Buzzer dan Influencer—Siapa Mereka dan Apa Pekerjaannya?
- Sep 20, 2017
- Fatimah Ibtisam
Perkembangan teknologi informasi membuka bidang pekerjaan dan job desk baru, di antaranya adalah buzzer dan influencer. Apakah buzzer dan influencer tergolong profesi? Katanya buzzer itu yang suka ngomongin politik dukung anu-inu? Ah masa'? Biar nggak salah kaprah tentang buzzer dan influencer, baca dulu selengkapnya.
Buzzer, Influencer, Buzz Marketing, dan Influencer Marketing
Buzzer dan influencer muncul dari teknik pemasaran yang dikenal dengan buzz marketing dan influencer marketing.
Buzz marketing adalah teknik pemasaran dengan membuat sesuatu menjadi viral dan diperbincangkan. Sedangkan influencer marketing adalah cara pemasaran melalui sosok/institusi yang memiliki pengaruh pada target konsumen dan punya karakter kuat yang sesuai dengan brand.
Maka buzzer bisa diartikan sebagai orang yang memberi info atau mempromosikan sesuatu, sehingga jadi ramai dibicarakan. Biasanya, untuk menjadi buzzer seseorang harus memiliki popularitas dan pengaruh. Bukan berarti harus beken seantero nusantara, sih. Tapi berpengaruh di kalangan tertentu.
Sedangkan influencer adalah orang yang bisa mempengaruhi orang lain lewat apa yang ia sampaikan, lakukan, atau tunjukkan. Walau pengertiannya nggak seratus persen sama, tapi buzzer atau influencer sering dianggap sama.
Diperkirakan 92 persen konsumen percaya dengan rekomendasi dari orang lain mengenai suatu brand. Walaupun rekomendasi tersebut dari orang yang mereka belum kenal. Konten blog dan medsos juga mempengaruhi tren dan minat konsumen terhadap produk. Inilah yang menyebabkan buzzer dan influencer penting bagi marketing.
Buzzer dan influencer seringkali diasosiasikan dengan media sosial. Soalnya, salah satu media promosi zaman sekarang yang efektif dan praktis adalah medsos.
Walaupun demikian, channel-nya nggak cuma Twitter, Instagram, Path, Facebook atau media sosial lainnya, kok. Bisa juga melalui video Youtube, blog, website, event promosi off air, hingga promosi di media “tradisional” seperti televisi dan radio. Tapi biasanya, meskipun influencer dan buzzer melakukan kegiatan di blog atau off air, mereka tetap update di medsos.
Apa saja yang bisa disampaikan serta dipromosikan buzzer/influencer?
Banyak! Mulai dari produk, jasa, kampanye, kegiatan, gerakan, dan lain sebagainya. Kebanyakan info atau promo yang dilakukan adalah untuk tujuan pemasaran dan bermotif ekonomi. Namun ada pula yang untuk membangun image atau menyukseskan CSR perusahaan. Misalnya, kampanye gerakan rumah membaca yang disponsori perusahaan A, atau beasiswa dari perusahaan B.
Ada juga sih, yang melakukan proyek pure sosial, atas dorongan pribadi. Misalnya, si buzzer A atau influencer X getol banget mengkampanyekan literasi di kalangan anak muda. Nggak ada yang sponsorin atau yang meminta. Dia sendiri yang secara sukarela melakukan hal tersebut karena merasa memiliki visi dan tujuan yang sama.
Contoh "pemetaan" influencer.
Nah, gimana dengan “buzzer politik”?
Belakangan, istilah buzzer politik ramai dibicarakan dan memiliki konotasi yang cenderung negatif. Buzzer politik bisa jadi adalah orang-orang yang memiliki aspirasi politik pribadi dan menyuarakannya. Ada pula buzzer yang memang dipekerjakan secara profesional untuk mengkampanyekan program suatu kandidat atau partai. Ada juga yang keduanya, secara pribadi mendukung, dan secara profesional dilibatkan dalam program kampanye.
Yang jadi masalah adalah bila kampanye/aspirasi disuarakan dengan kasar, menyinggung pihak lain, atau mengandung hoax. Hal yang juga mengganggu dan mencoreng nama buzzer adalah adanya akun anonim yang menjadi “buzzer” politik, dengan menampilkan konten yang provokatif. Belum lagi akun-akun nggak jelas, yang "ditugaskan" melambungkan hashtag tertentu secara membabi buta. Nah, ini nih yang bikin ilfil.
Metode yang nggak etis seperti ini sebenarnya nggak oke lho, untuk dilakukan seorang buzzer atau influencer. Seharusnya, buzzer atau influencer lebih ke menginformasikan dan mengajak orang untuk bersimpati. Bukan malah ngajak berantem. Hehehe!
Jadi apakah buzzer dan influencer merupakan profesi?
Kalau untuk profesi utama (dan satu-satunya), menurut saya sih, bukan. Bagi saya, buzzer atau influencer adalah suatu pekerjaan di bidang pemasaran, yang biasanya bekerja sama dengan pihak marketing komunikasi perusahaan. Orang dengan beragam profesi bisa menjadi buzzer atau influencer jika memenuhi kriteria klien.
Justru, untuk bisa menjadi influencer atau buzzer seseorang seharusnya memiliki pencapaian atau karya tertentu. Misalnya, menjadi blogger dan vlogger dengan karya yang keren, ahli di bidang tertentu (fotografer, makeup artist, chef, musisi), atau olahragawan yang berprestasi. Sebaliknya, kalau hanya “berprofesi” sebagai influencer atau buzzer dengan hanya bermodalkan banyak followers serta tampilan menarik (apalagi dengan modal banyak drama doang!), namun tanpa melakukan sesuatu, pasti nggak akan bertahan lama. Perusahaan bergengsi pun ogah menjalin kerja sama dengan yang seperti ini.
Di sisi lain, menjadi buzzer dan influencer bisa sangat menyenangkan. Kamu bisa ikut serta mempromosikan sesuatu serta menjadi bagian dari proses marketing suatu perusahaan. Apalagi kalau ada kampanye yang positif dan bisa mengubah masyarakat jadi lebih baik. Belum lagi soal penghasilan yang diperoleh. Semakin besar followers dan pengaruh yang diberikan, serta semakin bagus konten yang bisa dihasilkan, akan bakal berpengaruh untuk harga seorang buzzer atau influencer.
Good news lainnya adalah pelajar dan mahasiswa bisa menjadi buzzer atau influencer. Tugasnya pun bisa dibilang nggak mengganggu waktu belajar.
Tips menjadi buzzer dan influencer yang sukses
1. Jangan jadikan pekerjaan buzzer dan influencer sebagai profesi utama, apalagi cita-cita. Menjadi buzzer dan influencer adalah dampak dari karya yang kamu kerjakan atau skill yang kamu kuasai. Jadi, terus lah berkarya dan mempertajam skill.
2. Pelajari content creating, karena sebagai buzzer atau influencer kamu mesti bisa menampilkan konten yang menarik sekaligus berfaedah. Ini akan menjadi nilai jual kamu, lho.
3. Kamu juga harus paham prinsip-prinsip marketing komunikasi, karena job desc seorang buzzer terkait erat dengan marketing. Coba baca-baca buku marketing populer (yang mudah dimengerti) dan banyak ngobrol dengan orang yang kompeten.
4. Jangan asal terima order. Selain memperhatikan aturan main dan ketentuan yang diminta, kamu juga harus memastikan apakah produk/kampanye tersebut sesuai dengan diri kamu.
5. Kuasai product knowledge. Gimana kamu bisa promosi dan mempengaruhi orang lain, kalau pengetahuanmu pada produk yang lagi di-buzz sendiri cetek. Misalnya, jangan sampai kamu promosiin handphone brand X, tapi fitur unggulan dari produk tadi malah nggak kamu bahas. Alhasil, apa yang diinginkan klien justru tak tersampaikan dengan baik.
6. Saya selalu percaya kekuatan marketing positif. Menjelekkan competitor adalah perilaku nggak efektif dan nggak etis, dan nggak oke juga untuk image kamu.
7. Miliki perangkat elektronik yang mumpuni. Karena tugas sebagai influencer dan buzzer kebanyakan berkutat dengan konten digital dan internet, maka kamu harus memiliki perlengkapan perang yang mendukung. Wajib punya laptop, desktop pc atau smartphone yang dapat diandalkan. Selain itu, fitur kamera yang keren merupakan bonus yang sangat membantu.
Kamu bisa memilih laptop dengan kualitas grafis yang mumpuni dan kemampuan editing yang canggih. Pilih laptop dengan spesifikasi tinggi seperti Acer Aspire VX 15 atau desktop pc Acer Aspire GX. Memang sih, mungkin kamu lebih mengenal laptop dengan OS Windows 10 ini sebagai laptop gaming. Tapi cocok juga untuk kamu kamu yang bekerja bidang content creating atau desain. Termasuk untuk buzzer dan influencer. Mayan, ‘kan, kalau suntuk kerja bisa nge-game dulu. Hihihi.
8. Jaga hubungan baik dengan berbagai pihak. Baik klien, rekan kerja, maupun followers kamu. Berikan respon kepada mereka, bukan komunikasi searah.
9. Update dengan perkembangan teknologi. Kamu harus tahu perkembangan teknologi, terutama fitur terbaru medsos, supaya kamu bisa memanfaatkannya untuk melakukan tugas kamu sebagai buzzer/influencer.
10. Harus produktif bikin konten. Jangan isi medsos/blog/vlog kamu hanya promo melulu, ya.
***
Pekerjaan sebagai influencer dan buzzer kini memang menjanjikan, namun harus disertai dengan tanggung jawab dan sikap yang profesionalis. Ke depannya, pekerjaan ini akan terus berkembang, bahkan berevolusi. Bisa jadi channel ke depannya bukan medsos, tapi ada tren baru lainnya. Nah, seorang yang bekerja sebagai buzzer, influencer, dan marketing komunikasi tentunya harus bisa beradaptasi dengan perkembangan tersebut.
(sumber gambar: mobilemarketingwatch.com, bussines2community.com,bigfuel.com, neilpattel.com, jeffbullas.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus