Pro-Kontra: Nilai IPK, Penting Nggak Sih?

Indeks Prestasi Kumulatif alias IPK sering jadi kebanggaan sekaligus momok menakutkan bagi mahasiswa. Bahkan katanya, nilai IPK bisa menentukan tingkat kebanggaan dan kepedean seseorang. Memangnya, IPK penting banget ya?

IP adalah Indeks Prestasi atau perhitungan nilai untuk tiap mata kuliah. Sedangkan IPK adalah keseluruhan/kumulatif dari nilai yang masuk.

Di Indonesia, umumnya diterapkan IP skala 0-4. Nilai 4.00 sempurna, 3,51 ke atas cum laude, dan IPK 3.00 dianggap bagus.  Kalau IPK dibawah 3.00 biasanya sudah mulai ketar-ketir, meskipun, yang sering disebut adalah minimal 2.75 untuk standar melamar kerja.

Tapi apakah IPK sebegitu pentingnya sampai layak dijadikan "goal" utama mahasiswa? Bahkan, sampai bisa bikin down, depresi hingga yang paling menyedihkan dan disesalkan adalah kasus bunuh diri mahasiswa lantaran masalah nilai :(

Ada yang berpendapat bahwa IPK nggak penting-penting amat, karena 3 alasan berikut:

1. Menguasai ilmu dan skill di bidang yang dipelajari merupakan hal yang terpenting, bukan sekadar nilai.

IPK bagus nggak menjamin bahwa seseorang benar-benar paham dan punya kemampuan yang baik.

Contohnya, waktu saya kuliah Sastra. Ada banyak teman saya yang kemampuan bahasa, speaking dan writing-nya lebih oke daripada saya. Padahal, IPK mereka di bawah saya.

Bahkan ada lho, yang IPK-nya biasa aja dan nggak mencapai 3,00 tapi skill dan kemampuannya sama, bahkan melampaui mahasiswa yang cum laude.

2. IPK nggak berhubungan dengan kualitas pekerjaan.

Kuliah dan kerja adalah dua hal yang berbeda banget. Nilai saat kuliah nggak bisa jadi patokan performa kerja. Attitude dan semangat untuk bekerja keras dan kemauan buat terus belajar lah yang menentukan kesuksesan dalam bekerja.   

Saya pernah ngobrol dengan salah satu manajer senior di perusahaan pertambangan. Dia punya anak buah yang lulus dengan nilai nyaris sempurna. Sayang performa kerjanya sangat mengecewakan. Nggak menunjukkan prestasi, bahkan cenderung malas. Yah! Walaupun ada juga sih, pekerja yang memang IPK dan hasil pekerjaanya sama-sama memuaskan.

Sementara Runi Indrani, Managing Editor Hellobali merasa nilai IPK nggak mempengaruhi kariernya.

“Nggak terlalu berpengaruh, tuh, walaupun awalnya IPK sempat bikin gue keder dan nggak percaya diri. Soalnya, dulu IPK gue nggak mencapai 3,00. Sekarang, kalau merekrut pegawai (penulis majalah), gue pun nggak melihat nilainya. Gue lebih melihat pengalamannya. Atau kalau belum berpengalaman, gue lihat hasil tes tulisannya serta hasil interview untuk “membaca” personality-nya."

3. Walau nggak semua, peraih IPK tinggi cenderung berbangga diri.

IPK tinggi atau nilai cum laude tentu bikin orang bangga dan pede. Padahal saat bekerja, kadang kamu akan memulai segala sesuatunya dari nol lagi.

Nah, lulusan dengan IPK tinggi bisa kesulitan menyesuaikan diri dengan situasi ini. Soalnya kan, mereka biasa jadi yang paling superior dan cerdas di kelas, eh di tempat kerja jadi yang paling bawah.

Dulu ketika baru mulai bekerja, salah satu senior saya di kantor mengatakan bahwa anak cum laude alias mahasiswa yang lulus dengan predikat cum laude nggak cocok bekerja dengan mereka.

Menurut kabar, pernah ada pegawai pintar peraih cum laude, tapi nggak bertahan lama ketika bekerja, karena ia nggak tahan harus memulai dari bawah.

Jadi nggak penting dong, ya IPK? Tunggu dulu, baca dulu alasan tentang pentingnya IPK  berikut ini:

1. IPK merupakan parameter belajar dan tanggung jawab.

Saat belajar, tentu saja harus ada parameter untuk mengukur tingkat keberhasilan mahasiswa dalam menyerap ilmu. Nah, parameter yang digunakan adalah IP. Maka idealnya sih, mendapatkan nilai IPK yang oke, mesti disertai dengan kemampuan yang beneran mumpuni.

Menurut saya, IP dan IPK juge merupakan salah satu bentuk tanggung jawab. Tanggung jawab untuk lebih giat menuntut ilmu dan semangat berusaha. Juga tanggung jawab kepada orang tua yang udah susah-payah membiayai pendidikan kamu.

pengetahuan

2. IPK tinggi membuka banyak kesempatan.

Seperti kesempatan pertukaran mahasiswa, keringanan biaya pendidikan, hingga kesempatan kuliah S2 di dalam dan luar negeri.

IPK tinggi, apalagi kalau cum laude, juga menjadi prestasi tersendiri. Lumayan lah, untuk memperindah resume dan LinkedIn kamu.

3. Syarat untuk kerja.

Walaupun IPK nggak berhubungan langsung dengan prestasi kerja, namun nggak sedikit perusahaan yang menerapkan syarat IPK minimal untuk bisa bekerja di sana.  

Rachma Arofani, Human Capital perusahaan multinasional PricewaterhouseCoopers Indonesia (PwC) pun menjabarkan salah satu syarat untuk menjadi intern di PwC, “Punya IPK minimum 3.00 atau nilai rata-rata B+ alias High Distinction untuk universitas luar negeri”

***

Menurut saya, punya IPK yang baik memang membantu saat melamar pekerjaan. Apalagi, kebetulan perusahaan yang pernah saya lamar, kebanyakan menerapkan syarat IPK minimal. Ada yang minimal 3.00 ada juga yang 2.75. Walau nggak serta-merta IPK tinggi berarti bakalan diterima sih, sob! Masih banyak faktor penting yang menentukan keberhasilan ketika melamar pekerjaan.

Selanjutnya, soal apakah karier akan bagus, apakah bakal cepat diangkat jadi pegawai tetap dan berprestasi dalam bekerja, itu semua nggak berkaitan dengan IPK. Semua itu tergantung dari performa dan attitude kamu dalam bekerja.

Kesimpulannya, kita nggak bisa bilang bahwa IPK itu nggak penting. Tetapi memang bukan yang TERPENTING. Sayang banget kalau IPK mentereng padahal kemampuan dan wawasannya biasa banget, bahkan kurang.Ini bisa aja terjadi kalau tujuan kamu memang hanya angka, dan mau melakukan apa aja hanya untuk dapetin IP yang bagus.

Sebaliknya, rugi juga bila kamu sebenarnya mampu, tapi nilainya pas-pasan karena cuek sama tugas atau lainnya.

Harus diingat bahwa goal mahasiswa dalam kuliah adalah ilmu dan bukan nilai. Yakin deh, kalau kamu benar-benar serius dan semangat mencari ilmu, otomatis bakal mendapat hasil IPK yang bagus.

So, makan tomat dicampur es, semangat gaes!

(sumber gambar: techguff.com, theseaf.com, au2a.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 1 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1