Mitos dan Fakta Tes Psikologi: Tes Minat Bakat dengan Sidik Jari hingga Cara Lulus Psikotes
- Nov 10, 2017
- Fatimah Ibtisam
Tinggal cek sidik jari bisa ketahuan deh, minat, bakat, kepribadian, bahkan profesi yang pas buat kita. Eh apakah tes fingerprint kayak begitu valid? Katanya lagi, psikotes saat seleksi masuk perguruan tinggi atau penerimaan kerja itu tricky. Harus belajar dari buku-buku psikologi. Itu semua “katanya”, lho. Gimana kenyataannya? Nah, Youthmanual membedah mitos dan fakta yang terkait dengan asesmen psikologi.
Asesmen psikologi itu apaan, sih?
Asesmen psikologi adalah analisa psikologi manusia, seperti kecenderungan, perilaku, karakter, dan lainnya yang bisa dilakukan dengan tes, wawancara, observasi, dan lainnya. Biar kamu nggak salah kaprah soal tes psikologi atau salah ikutan tes, baca dulu yang berikut ini.
1. Dengan melihat sidik jari atau fingerprint test bisa diketahui kepribadian, minat dan bakat, hingga profesi yang sesuai.
= Mitos!
Yup, sudah serinh terdengar soal tes fingerprint seperti ini. Malah, ada klaim yang menyebutkan bahwa tes sidik jari bisa dilakukan saat seseorang masih kecil dan hasilnya menunjukkan karier yang cocok di masa depan. Wuarbiyasak! Metode tes dengan sidik jari dikenal dengan istilah dermatoglyphics.
Masalahnya, apakah sidik jari memang menunjukkan potensi, kepribadian, dan karier yang sesuai?
Ternyata NGGAK tuh, gaes! Setidaknya, dari kacamata ilmu psikologi, tes model begitu nggak valid. Begini penjelasan dari psikolog sekaligus Head of Product Youthmanual Shanti Nurfianti Andin M.Psi, “Zaman dulu memang diyakini bahwa kita bisa mengetahui kepribadian seseorang dari hal-hal fisik, seperti bentuk kepala atau cairan dalam tubuh. Tapi ilmu psikologi kemudian berkembang, sehingga teori seperti itu sudah kadaluarsa dan tidak dipakai lagi.”
Lagipula, kepribadian, minat, dan bakat juga bisa dipengaruhi faktor eksternal, seperti lingkungan dan pendidikan. Maka agak janggal jika hanya dilihat dari sidik jari. “Menurutku, mengetahui kemampuan dan karier seseorang hanya lewat sidik jari itu kurang masuk akal, sih. Apalagi paket tersebut dijual untuk anak kecil dengan harga mahal banget pula!” Jelas lulusan Psikologi Universitas Indonesia ini.
2. Kepribadian, minat, dan bakat bisa dilihat dari golongan darah atau tanggal lahir.
= Mitos!
Banyak juga yang mengaitkan antara karakter serta potensi sesorang dengan golongan darah atau dengan tanggal lahir. Misalnya, golongan darah O adalah orang-orang yang ekstrovert, suka bekerja di lapangan, dan berjiwa pemimpin, sedangkan kamu yang lahir tanggal 22 November berjiwa petualang, suka tantangan, serta cocok menjadi pemimpin perusahaan.
Nah, hal-hal kayak begini kurang lebih sama kayak tes sidik jari tadi, yaitu nggak bisa digunakan untuk melihat kepribadian, minat, bakat, dan lainnya.
“Yang terbaik adalah mengikuti asesmen psikologi dengan metode yang didukung oleh riset serta jelas metode pengukurannya,” tegas Kak Shanti.
Jadi, seperti apa tes psikologi yang tepat? Kak Shanti pun menjabarkan lebih lanjut, “Pilih asesmen yang dilakukan atau disupervisi oleh psikolog. Trus, pastikan lembaga yang mengadakan tes terpercaya. Jangan lupa juga survei harga (jika tes tersebut berbayar), plus informasi tentang apa saja komponen hasil yang didapatkan (dari tes tersebut).”
3. Untuk bisa menghadapi psikotes saat seleksi masuk perguruan tinggi atau tes kerja, mesti belajar dari buku psikologi.
= Mitos!
Beberapa kampus ada yang menggunakan psikotes/asesmen psikologi sebagai salah satu saringan masuk. Trus, hampir semua perusahaan memberlakukan psikotes untuk pelamar.
Perusahaan multinasional seperti Deutsche Bank, Airbnb, dan McKinsey menggunakan asesmen psikologi untuk menyeleksi karyawan yang paling tepat untuk mereka. Karena tipe orang A mungkin cocok masuk Airbnb, tapi nggak cocok masuk Deutsche Bank. Jadi nggak hanya mencari yang nilai kepemimpinannya paling tinggi atau skor IQ paling top, melainkan memilih kandidat yang sesuai dengan perusahaan/perguruan tinggi tersebut. Ini seperti kata Kak Shanti bahwa tujuan dari tes psikologi adalah menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula.
Jadi nggak perlu belajar atau ngubek-ngubek buku psikologi ya, gaes! Tapi bukan berarti nggak bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi psikotes atau asesmen psikologi lainnya, lho. “Supaya hasil psikotes bisa optimal yang penting saat tes kondisi dirinya kondusif. Pastikan badan sehat, cukup istirahat, cukup makan, dan suasana ruangan mendukung (tidak berisik, pengap, dan lainnya). Dan saat mengerjakan harus konsentrasi dan bersungguh-sungguh,” kak Shanti memberikan tips.
Gimana jika sudah mempersiapkan diri dan menjalani psikotes dengan maksimal, tapi nggak lolos juga?
“Bukan berarti dia nggak oke, lho! Itu artinya si pendaftar nggak cocok dengan jurusan atau profesi (atau perusahan) tersebut, dan mungkin cocok di tempat lain. Tiap jurusan dan profesi kan punya karakter tertentu dan butuh orang dengan karakter tertentu juga.” ungkap Kak Shanti.
4. Konsultasi dengan psikolog soal minat, bakat, dan kepribadian bisa membantu kamu merencanakan masa depan.
= Fakta!
Masih banyak orang yang salah kaprah dan menganggap bahwa konsultasi dengan psikolog dilakukan jika seseorang memiliki masalah kepribadian atau problem psikologi aja. Padahal sebenarnya, konseling dengan psikolog bisa dilakukan untuk berbagai hal, seperti menggali potensi diri hingga menentukan jurusan kuliah dan karier yang tepat.
“Menurut saya konsultasi dengan psikolog perlu banget! Ada baiknya hasil tes minat bakat didiskusikan bersama orang tua, guru, dan psikolog. Terutama jika si siswa masih bingung, atau ada ketidaksepakatan dengan (pilihan jurusan/cita-cita) dengan keinginan orang tua,” kak Shanti menjelaskan.
***
Gaes, asesmen psikologi seperti tes minat, bakat, dan kepribadian bisa jadi salah satu referensi kamu dalam menentukan masa depan. Harapannya, agar kamu semakin mengenali diri dan potensi yang dimiliki serta lebih mengeksplorasi pilihan program studi dan karier.
Sayangnya, akses untuk tes semacam ini belum merata di sekolah-sekolah di Indonesia. Pertama, nggak semua daerah memiliki jumlah tenaga psikolog yang memadai. Trus, ada pula sekolah atau siswa yang punya kendala biaya untuk ikutan tes psikologi.
“Tantangan lainnya adalah masih banyak orang yang belum mendapatkan informasi yang tepat mengenai tes psikologi. Mereka juga kurang kritis terhadap produk tes minat bakat. Misalnya, soal tes fingerprint yang sebenarnya tidak bisa dipakai untuk menunjukkan minat, bakat, atau karier,” Kak Shanti menegaskan.
Jadi jika kamu mau ikutan asesmen psikologi untuk menentukan minat, bakat, jurusan, profesi, dan lainnya, kamu mesti kritis. Cari tahu apakah pihak yang menyelenggarakan kredibel, bagaimana metode yang digunakan, serta apa saja info yang diperoleh dari tes tersebut.
Selamat merancang masa depan!
Baca juga:
- Tes Minat Bakat dan Serba-Serbinya
- Menentukan Jurusan Kuliah dan Pilihan Karier dengan Tes Minat Bakat
- Tes Kepribadian, Minat, dan Bakat Menentukan Jurusan Kuliah, Benarkah? Cek Miskonsepsinya!
(sumber gambar: york.ac.uk, californiainnocenceproject.org, recruiter.co.uk, verywell.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus