5 Hal Penting Yang Harus Kamu Tahu Sebelum Menjalankan Pertukaran Pelajar
Makin ke sini, anak muda semakin gampang travelling ke luar negeri, entah untuk jalan-jalan atau bersekolah. Kesempatan dan kemudahannya semakin besar, sob! Beda banget lah, ya, dengan zaman emak-babeh kita. Zaman dulu, anak muda pergi ke bandara aja kayaknya jarang!
Dan yang lebih menyenangkan, sekarang ini, kesempatan untuk merasakan sekolah dan hidup di negara lain nggak hanya untuk anak-anak orang kaya. Kenapa? Karena hari gini, program pertukaran pelajar semakin banyak. Wih, asyik banget bisa jalan-jalan ke luar negeri gratis! Eits, tunggu dulu, gaes. Kalau kamu kepengen ikut program pertukaran pelajar hanya karena kamu ingin jalan-jalan, TEETOOOT! Big mistake! Kalau itu alasan utama kamu, jangan harap kamu bisa berangkat (atau bertahan di negara tujuan), deh.
Selain karena organisasi penyelenggara beasiswa pertukaran pelajar nggak bakal meloloskan calon peserta yang niat utamanya hanya jalan-jalan, juga karena menjalani program pertukaran pelajar, tuh, nggak gampang. Jangan lupa, di sana kamu harus SEKOLAH dan menjalankan misi budaya, lho.
Makanya, sebelum mendaftarkan diri untuk ikut seleksi beasiswa pertukaran pelajar, kamu harus tahu hal-hal berikut ini dulu.
1. Program pertukaran pelajar isinya nggak sekedar hura-hura
Pernah dengar istilah “there’s no such thing as a free lunch?” Maksudnya, bukan berarti kamu nggak boleh makan siang gratisan! Maksudnya, nggak ada hal yang cuma-cuma di dunia ini. Semua ada harganya, sob.
Walaupun kamu ikut program pertukaran pelajar dengan biaya pihak sponsor, bukan berarti pihak sponsor membiayai kamu begitu aja. Sebenarnya, mereka berharap kamu juga memberi keuntungan buat mereka atau buat Indonesia. Misalnya, selama belajar di negara tujuan, kamu diharapkan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada penduduk lokal, termasuk host family dan lingkungan sekolah kamu. Malah, peserta pertukaran pelajar memang biasanya diberi mandat untuk memperkenalkan Indonesia begitu.
Selain itu, kamu juga mesti memberikan laporan secara berkala kepada pihak sponsor, mengenai aktivitas dan proses pembelajaran kamu selama di sana.
Sebaliknya, saat pulang ke Indonesia, kamu juga diharapkan untuk mengedukasi lingkungan kamu tentang values positif yang sudah kamu pelajari di negara asing tersebut. Kamu pun diharapkan untuk menjadi “loyal” terhadap organisasi penyelenggara pertukaran pelajar kamu dengan, misalnya, ikutan menjadi salah satu anggota ikatan alumninya, aktif menjadi relawan di organisasi tersebut, dan sebagainya.
Istilah biologinya simbiosis mutualisme lah, ya. Saling menguntungkan.
So, obviously, sebagai peserta pertukaran pelajar, kamu nggak bisa sekedar jalan-jalan cantik dan selfie-selfie... kecuali kalau tugas kamu memang menuntut kamu untuk selfie-selfie, seperti para exchanged students yang lagi ada di Bandung ini, nih, hehehe.
2. Kamu harus mandiri, berhubung jauh dari orang-orang terdekat
Saat mengikuti program pertukaran pelajar di negara yang jaraknya ribuan kilometer dari rumah, pastinya kamu harus siap berjauhan dengan keluarga, teman, sahabat, dan, ehem, pacar.
Akibatnya, kamu jadi harus mandiri dalam menghadapi masalah-masalah personal. Siap nggak kamu mengatasi ke-bete-an kamu sendiri? Siap nggak kamu nggak punya tempat mengadu, curhat, atau bertanya pendapat (at least, sampai kamu mendapat teman baru di sana)? Apalagi kalau durasi pertukaran pelajar kamu sampai satu tahun atau lebih.
Besar kemungkinan, kamu juga bakalan homesick alias kangen kampung halaman. Sanggup nggak nanganinnya? Jangan sampai kamu malah depressi dan stres semasa menjalani program pertukaran pelajar.
3. Kamu harus memulai semuanya dari awal
Saat awal-awal tinggal luar negeri, kamu nggak mungkin langsung paham sama tabiat orang-orang setempat, pola pikir, serta slang dalam bahasa sehari-hari mereka. Sebaliknya, mereka pun belum bisa memahami kamu, si pendatang asing.
Alhasil, kamu harus memulai kehidupan kamu dari nol. Kamu harus mempelajari cara berkomunikasi dan kebiasaan-kebiasaan orang-orang di sana, cari teman-teman baru, membiasakan lidah kamu menyantap makanan lokal, beradaptasi di sekolah baru, sampai mungkin mempelajari ulang hal-hal yang sepele, misalnya, cara mencuci piring dan baju, karena mungkin deterjen, materi baju, serta mesin cuci di sana berbeda dengan di Indonesia.
Supaya nggak culture shock, kamu wajib punya sikap dan pikiran yang terbuka, ya!
4. Kamu jadi mengenal dirimu sendiri dengan lebih baik
Alkisah seekor penyu bertemu ikan di laut. Trus, si penyu lalu bertanya kepada ikan, “Gimana airnya?” Si ikan bingung. Dia bertanya, “Air? Apa itu air?” Karena si ikan seumur hidup di dalam air, dia bahkan nggak sadar akan keberadaan air, dan bahkan nggak tahu cara mendeskripsikannya!
Hidup di satu tempat yang sama seumur hidup—tanpa pernah merasakan hidup di tempat lain—akan membuat kamu sama seperti si ikan, yaitu nggak menyadari keberadaan hal-hal tertentu yang sebenarnya menjadi bagian penting dari hidup kamu. Kalau si ikan ditaruh di daratan, seketika dia jadi bisa membandingkan daratan dengan perairan, sehingga dia pun jadi tahu cara mendeskripsikan air.
Sama halnya dengan kamu. Kalau kamu ditempatkan di situasi, budaya, dan lingkungan asing, kamu baru akan ngeh dengan hal-hal yang selama ini luput dari kesadaran kamu, berhubung hal-hal tersebut sudah “menyatu” banget dengan kehidupan sehari-hari kamu.
Misalnya, setelah ke luar negeri, kamu akan sadar bahwa ternyata hidup di Indonesia membuat kamu menjadi orang yang tough, sabar, tapi juga susah menyuarakan aspirasinya. Hal-hal seperti ini baru terasa, deh, saat kamu ngerasain tinggal di negeri!
5. Kamu akan mendapatkan sepasang “kacamata” baru
Ketika kamu berada di dalam suatu rumah, kamu nggak akan bisa mendeskripsikan rumah itu dengan jelas. Kamu nggak bisa mendeskripsikan, misalnya, tinggi rumah ini kira-kira berapa meter, dan atapnya berwarna apa. Sebagai penghuni rumah, sudut pandang kamu terbatas.
Tapi ketika kamu ke luar dari rumah tersebut, kamu baru bisa melihat rumahnya dengan lebih jelas dan menyeluruh, karena kamu memandangnya dari “kacamata” yang berbeda.
Sama halnya dengan cara kamu melihat Indonesia, baik budaya, kebiasaan, maupun orang-orangnya. Mungkin selama ini kamu terlalu fokus kepada permasalahan-permasalahan pelik di negara ini, tetapi dengan pergi ke luar negeri, kamu jadi bisa memandang Indonesia dari “kacamata” yang berbeda dan, mungkin, lebih objektif.
6. Kamu jadi punya tanggung jawab yang lebih besar
Masih ingat pesan terakhir Paman Ben untuk Peter Parker di film Spiderman? “With great power, comes great responsibility.” Yap, semakin besar kekuatanmu, semakin besar juga tanggung jawabmu.
Dengan menjalani pertukaran pelajar ke luar negeri, kamu bakal mendapatkan “power” dalam bentuk pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas, tapi bukan berarti kamu jadi bisa sombong dan belagu. Justru dengan “power” ini, kamu punya kewajiban yang lebih besar untuk bisa mengamalkan pengalaman dan pengetahuan kamu untuk hal-hal positif, seperti membagi wawasan kamu atau membuat perubahan yang bermanfaat besar di kampung halamanmu. And don’t forget to stay humble!
(sumber foto: dokumentasi pribadi, ois.usc.edu, wikihow, ayfnhq.com, politicalacumen.com.au, tammymasterkey.wordpress.com, ummi-online.com)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus