10 Hal Unik yang Gue Temukan Selama di Tiongkok

Oleh Arief Wahyu Megatama

Hai! Kenalin, nama gue Ega. Kalau kamu sempat baca artikel gue yang sebelumnya, kamu pasti tahu bahwa gue adalah mahasiswa di jurusan Manajemen di Universitas Indonesia, dan semester ini, gue berpartisipasi dalam sebuah kegiatan yang diadakan oleh salah satu mata kuliah yang gue ambil, yaitu mata kuliah Pemasaran Internasional.

Dalam kegiatan yang bernama 30 Paspor ini, dosen kami, Prof. Rhenald Kasali, mengharuskan mahasiswanya pergi ke luar negeri selama beberapa minggu untuk melihat dan mengamati aspek sosial, budaya, bisnis, dan pemasaran negara tersebut. Perginya harus sendiri, lho, nggak boleh ditemani siapa-siapa. Jadi, di negara tujuan, kami harus mencari kenalan baru sebanyak-banyaknya.

Nah, gue sendiri memutuskan untuk pergi ke negara Tiongkok, tepatnya ke kota Guangzhou dan Shenzhen.

Kalau mendengar negara Tiongkok, apa, sih, kesan yang pertama kali terlintas di pikiran kamu? Sebelum berkunjung ke sana, saya sendiri sempat punya anggapan jelek tentang Tiongkok, karena banyak teman yang bilang kalau Tiongkok itu polusinya tinggi, makanannya nggak ada yang halal, toiletnya kotor dan jorok, jalanannya macet, orang-orangnya nggak bisa berbahasa Inggris, dan sebagainya. Pokoknya jelek semua, deh!

Eh, ada, sih, satu orang teman yang bilang kalau kuil-kuil di Tiongkok bagus-bagus. Tapi setelah itu, dia cerita tentang jelek-jeleknya Tiongkok lagi, hahaha.

Setelah gue buktikan sendiri, anggapan tersebut benar nggak, sih?

Nah, kalau di artikel sebelumnya gue banyak bercerita tentang perekonomian di Tiongkok, kali ini gue akan sharing tentang 15 hal unik yang gue temukan di Tiongkok selama menjadi solo traveler di sana.

1. Orang Tiongkok nggak bisa berbahasa Inggris

Orang Tiongkok nggak bisa berbahasa Inggris? Sayangnya, hal ini benar. At least, sebagian besar orang yang gue temui, ya. Bahkan para petugas di Bandara Internasional Baiyun, Guangzhou pun nggak ada yang bisa berbahasa Inggris! Padahal itu ‘kan bandara internasional. Kesel banget, sumpah, hahaha.

Saya juga merasa kesulitan ketika perlu membeli sesuatu di pinggir jalan, lagi-lagi karena kendala komunikasi. Boro-boro berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Untuk menyebutkan harga saja mereka susah. Kalkulator pun jadi berfungsi sebagai penunjuk harga antara pedagang dan pembeli. Jadi kalau kamu mau berbelanja di pinggir jalan Tiongkok, siap-siap menggunakan bahasa tubuh dan bahasa kalkulator, deh.

2. Jalanannya ramah untuk pejalan kaki

Kondisi jalan di Shenzhen yang jauh dari macet, berantakan, dan polusi

Selama di Tiongkok, gue betah berjalan kaki kemana-mana, karena jalanan di Guangzhou dan Shenzhen umumnya punya trotoar yang lebar dan penerangan yang cukup. Ditambah lagi, ada lampu tanda penyebrangan di setiap ujung jalan. Jalanannya pun nggak macet dan terlalu berpolusi seperti dulu, berhubung sekarang, sistem dan kondisi transportasi umum di Tiongkok bagus banget.

Selain itu, view sekitar jalanan Guangzhou dan Shenzhen juga bikin betah jalan kaki, berhubung banyak objek bagus yang bisa difoto.

3. Toilet di Tiongkok kotor dan jorok

Sayangnya, seperti apa yang banyak orang bilang, toilet umum di Tiongkok benar-benar kotor dan jorok. Jadi, kalau kamu lagi jalan-jalan di Tiongkok dan tiba-tiba kebelet, sebisa mungkin cari toilet hotel, ya. Bahkan jangan ke toilet mal, karena toilet di sana juga kotor, kecuali kalau kamu ke mal yang high-end. Jangan lupa juga siapkan tissue kering dan basah!

4. Orang-orang Tiongkok cenderung cuek

Orang Tiongkok punya sikap cuek, jadi jangan baper kalau kamu lagi ngantre, trus tiba-tiba antrean kamu di salip. Tiongkok memang terkenal dengan budaya nyalip antreannya.

Saking cueknya, anak-anak muda TIongkok pun suka segan memberikan kursi untuk para lansia di kendaraan umum. Agak sedih, sih, lihatnya.

5. Aplikasi-aplikasi (Barat) populer diblokir di Tiongkok

Kalau kamu hobi banget ngulik Google, Twitter, Instagram, Youtube atau Snapchat, kamu pasti nggak akan betah di Tiongkok. Pasalnya, di Tiongkok, hampir semua aplikasi atau portal informasi buatan Barat diblokir. Katanya, sih, hal ini dilakukan oleh pemerintah Tiongkok untuk menghindari penyadapan.

Akan tetapi, Tiongkok punya alternatif untuk aplikasi-aplikasi tersebut, seperti Baidu (seach engine sejenis Google) dan Weibo (media sosial sejenis Twitter/Facebook). Tentunya semua made in China, ya.

6. Punya banyak kuil yang megah dan indah

Ibadah di Big Buddha Temple

Sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, Tiongkok punya banyak kuil yang megah dan indah. Gue sendiri berkesempatan mengunjungi Big Buddha Temple dan Six Banyan Trees Temple, dan di dalamnya, gue merasakan suasana khusyuk dan hangat banget. Pokoknya beda, deh.

Orang-orang Tiongkok percaya bahwa di kita nggak boleh foto-foto di area beberapa kuil tertentu. Pamali, lah. Anggapan ini sebenarnya tergantung kepercayaan di kuil masing-masing, sih, tetapi pada kenyataannya, memang nggak ada orang yang mau motretin gue saat gue lagi berkunjung ke kuil.

7. Kulinernya enak, meski jarang ada yang halal

Restoran must-try yang selalu ramai, terletak di Shangxiajiu Pedestrian Shopping Street

Di Tiongkok, memang sulit untuk menemukan makanan halal. Jadi kalau kamu Muslim, jangan lupa selalu berdoa dulu, ya, sebelum makan makanan di Tiongkok. Berdoa semoga Tuhan mengampuni, hihihi.

Sebenarnya, di pusat kota atau di daerah turis, ada aja restoran halal, cuma mencarinya memang nggak mudah.

Terlepas dari kehalalannya, kuliner di Tiongkok memang unik dan enak. Makanan favorit gue di sana adalah bebek, grilled squid, dan egg tart atau dan ta. Wah, kalau kamu ke Tiongkok, harus cobain dan ta, deh.

Di Shenzhen, coba, deh, cari toko dan ta yang terletak di stasiun Metro (kereta bawah tanah) antara stasiun Shopping Park dan Convention & Exhibition Center. Dan ta di toko ini berbeda dengan kebanyakan dan ta lainnya, karena dan ta di sini dikolaborasikan dengan keju. Sumpah, rasanya enak banget! Parah! Gue sampai nggak sempet fotoin, saking terlalu menikmatinya.

8. Ada aroma khas di setiap makanannya

Jajanan wajib di setiap pedestrian street

Kalau kamu ke Tiongkok, kamu pasti akan mencium sebuah aroma yang sama di setiap olahan makanannya. Sampai sekarang gue, masih belum tahu itu aroma apa. Misteri!

Aroma tersebut sebenarnya nggak terlalu mengganggu, tetapi karena semua makanan punya aroma itu, di toilet pun gue menemukan aroma yang sama. Nah, ini yang bikin gue jadi agak geli-geli gimanaaaa, gitu. Akibatnya, setiap gue mencium aroma tersebut, gue jadi teringat dengan toilet beserta isinya. Tidaaak…

9. Ada banyak pilihan tourist attraction

Guangzhou punya banyak scenic area yang cocok dijadikan obyek foto, termasuk taman dan kuilnya yang sebagian besar gratis. Saking banyaknya, gue masih punya stok foto bagus untuk di-upload ke Instagram. Stoknya nggak habis-habis, hahaha.

Guangzhou juga punyak banyak bangunan pencakar langit dengan design menarik.

Sementara tourist attraction di Shenzhen lebih banyak yang berbayar. Tapi kamu nggak akan rugi, kok, karena value harganya sebanding—bahkan mungkin lebih—dengan apa yang akan kamu dapatkan.

10. Skill memotret masyarakat Tiongkok kurang oke!

Selama di Tiongkok, gue kemana-mana sendirian. Jadi kalau mau foto-foto, gue harus selfie atau minta tolong orang asing untuk fotoin gue. Tapi setiap gue minta tolong orang fotoin, banyak yang nggak mau! Bahkan ada yang melengos begitu aja. Trus, kalaupun ada yang mau motretin, pasti hasilnya nggak bagus.

Apa karena Instagram di-block di Tiongkok, sehingga masyarakatnya nggak bisa motret dengan bagus? Apakah perlu penelitian lebih lanjut, untuk cari tahu hubungan antara pemblokiran Instagram dengan skill foto masyarakat di suatu negara?

 

Jadinya selfie terus, deh!

***

Terlepas dari suka-dukanya, pergi ke luar negeri sendirian itu deg-degan sekaligus seru. Pokoknya, pengalaman yang sangat berharga, deh!

Gue saranin, kamu harus mencoba solo travelling, seenggaknya sekali seumur hidup. Lebih baik lagi kalau perginya ke negara yang agak jauh dan benar-benar asing. Dijamin, kamu akan mendapat pengalaman unik yang nggak akan kamu dapatkan kalau travelling-nya bareng orang lain.

Happy travelling!

(sumber gambar: chinatouradvisors.com, dokumentasi pribadi)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 17 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 27 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1