Profesiku: Senior Intern, Nadia Fernanda
- Sep 23, 2016
- Laila Achmad
Dalam seri "Profesiku", kamu bisa kenalan dengan berbagai profesi, lewat cerita para senior yang menekuninya. Kali ini, yuk, kenalan dengan profesi senior intern dalam sebuah startup, bersama Nadia Fernanda!
Nadia Fernanda (22 tahun) adalah seorang senior intern (pekerja magang senior) di sebuah perusahaan startup pengembang aplikasi, Seeties, di bawah Manajer Pemasaran Digital. Nadia adalah mahasiswa tingkat akhir di jurusan Manajemen Bisnis, Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran, angkatan 2012.
Profesiku:
“Senior intern di tim event perusahaan Seeties Indonesia, Bandung Marketing Office.”
Tugasku sehari-hari:
“Segala macam! Hahaha. Namanya juga intern, ya, alias anak magang. Tetapi selama aku jadi senior intern, aku lebih sering kerja di kantor ketimbang turun ke lapangan. Soalnya sebagai senior intern, aku udah dipercaya untuk mengakses ke sistem aplikasi perusahaan.
Dengan demikian, tugas utamaku adalah mengontrol data yang ada di dalam sistem. Oya, Seeties punya dua jenis sistem yang setiap hari harus selalu di-update atau di-cek.
Aku juga bertanggung jawab atas data-data Seetieshop, alias pihak-pihak toko atau bisnis yang sudah dikumpulkan oleh tim lapangan dan menjadi partner kami.
Selain itu, aku juga menyusun jadwal outreach atau follow-up, ikut outreach (pitching) ke lapangan, serta kadang bantu tim-tim lain yang sedang kekurangan orang.
Trus, setiap ada anak-anak magang batch baru, aku juga ikut melatih mereka.”
Modal yang harus dimiliki untuk pekerjaan ini:
“Modal yang paling penting cuma satu—niat! Sebagai anak magang, terutama anak magang di startup, kita nggak perlu punya skill tertentu yang menonjol. Soalnya kita harus bisa—seenggaknya mau belajar—mengerjakan segala macam tugas. Pokoknya, kita harus mau belajar dan mau melakukan tugas apa pun, kapan pun.
Kebanyakan karyawan startup nggak punya deskripsi pekerjaan (job desc) yang pakem, lho, apalagi anak-anak magangnya. Jadi jangan kaget, apalagi ogah-ogahan, kalau kita dikasih tugas yang aneh-aneh.
Oh, kita juga harus punya rasa percaya diri. Bukan percaya diri untuk tampil, ya, melainkan percaya diri pasti bisa melakukan apa aja. Soal hasil pekerjaan kita salah atau benar, itu urusan belakangan, deh. Yang penting dikerjain dulu! Hehehe.
Perlu dicatat, di startup, hampir semua kegiatan yang kita lakukan bersifat trial and error. Kita berkembang sebagaimana perusahannya berkembang.”
Hal yang disukai dari bekerja sebagai senior intern:
1. "Aku punya wewenang yang setara dengan pekerja tetap, tapi juga punya kebebasan yang sama dengan pekerja magang.
Karena aku senior (intern), aku punya lebih banyak pengalaman dari anak magang pada umumnya. Atasan aku juga udah paham karakter aku dalam bekerja. Jadi setiap ada pelimpahan wewenang, biasanya aku—sebagai senior intern—lebih dipercaya untuk memegang wewenang tersebut. Meski begitu, aku nggak sampai merasa "terikat" dengan wewenang tersebut."
2. "Aku jadi belajar banyak skill yang ternyata sangat berguna di lingkungan kerja.
Awalnya, aku adalah anak magang biasa yang cuma bisa planga plongo. Kemudian aku dilatih untuk terjun ke lapangan untuk melakukan outreach (pitching) dengan modal nekat, sampai akhirnya sekarang ini aku jadi senior intern.
Selama proses tersebut, aku jadi belajar cara bernegosiasi, public speaking, ngobrol sama klien via telepon dengan baik (padahal percaya, deh, generasi Milenial benci banget ngobrol di telpon, hahaha), menjaga kepercayaan orang, mengasah ketelitian, sampai belajar tata krama bisnis yang dulu aku angggap “remeh”, seperti misalnya cara menjabat tangan dan cara memberikan kartu nama dengan sopan."
3. "Aku bisa sharing pengalaman.
Aku suka banget mendengarkan cerita anak-anak magang baru yang masih super clueless, karena aku jadi bisa memberikan pandangan atau pendapat berdasarkan pengalamanku sendiri.
Sebaliknya, aku juga suka menggali pengalaman dari para atasan atau senior yang punya pengalaman lebih seru dari aku."
Tantangan yang dirasakan bekerja sebagai senior intern:
"Karena dianggap sudah berpengalaman dan sudah lebih mengerti seluk-beluk perusahaan dan pekerjaan dibandingkan anak magang biasa, aku harus siap (dan nggak boleh ngeluh) kalau harus "dioper" kesana kemari.
Apalagi perusahaan startup, seperti kantorku, biasanya nggak punya banyak sumber daya manusia.
Jadi misalnya, meskipun aku sedang bertanggungjawab mengerjakan sistem, ketika Team Event kekurangan orang, aku harus mau diajak ikut turun ke lapangan mengurusi event. Ketika Team Content and Media minta dibuatkan kalimat untuk konten, aku harus geberin riset. Ketika Team Collaboration butuh tenaga sales untuk membagi-bagikan voucher, aku harus bantu jadi sales.
Saking seringnya berpindah-pindah tugas, aku pernah jadi PR, telemarketing, admin, dan banyak lainnya! Lagi-lagi, apa aja harus bisa dikerjain.
Sisi positifnya, skill aku jadi bertambah. Meskipun aku belum tahu skill-skill ini nanti bisa dipakai buat apa, saya yakin suatu hari akan berguna, kok. Minimal buat menuh-menuhin CV, lah, hahaha."
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus