Profesiku: Bidan, Rika Susan
- Nov 26, 2016
- Fatimah Ibtisam
Kisah seorang Rika Susan memang agak unik. Lulus sebagai sarjana Akuntansi dari Perbanas, Jakarta, Rika justru melanjutkan ke sekolah Kebidanan Bhakti Pertiwi. Kini, Rika telah resmi menjadi Bidan, mengikuti jejak ibundanya. Apa saja, sih, pekerjaan dan tantangan profesi seorang bidan? Simak sharing Rika!
Profesiku:
“Bidan. Alhamdulillah, sekarang aku sudah buka praktek sendiri, sebagai bidan praktek swasta (BPS). Tapi bukan klinik, lho. Kalau klinik, syaratnya beda dengan BPS, dan salah satunya harus ada dokter praktek yang mendampingi."
Bidan Rika memberi imunisasi.
Pekerjaanku sehari-hari:
“Memeriksa ibu hamil, membantu proses kelahiran, mengontrol pascamelahirkan (di antaranya layanan KB), membantu asuhan bayi baru lahir, hingga melakukan imunisasi kepada bayi.
Untuk jam kerja, biasanya dari pagi sampai jam 10.00. Sore buka lagi jam 16.00 sampai 21.00. Kalau untuk pasien yang melahirkan, saya (standby) 24 jam."
Modal yang perlu dimiliki untuk jadi bidan:
"Yang pasti harus tahan banting. Soalnya, sejak masih kuliah kebidanan saja kami jaraaaang banget libur. Di saat teman-teman jurusan lain libur, kami harus jaga puskesmas atau rumah sakit.
Skill (kebidanan) juga sangat diperlukan. Karena kita bertugas menolong dua nyawa, ibu dan anak, jadi nggak bisa main-main.
Seorang bidan juga harus terampil serta bisa mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, terutama saat ada kasus gawat darurat. Kalau nggak cepat bertindak, nyawa pasien bisa terancam."
Bidan Rika Susan (kanan) bersama ibundanya yang juga bidan, di acara Ikatan Bidan Indonesia.
Tahap yang dilalui untuk menjadi bidan:
"Harus kuliah kebidanan, minimal setingkat D3. Saat lulus, akan ada sumpah bidan, seperti sumpah dokter. Setelah itu, kita akan mendapat STR (Surat Tanda Registrasi). STR ini harus diperpanjang tiap 5 tahun. Tanpa STR, kita nggak bisa kerja di mana pun, meskipun punya ijazah.
Kalau sudah bekerja minimal 3 tahun, barulah bisa mengajukan izin untuk praktek mandiri. Ada persyaratannya juga, sih. Salah satunya, disurvei oleh dinas kesehatan."
Momen paling berkesan dan menantang sebagai bidan:
“Saat berhasil menolong kelahiran, terus orangtuanya sampai menangis. Aku jadi ikutan terharu juga. Apalagi kalau dibilang, ini adalah anak “mahal”, yaitu anak yang ditunggu-tunggu kehadirannya.
Saya juga pernah harus merujuk bayi (memindahkan bayi dari tempat praktek bidan ke rumah sakit) dalam keadaan gawat. Kami pun berputar-putar Jakarta dari tengah malam sampai pagi, mencari rumah sakit. Akhirnya si bayi diterima untuk dirawat di RSCM. Selama di jalan, jantung sudah 'deg-deg-ser'!
Seorang bidan juga harus kuat begadang. Bisa semalaman nggak tidur, lho, menunggu si ibu melahirkan. Kadang sudah ditungguin semalaman, anaknya nggak lahir-lahir juga, sehingga harus dirujuk (dibawa ke rumah sakit)."
Masukan untuk anak muda yang ingin menjadi bidan:
“Harus niat lahir batin menjadi seorang bidan, karena pendidikannya saja nggak mudah. Butuh pengorbanan waktu dan biaya besar
Sebaiknya, sebelum masuk sekolah kebidanan, cari tahu dulu, seperti apa tugas bidan dan bagaimana pekerjaannya. Soalnya waktu zaman aku kuliah, banyak teman yang menyerah dan berhenti di tengah jalan. Sayang, 'kan?"
(sumber gambar: maternityandmidwifery.com, dok pribadi)
4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.
4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi PemulaOpen pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp
Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa
Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa
Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..
Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?