Profesiku: Penyiar Berita, Marializia Hasni
- Dec 03, 2016
- Fatimah Ibtisam
Dalam seri "Profesiku", kamu bisa kenalan dengan berbagai profesi, lewat cerita para senior yang menekuninya. Kali ini, yuk, kenalan dengan profesi penyiar berita, yang ditekuni oleh Marializia Hasni!
Bagi yang suka nonton tayangan berita, pasti sudah nggak asing lagi sama Penyiar Berita Metro TV Marializia Hasni. Saat ini Maria rutin membawakan program buletin (berita) Metro Pagi, Metro Kini, Metro Siang serta tayangan olahraga dan kesehatan Sportmagz setiap minggunya. Lulusan Hukum Universitas Airlangga , Surabaya ini sudah bekerja di Metro TV selama 4 tahun. Simak yuk, sharing cewek yang ketika kuliah sempat aktif sebagai President of National Chapter Asian Law Students' Association (ALSA), oganisasi mahasiswa hukum berskala internasional.
Profesiku:
“Saat ini, saya bekerja sebagai news presenter yang membawakan berita di televisi. Pekerjaan ini adalah bagian dari profesi jurnalis. Bisa saja, seandainya saya hamil atau melahirkan, saya nggak siaran. Tapi saya akan tetap menjadi jurnalis.
Nah, yang menarik dari profesi ini adalah sisi jurnalisme-nya. Selalu ada sesuatu yang baru dan ada adrenaline rush-nya. Bisa saja, hari ini saya mewawancarai pejabat, besoknya wawancara penjahat, eh lusanya wawancara pejabat yang penjahat
Nggak pernah ada yang sama setiap harinya. Everyday is a new day, everything is a new thing!
News presenter agak berbeda dengan news anchor. Seorang news anchor ibaratnya "paket lengkap". Ia harus bisa membuat naskah, mengambil gambar, mengedit, membawakan program dialog, presenting news, dan lain sebagainya.
Sebenarnya, semua news presenter di Metro TV diarahkan supaya bisa jadi anchor. Saya pun belajar dan sempat melakukan itu semua (pekerjaan anchor). Tapi, untuk saat ini, porsi tugas sehari-hari saya lebih ke news presenter.”
Alasan memilih profesi ini:
“Dari kelas 6 SD saya sudah suka lihat berita dan ingin jadi pembawa berita. Orang tua mengetahui dan mendukung keinginan saya tersebut. Mereka bahkan memasukkan saya ke tempat kursus komunikasi dan juga mengikutsertakan saya di berbagai kompetisi.
Saya sendiri tadinya ingin mengambil kuliah jurusan Jurnalistik atau Ilmu Komunikasi, tapi kurang disetujui orangtua. Menurut ayah, saya ‘kan sudah punya bekal pengetahuan dan bakat di bidang komunikasi. Jadi sebaiknya mengambil bidang kuliah lain yang dapat mendukung cita-cita menjadi penyiar berita.
Akhirnya saya memilih jurusan Hukum . Dan benar saja, latar belakang pendidikan Hukum bermanfaat, terutama saat memberitakan kasus pidana dan korupsi."
Pekerjaanku sehari-hari:
"Jam setengah 4 pagi saya dijemput untuk ke kantor karena siaran pagi. Sampai di kantor, saya bersiap-siap (di-makeup) sambil cek naskah siaran. Jika ada kata yang kurang tepat, akan saya ganti. Itulah salah satu fungsi news anchor/news presenter yaitu bisa menyusun naskah, serta memilih kata dan penyampaian yang pas.
Siang harinya, setalah selesai siaran, saya sudah bisa pulang. Kelihatannya simpel, ya? Tapi, selain pekerjaan rutin di atas, ada hal lain yang bisa terjadi misalnya:
* Harus menyampaikan berita breaking news mendadak, yang bahkan belum ada teks/videonya. Kalau sudah begitu, biasanya saya akan langsung browsing, kemudian merangkum dan menyampaikan beritanya.
* Menggantikan penyiar lain yang berhalangan. Ini cukup sering saya lakukan.
* Turun ke lapangan saat ada acara/event besar. Terus terang, saya sendiri ingin lebih banyak liputan lapangan.
* Membuat naskah berita (berdasarkan bahan dari luar/kantor berita), serta menentukan gambar yang ditampilkan.
* Untuk program Sportmagz, saya juga turun membantu menentukan tema dan lokasi liputan.
Sebenarnya menulis berita, atau mencari ide serta lokasi liputan bukan tugas wajib saya.
Tapi saya berinisiatif mengerjakan. Enaknya lagi, di Metro TV tiap hal yang kita kerjakan akan ada “harganya”. Baik berupa kompensasi penghasilan, maupun yang lebih penting lagi, yaitu mendapat tambahan ilmu dan skill.
“Modal” yang diperlukan untuk menjalani profesi ini:
“Modal utamanya adalah memiliki niat dan passion, sehingga apapun bisa dilakukan seperti:
1. “Punya mental yang juga kuat, Karena nggak gampang menjalani profesi ini, terutama di masa-masa awal. Misalnya, rela menunggu berjam-jam (untuk meliput berita) dan dikirim ke daerah-daerah. Ada sebagian rekan saya yang akhirnya memilih mundur.”
2. “Wawasan yang luas. Hal ini diperoleh dengan banyak membaca dan mengikuti berita. Misalnya, saya sendiri setiap hari membaca 2 koran. Hasilnya, saya punya gambaran dua sudut pandang mengenai sebuah kasus. Selain itu, bisa juga membaca majalah yang mendalam, buku, dan bacaan lainnya.
Saat memiliki wawasan yang luas, kita akan lebih percaya diri dan ini memudahkan kita dalam menyampaikan berita.”
3. “Aware dengan keadaan sekeliling kita.”
4. “Skill public speaking atau lebih tepatnya menyampaikan berita (di depan kamera) memang penting, namun ini bisa dipelajari.
Dulu, ada seorang teman yang kemampuannya parah banget dan live report yang ia lakukan sangat jelek. Sudah begitu, logat daerahnya juga masih sangat kental, yang mana ini mengganggu dalam siaran. Namun karena dia pintar dan berusaha sungguh-sungguh, sekarang dia menjadi salah satu yang terbaik. Logatnya pun bisa hilang!”
5. “Memiliki inisiatif untuk bekerja di luar job desc. Ini penting agar kita “terlihat” dan bisa mengembangkan diri.”
6. “Suka mengamati contoh-contoh dan inspirasi yang lebih baik. Saya sendiri suka menonton CNN. Menurut saya, mereka membawakan berita dengan cair, hidup, dan nggak kaku. Hal ini saya coba aplikasikan sedikit-sedikit ketika saya siaran.”
7. “Penampilan. Nah, untuk menjadi presenter, look memang penting. Dan tiap televisi (media) bisa punya kriteria tertentu. Misalnya, tubuh dan struktur wajah proporsional.”
8. “Untuk latar belakang pendidikan, Metro TV mensyaratkan pendidikan S1 dengan IPK minimal 3.00. Jurusannya sih, bebas.”
9. “Spesialisasi. Penting juga bagi tiap presenter untuk memiliki spesialisasi, alias bidang khusus yang ia kuasai. Misalnya, ekonomi, politik, hukum dan lainnya. Salah satu bidang yang menjadi spesialiasi saya adalah olahraga.”
Pengalaman berkesan selama menjalani profesi ini:
“Salah satu pengalaman berkesan yang membuat saya benar-benar merasakan menjadi jurnalis adalah saat tragedi jatuhnya pesawat AirAsia (QZ 8501 rute Surabaya-Singapura) Desember 2014 lalu.
Saat itu, saya dan camera person menuju Halim Perdanakusuma untuk meliput perkembangan beritanya. Tiba-tiba ada telepon masuk dari kantor dan kami diperintahkan untuk segera ke Tanjung Priok dan ikut kapal swasta yang akan berangkat untuk evakuasi.
Dengan hanya modal baju yang menempel di badan, kami pun menuju ke sana. Untungnya, saya sempat mampir ke minimarket dan membeli beberapa kebutuhan penting kayak sikat gigi dan pembalut.
Kami berada di atas kapal selama 4 hari, dan di situ nggak ada sinyal! Saya bahkan pinjam baju dari anak buah kapal, yang cowok semua. Setelah mendarat, barulah saya bisa melakukan reportase tentang perjalanan evakuasi tersebut. Dan akhirnya, bisa beli baju di pasar!
Selain, saya menyaksikan sendiri usaha evakuasi dan betapa tragisnya kejadian tersebut. Kami menemukan jasad manusia di lautan.”
Tantangan dalam menjalani profesi penyiar berita
“Kadang performance kita nggak sebaik biasanya, ada ups and downs. Bisa karena kurang fit atau sedang jenuh. Alhasil, berpengaruh ke pekerjaan, seperti menjadi kurang konsentrasi.
Kalau sekarang, tantangan utamanya untuk aku adalah rasa kantuk. Karena sebelum subuh, aku sudah jalan ke kantor untuk siaran. Walaupun sudah diusahakan supaya segar, tapi kadang ada yang menyadari kalau saya terkesan kurang semangat di depan kamera
Kalau sudah begitu, biasanya ada pemirsa yang komen dan protes via media sosial. Malah mereka (pemirsa via medsos) bisa lebih kritis daripada orang di kantor. Saya sendiri justru semangat menghadapi komen dan kritik, karena itu berarti mereka benar-benar menonton. Komentar tersebut saya jadikan pemacu untuk memperbaiki diri."
Miskonsepsi atau salah kaprah tentang profesi ini:
"Seringkali orang berpikit bahwa presenter yang menentukan angle berita. Salah banget tuh, karena kami hanya menyampaikan berita dan bekerja sesuai arahan. Produser lah yang bisa menentukan angle-nya.
Kemudian ingin menjadi presenter berita karena pengen tampil di televisi. Boleh-boleh saja ada minat untuk tampil, tapi bukan tujuan utama. Kalau niatnya hanya untuk eksis, profesi ini kurang tepat."
Tips buat anak muda yang ingin menjadi penyiar berita sukses:
“Rutin menonton berita di televisi dan banyak-banyak lah membaca koran, buku dan bacaan lainnya, supaya pengetahuan kamu luas.
Ikutan lomba dan kursus yang berkaitan dengan penyiar juga bisa bikin kamu lebih percaya diri.
Bisa juga dengan menocba magang. Semasa kuliah, saya sempat sambil freelance di televisi lokal Surabaya, Jawa Post TV."
(sumber gambar: dokumentasi Marializia)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus