Ayla Dimitri - Cerita Tentang Dunia Fashion, Karier, dan Kerja Keras
- Feb 12, 2016
- Laila Achmad
"Pas mau kuliah, aku sempat mempertimbangkan untuk ngambil jurusan Fashion. Tapi Papa bilang, kalau kamu kuliah fashion, nantinya mau jadi apa? Apalagi pada waktu itu, di tahun 2005, dunia fashion belum seperti sekarang ‘kan. Masih agak dipandang sebelah mata."
Seusai ketemuan dan ngobrol dengan selebgram dan content creator Ayla Dimitri (29), saya langsung nyanyi-nyanyi kecil lagu R-E-S-P-E-C-T-nya Aretha Franklin. Kenapa? Karena, di balik imej easy life-nya di media sosial, ternyata Ayla adalah seorang pekerja keras yang punya segudang proyek “besar”. Salah banget kalau kamu mengira kerjaan Ayla hanya berpose di sosial media, dan tahu-tahu langsung beken!
Nope, she has come a long way. And she is actually a hustler who deserves R-E-S-P-E-C-T.
Ikuti obrolan saya dengan Ayla, pada sebuah siang yang panas, di sebuah kafe di bilangan selatan Jakarta.
***
Salah satu aktivitas Ayla ‘kan sebagai content creator. Sebenarnya, content creator itu apa, sih?
Content creator itu lahir dari tren website dan social media, dan pekerjaan utamanya itu seperti namanya, yaitu membuat konten. Content creator adalah bagian dari sebuah tim kreatif yang terdiri dari—misalnya—penulis, ilustrator, fotografer, dan sebagainya.
Menurutku, kans profesi content creator di Indonesia besar, karena sekarang ‘kan industri e-commerce semakin berkembang, dan mereka selalu butuh konten editorial. Selain e-commerce, platform seperti Youtube juga akan jadi the next big thing, dan mereka juga butuh konten. Zaman sekarang, siapa, sih, yang nonton TV? Ya nggak, sih? Semua orang nonton di layar komputer.
Trus, apa, sih, skill yg diperlukan untuk jadi content creator sukses?
Sebenarnya pembuatan konten itu ‘kan harus mengikuti creative process. Jadi kalau mau bikin konten, kamu harus tahu, apa, sih, hal-hal yang mau kita ceritakan? Storyline-nya gimana? Mau bercerita dari angle apa? Mau menciptakan karakter yang bagaimana?
Contohnya, walaupun sama-sama content creator, angle yang aku tampilkan ‘kan pastinya beda dengan angle yang ditampilkan [Andra] Alodita. Jadi, sebagai content creator, kamu harus tahu apa yang kamu suka, karakter kamu seperti apa, dan apa yang bisa kamu sampaikan ke orang-orang
Skill utama yang diperlukan content creator, tuh, kreativitas kali, ya. Juga skill membaca tren. Kalau kamu menemukan hal yang kayaknya menarik, kamu harus buru-buru menampilkannya di platform yang kamu kelola. Jangan sampai kamu udah bikin konten yang menarik dan on-trend, eh, keduluan dinaikin sama pihak lain. Bisa-bisa konten kamu jadi nggak seru lagi, deh.
Oya, skill menjaga hubungan baik ke klien juga penting. Harus bisa pereus-pereus [cari muka] gitu, lah, hahaha.
Kabarnya, nih, di balik keseharian Ayla yang kelihatannya easygoing, sebenarnya Ayla adalah pekerja keras banget. Walaupun Ayla nggak kerja kantoran, you have a professional attitude yang nggak kalah dengan pekerja korporat. Bener nggak, sih?
Sebisa mungkin, sih, begitu!
Mungkin karena aku sempat lama kerja di perusahaan media, aku jadi terbiasa kerja profesional dengan ritme pekerja korporat, walaupun pekerjaanku sekarang freelance.
Justru karena sekarang aku udah nggak punya perusahaan yang memayungi aku, aku jadi harus semakin profesional. Harus bisa tekun dan tertib diri sendiri. Misalnya, kalau aku merasa lagi banyak kerjaan dan harus “lembur”, ya udah, aku bakal rela “melemburkan” diriku sendiri.
Aku juga cukup perfeksionis dan punya komitmen yang tinggi. Sebisa mungkin, aku nggak mau ngecewain klien dan partner kerjaku. Aku bahkan nggak mau sampai terlambat datang meeting.
Describe your typical day!
Setelah bangun tidur—kalau nggak ada janji pagi-pagi—aku kerja dulu dari rumah, dari sekitar jam 9 pagi sampai jam 11 siang. Aku balas-balas e-mail, menyelesaikan deadline pembuatan konsep dan mood board, dan sebagainya. Kalau nggak sempat dikerjakan pagi-pagi, biasanya aku kerjakan malam banget sekalian.
Trus, aku biasanya makan siang sambil lunch meeting. Malah sebenarnya, hari produktifku, tuh, kebanyakan diisi dengan meeting, meeting, dan meeting. Sementara sisa hariku biasanya diisi dengan social events dan membuat konten social media. Semua itu bagian dari kewajiban pekerjaanku.
Dalam sehari, rata-rata aku harus menghadiri empat meeting dan dua sampai tiga event. Belum lagi kalau ada jadwal syuting untuk Youtube channel-ku.
Tapi yang pasti, setiap hari, aku selalu menyempatkan diri untuk olahraga. Waktunya nggak tentu, sih. Biasanya malam. Tapi kalau nggak sempat malam, aku selipin di pagi atau sore hari.
Terakhir, biasanya aku tidur jam 12 malam.
Ayla ‘kan mengawali karir di bidang fashion. Kenapa dan bagaimana Ayla sadar bahwa passion Ayla ada di fashion?
Mamaku dulu model dan punya fashion brand sendiri, jadi dari kecil, aku udah banyak terkespos ke dunia fashion. Dari kecil, aku udah sering ketemu teman-teman Mama yang desainer, juga lihat-lihat buku dan majalah fashion Mama, bahkan sejak sebelum aku bisa baca. Dari kecil, aku udah suka banget sama fashion spread dan suka iseng ngedandanin adek sepupuku. Misalnya, aku bikin dress dari scarf, trus aku pakein ke dia.
Nah, pas mau kuliah, aku sempat mempertimbangkan untuk ngambil jurusan Fashion. Tapi Papa bilang, kalau kamu kuliah fashion, nantinya mau jadi apa? Apalagi pada waktu itu, di tahun 2005, dunia fashion belum seperti sekarang ‘kan. Masih agak dipandang sebelah mata.
Papa juga bilang, nanti kerja fashion ‘kan bisa dilakukan sebagai profesi sampingan.
Ya udah, deh. Aku ngikut aja.
Maka akhirnya aku ngambil jurusan kuliah DKV. Nah, di jurusan DKV kampusku, ada mata kuliah yang namanya Editorial Design. Di mata kuliah ini, aku belajar tentang—salah satunya—layout majalah. Trus, aku mulai kepikiran, “Kayaknya gue pengen kerja di majalah fashion, deh!”
Aku semakin dekat ke dunia fashion ketika pas kuliah, aku dan beberapa teman dekat bikin clothing line. Ini proyek iseng-iseng aja, sih. Trus, suatu hari, kami punya ide untuk meng-endorse Andien. Ini pas zamannya meng-endorse artis belum sepopuler sekarang, ya! Ya udah, kami bikinin dua potong baju untuk dipakai Andien saat dia manggung.
Setelah itu, ada temanku yang bikin proyek fashion show di kampusnya, dan dia minta bantuanku untuk nge-styling-in baju-bajunya. Akhirnya aku styling-in, pakai beberapa stok clothing line aku dan teman-temanku itu.
Trus, aku diajakin lagi proyek fashion bareng Arseto [Adiputra], yang dulu adalah teman kampusku. Dia bilang, “Eh, Ay, iseng, yuk, bikin portfolio buat lo. Bantuin gue styling untuk proyek foto, deh.” Proyeknya macam-macam, mulai dari untuk buku tahunan sampai majalah Soap. Di situ, aku pertama kali belajar styling untuk photoshoot di media.
Tapi first official gig aku adalah saat diajak Mas Jacky Suharto ngerjain proyek albumnya Andien yang berjudul Kinara. Aku sampai yang, “Hah, gila! My first gig langsung untuk albumnya Andien?”
Setelah itu, aku diajak jadi kontributor di majalah GoGirl sebagai fashion writer. Dari situ, keterlibatanku dalam media fashion kayaknya bergulir terus aja.
Aku pun mulai sadar bahwa, eh, kayaknya gue seneng, deh, di bidang ini! Jadi setelah lulus kuliah, aku nggak terjun ke industri DKV, tetapi langsung ke majalah fashion, karena aku tahu, itu yang aku mau.
Jadi first gig kamu adalah yang untuk album Andien itu ya?
Iya, itu pekerjaan pertamaku sebagai fashion stylist yang dibayar.
Tapi pas libur semesteran kuliah, aku pernah, lho, iseng-iseng jadi scooper di konter [es krim] Haagen-Dasz, hahaha. Trus, aku juga pernah iseng jadi financial consultant di perusahaan sekuritas temen. Untuk nyoba-nyoba kerjaan aja.
Nah, kalau full-time job pertama aku adalah fashion editor—langsung jadi editor, nih, nggak belajar dari bawah dulu—di majalah SUB Magazine. Aku langsung kerja di SUB setelah lulus kuliah. Di saat yang bersamaan, aku juga kerja part time sebagai visual merchandiser The Goods Dept. Jadi aku kerja double job.
Apa, sih, suka-dukanya langsung mendapat posisi atas—tanpa belajar dari bawah dulu—begitu?
Karena nggak punya atasan atau mentor yang ngajarin, aku harus learn everything from zero sendirian dan bekerja by feeling banget. Apalagi waktu itu, di departemen fashion majalah tempat kerjaku, aku belum punya tim. Jadi kerjaku merangkap sebagai fashion writer, stylist, sampai fashion editor. Aku minjam barang sendiri, pemotretan juga sendiri. Pokoknya one-man show banget! Hahaha.
Setelah setahun kerja di SUB Magazine, aku pindah kerja ke majalah ELLE Indonesia. Di ELLE, aku start dari bawah lagi. Aku mulai kerja sebagai fashion writer dulu, trus naik jadi associate fashion editor, trus baru jadi fashion editor. Habis itu, aku baru pindah ke Style.com.
Boleh cerita tentang satu contoh kegagalan kamu?
Mmmm…. dulu aku sempat nggak lulus SMA!
Dulu, angkatan-angkatan di atas aku pada lebih gampang lulus SMA. Tapi pas angkatanku, mulai diberlakukan sistem nilai minimum yang membuat kelulusan SMA jadi lebih susah. Mana pas Ujian Akhir Nasional aku lagi sakit! Hasilnya, nilai Matematikaku jadi pas banget di batas minimum. Nggak lulus UAN, deh, jadi aku musti ujian ulang sebelum bisa mendapatkan ijazah SMA.
Meski begitu, aku tetap bisa kuliah, karena kampusku nggak minta ijazah SMA sebagai salah satu syarat pendaftaran. Mereka bahkan udah open enrollment mahasiswa baru sebelum pengumuman UAN SMA keluar. Aku juga jelasin ke pihak kampus bahwa ijazah SMA-ku masih ditahan. Kampus bilang nggak apa-apa. Menyusul aja.
Jadi sambil kuliah, aku sambil ambil kelas Matematika ekstra di SMAku, untuk persiapan ujian ulang.
Waktu kuliah, bagaimana, sih, profil dan aktivitas Ayla secara garis besar?
Pas SMP dan SMA, aku super aktif. Sibuk di OSIS, sibuk di Paskibra, dan sebagainya. Tapi pas kuliah, aku jadi malas berorganisasi lagi. Aku cuma kuliah pulang, kuliah pulang.
Trus, dulu aku rajin banget nyicil tugas kuliah tugas! Udah kelihatan bibit rajinnya, ya, hahaha. Dulu aku mikir, daripada nongkrong atau main, mendingan gue nyicil tugas, deh. Apalagi tugas-tugas kuliah DKV ‘kan gila banget, ya.
Karena doyan nyicil tugas, pas H-2 atau H-1 sebelum deadline pengumpulan tugas, aku udah bisa santai-santai.
Jurusan kuliah kamu ‘kan nggak berhubungan langsung dengan profesi kamu sekarang. Tapi masih ada hubungan / benang merah / manfaatnya nggak, sih?
Sebenernya masih berhubungan, kok. Malah ada yang berhubungan langsung, misalnya, mata kuliah Editorial Desain itu. Lewat mata kuliah tersebut, aku jadi paham tentang layout majalah, sehingga saat melakukan photoshoot, aku langsung kebayang, nanti hasil layout di majalahnya akan seperti apa.
Jurusan DKV juga banyak mengajari aku tentang visual, warna, dan estetika, dan ini jelas membantu creative process-ku sebagai fashion editor, stylist, maupun content creator jadi lebih cepat.
Apa skill yang kamu pelajari di luar bangku sekolah, tapi bermanfaat untuk profesi kamu sekarang?
Social skills! Sewaktu kecil, aku nggak punya “sarana” untuk melatih social skills, berhubung aku anak tunggal dan jarang ketemu orang tuaku. Malah pernah tinggal sendiri. Maka akhirnya, aku belajar social skills sendiri. Caranya, aku merhatiin orang-orang di lingkunganku yang kayaknya komunikatif banget dan enak diajak ngobrol. Trus, aku mencoba untuk berkomunikasi dan bergaul seperti mereka.
Oh, trus sama skill memasarkan diri sendiri. Pas kuliah, di jurusan aku ada kelas entrepreneurship. Di sana, mahasiswa diajarkan bagaimana, sebagai desainer, cara menjual karya dan diri mereka. Pas terjun ke dunia kerja, ternyata bener, lho. Kita harus bisa memasarkan diri kita sendiri.
Hal-hal apa yang dulu kamu lakukan yang NGGAK dilakukan oleh teman-teman lain, sehingga sekarang kamu sukses? Dengan kata lain, apa, sih, kunci sukses kamu?
Pede aja, sih! Dulu ‘kan pas aku awal-awal aktif di Instagram, banyak teman-teman yang ngeledekin aku, misalnya “Ciyeee… Miss OOTD!” Tapi aku lempeng-lempeng aja, dan pada akhirnya, mereka nggak “nyampe”, sementara aku “nyampe”, hehehe. Alhamdulillah.
Trus… apa lagi, ya?
Oya, meski pas kuliah aku bandel dan suka main, tetapi pas udah kerja, aku benar-benar bersikap profesional. Buatku, hang out sama teman-teman di weekdays itu buang waktu dan buat duit. Di hari kerja, lebih baik aku fokus, gimana caranya supaya bisa produktif.
Jadi kalau weekdays, aku cuma mau ketemuan sama teman-teman setelah jam kantor, meskipun aku nggak kerja kantoran, ya. Aku merasa, ketemu sama teman-teman siang-siang [di hari kerja], tuh, bukan hal yang ideal buatku. Mendingan aku olahraga atau meeting, deh.
Biggest misconception tentang Ayla Dimitri?
Banyak yang ngira aku… hmmm… main-main doang dan cuma “aktif” di media sosial. Malah mungkin orang-orang mikir, Oh, kerjaan elo cuma attend social events dan nge-post di medsos doang, ya?
Trus, banyak orang underestimate aku karena mereka mikir, “Aaah, elo sukses cuma karena elo cakep aja dan dandannya bagus kaliii….” Padahal mereka belum pernah ngobrol sama aku, dan mereka nggak tahu soal kerjaan aku.
Padahal aku punya banyak kerjaan di balik layar yang nggak perlu diketahui orang-orang. Masa’ aku umbar-umbar proyek aku?
Emangnya sekarang lagi sibuk proyek apa aja, sih, Ay?
Sekarang ini, aku adalah salah satu content creator di Avenu, yang juga menaungi Alodita, Diana Rikasari, Jenahara, dan banyak lainnya.
Aku juga editor-in-chief-nya e-mall Mitra Adiperkasa. Trus, aku lagi ada proyek kolaborasi dengan Amanda Hartanto batik, dan sedang dalam proses kolaborasi dengan label sepatu Pvra dan Ciel Shoes. Sampai sekarang, aku juga masih jadi influencer untuk Nike.
Aku juga adalah bagian dari fashion council Jakarta Fashion Week, dan Insya Allah, mau kerja bareng Tresemme sebagai style council mereka, meski masih dalam proses dealing.
Fashion or travel? For now… travel!
Instagram or Snapchat? Instagram
Hotel or Airbnb? Both, sih, sebenernya! Karena masing-masing menawarkan different experience. Tapi, mmm… hotel, deh.
Perfect jeans of perfect lipstick? Perfect jeans.
Merawat wajah atau merawat tubuh? Lebih enjoy merawat wajah.
Mau tahu cerita travelling-nya Ayla Dimitri yang super padat dan super seru? Klik di sini!
(sumber gambar: fimela.com, bonifebrianda.com, sukuhome.com, Laila Achmad)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus