di perguruan tinggi kedinasan sarat akan kekerasan
Pendidikan yang terlampau disiplin dan ‘keras’ seringkali menjadi hal yang muncul di kepala banyak orang saat lagi ngomongin soal perguruan tinggi kedinasan. Nggak jarang, hal ini juga sampai ke telinga media mainstream yang kerap memunculkan berita mengenai kasus-kasus bullying dan kekerasan yang terjadi di sekolah-perguruan tinggi kedinasan tertentu.
Sedikit banyak hal ini bisa bikin orang-orang ciut dan enggan lho untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi kedinasan.
Faktanya:
Beberapa perguruan tinggi kedinasan yang berbasis militer dan semi-militer seperti Akademi Kepolisian Semarang, Akademi Militer, dan Institut Pemerintahan Dalam Negeri memang memiliki kurikulum yang menekankan pada kedisiplinan dan pembentukan fisik serta karakter yang tahan banting. Gimana nggak? Lulusan mereka ‘kan nantinya akan menjadi aparat-aparat yang membela negara serta melindungi warga sipil, mau nggak mau mereka pun harus dididik sedemikian rupa demi mempersiapkan diri untuk hal tersebut.
Kalau kita bicara 5 sampai 10 tahun yang lalu, pendidikan di perguruan tinggi kedinasan jenis ini memang masih kental akan senioritas dan kekerasan. Namun, semakin ke sini, pemerintah mulai membenahi kurikulum di perguruan tinggi kedinasan dengan perlahan menghapuskan dan melarang sistem senioritas dan tindak bullying. Sebagai gantinya, sistem pendidikan di perguruan tinggi kedinasan kini telah dirancang untuk menjadi se-efisien mungkin dan juga tepat sasaran.
Dan lagi nih ya, nggak semua perguruan tinggi kedinasan itu memakai sistem pendidikan militer/semi-militer, kok! Sekolah-perguruan tinggi kedinasan seperti Politeknik Keuangan Negara (STAN) dan Sekolah Tinggi Ilmu Statistik misalkan, mereka menerapkan sistem belajar dan kegiatan perkuliahan yang sama seperti mahasiswa di perguruan tinggi lainnya.
Mitos #3 Peraturan di perguruan tinggi kedinasan terlampau ketat
Nggak seperti perguruan tinggi lain, perguruan tinggi kedinasan terbilang memiliki peraturan yang lebih ketat untuk mahasiswanya. Buktinya, disaat mahasiswa perguruan tinggi lain bisa bebas mengenakan baju apapun yang mereka suka untuk ngampus, mahasiswa perguruan tinggi kedinasan harus mengenakan sergam setiap hari.
Pokoknya di perguruan tinggi kedinasan, kamu nggak bisa berbuat yang macem-macem deh!
Faktanya:
Begini, yang namanya peraturan dimana pun itu pasti ada. Jangankan di perguruan tinggi kedinasan, PTN dan PTS pun pasti punya peraturan-peraturan tersendiri ‘kan untuk mahasiswanya? Nah, tapi yang membedakan peraturan di PTN dan PTS dengan perguruan tinggi kedinasan adalah, di perguruan tinggi kedinasan peraturan-peraturan ini nggak bisa dikesampingkan seenaknya oleh para mahasiswanya. Ini dikarenakan mereka terikat dengan instansi yang membawahi kampusnya dan pemerintah yang membiayai kuliahnya.
Tapi ini nggak berarti mereka dikekang, lho! Mahasiswa perguruan tinggi kedinasan masih bisa bebas seperti mahasiswa PTN dan PTS, hanya saja lebih ketat untuk hal kedisplinan serta etika dalam pergaulan di lingkungan kampus sendiri.
Mitos #4: Berkuliah di perguruan tinggi kedinasan berarti kamu nggak bisa menyalurkan kreativitas dan bebas berekspresi
Gimana mau bebas, kalau soal pakaian aja harus seragam?
Banyak yang menganggap kalau perguruan tinggi kedinasan nggak mendukung kegiatan dan organisasi yang nggak berhubungan dengan bidang akademik. Kehidupan kampus yang membosankan dan monoton seolah menjadi ajang ‘latihan’ bagi para mahasiswanya yang ketika lulus nanti akan menjadi PNS dengan ritme kerja yang serupa—selama bertahun-tahun lamanya.
Faktanya:
Siapa bilang kehidupan perkuliahan di perguruan tinggi kedinasan itu monoton? Banyak kok perguruan tinggi kedinasan yang memiliki unit-unit kegiatan mahasiswa yang mendukung kreativitas dan kebebasan berekspresi mahasiswanya. Kegiatan yang diadakan pun nggak melulu soal akademik, tapi juga kegiatan-kegiatan yang bersifat hiburan dan mengasah soft skill.
Jadi, jangan khawatir ya. Meskipun kamu jadi mahasiswa perguruan tinggi kedinasan, kamu tetap bisa berkreasi kok!
Mitos #5: Lulusan perguruan tinggi kedinasan mudah dapat kerja
Salahsatu hal yang membuat banyak orang tertarik untuk masuk perguruan tinggi kedinasan adalah soal prospek kerjanya. Bayangin, di saat lulusan perguruan tinggi lain harus pontang-panting melamar kerja kesana-kemari setelah lulus, lulusan perguruan tinggi kedinasan cukup duduk manis dan menunggu panggilan dinas.
Makanya nggak heran ‘kan kalau tiap tahunnya, pendaftar Perguruan tinggi kedinasan mencapai angka yang cukup tinggi?
Faktanya:
Ini benar. Salahsatu tujuan dari didirikannya perguruan tinggi kedinasan adalah untuk mencetak aparatur-aparatur negara yang berkompeten dan bisa langsung mengabdi setelah mereka menyelesaikan pendidikannya. Hal ini pun diamini oleh Rikza, alumni Sekolah Tinggi Ilmu Statistik yang kini telah bekerja di Badan Pusat Statistik (BPS) Majene, Sulawesi Selatan.
“Salah satu kelebihan dari mahasiswa kedinasan adalah nggak usah pusing cari kerjaan, karena begitu lulus kami akan langsung diangkat dan ditempatkan di unit kerja. Karena aku dari STIS, maka setelah lulus langsung diangkat di BPS.” begitu tuturnya.
Meskipun masih harus melalui serangkaian tahapan hingga bisa benar-benar diangkat menjadi PNS, tapi tentu ini menjadi salahsatu previlege penting yang nggak bisa didapatkan jika berkuliah di perguruan tinggi lain. Setuju?
Baca juga:
- Ragam Jenis Tes Masuk Perguruan Tinggi Kedinasan
- Ini Dia 7 Perguruan Tinggi Kedinasan Yang Nggak Kalah Kece Dari Perguruan Tinggi Negeri!
- Alasan dan Filosofi Di Balik Seragam Ketat IPDN (dan Sekolah Kedinasan Lainnya)
(sumber gambar: 2afrizal.wordpress.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus