Infografik: Anak Muda Indonesia, Sudah Siap Menghadapi Bonus Demografi?
- Oct 29, 2017
- Fildza Hasna
Gaes, 2020 udah tinggal 3 tahun lagi nih!
Nggak berasa, ya? Padahal, di tahun itu Indonesia diprediksi akan mengalami sebuah fenomena langka yang cuma terjadi sekali dalam perjalanan sebuah bangsa. Udah pernah denger istilah Bonus Demografi? Nah, itu lah yang akan terjadi pada Indonesia dalam jangka waktu kurang lebih 3 tahun lagi.
Apa sih, Bonus Demografi itu? Kenapa istilah ini marak banget disebut-sebut oleh pakar, peneliti, maupun media-media mainstream? Bahkan, presiden kita, Bapak Joko Widodo menyatakan bahwa Bonus Demografi adalah sebuah pedang bermata dua—yang kalau dimanfaatkan dengan baik bisa jadi berkah, tapi kalau nggak bisa jadi bencana .
Waduh, kok jadi deg-degan ya mendengarnya?
Bonus Demografi, Si Pedang Bermata Dua
Dalam sebuah pidatonya saat menghadiri acara puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak PKK ke-45 di Ancol beberapa waktu silam, Presiden Jokowi menyinggung soal bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia mulai tahun 2020 mendatang.
"Kita punya kesempatan yang besar, tetapi jumlah yang besar itu ibarat pedang bermata dua bisa berkah, tapi bisa juga mendatangkan masalah," begitu ungkapnya.
Sebesar apa, sih, kesempatan yang kita punya dengan hadirnya Bonus Demografi?
Berdasarkan data dari BKKBN, proyeksi penduduk usia produktif (15-64 tahun) pada tahun 2020 akan mencapai 180 juta jiwa, sementara penduduk berusia non-produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) mengalami penurunan jadi hanya sekitar 60 juta jiwa. Hal ini berarti, kita akan mendapatkan surplus penduduk usia produktif hingga 70% dari total seluruh penduduk Indonesia di tahun tersebut.
Lebih banyak penduduk usia produktif, berarti lebih banyak pula kesempatan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Setuju? Setuju, dong. ‘Kan yang menggerakkan roda perekonomian adalah mereka yang merupakan angkatan kerja. Inilah yang disebut Bonus Demografi, gaes.
Bayangin deh, dengan jumlah penduduk usia produktif sebanyak itu, pasti pengembangan-pengembangan dan pembangunan yang bisa dilakukan pun nggak kalah banyak. Apalagi, bonus demografi ini nantinya akan diddominasi oleh Generasi Z dan Millennial yang terkenal dengan ide-ide kreatif dan inovatifnya. Seharusnya, ini bisa jadi sebuah kesempatan emas untuk memajukan bangsa Indonesia yang perkembangannya terkesan lambat jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita.
Yeah, seharusnya.
Namun, jika kita berkaca dari pernyataan Pak Jokowi di atas, selain bisa mendatangkan berkah, Bonus Demografi nyatanya juga bisa jadi sumber masalah nih.
Sekarang gini, jumlah penduduk usia produktif membludak, which means tenaga kerja pun jadi melimpah. Tapi, apa lah guna tenaga kerja yang melimpah kalau lapangan kerjanya nggak ada, iya nggak? Even worse, penduduk tersebut nggak dipersenjatai pula dengan kemampuan dan skill yang mumpuni untuk bersaing di dunia luar. Yang ada pengangguran malah menjamur dan beban negara jadi bertambah.
Makanya itu, kita terutama generasi muda harus melakukan sesuatu untuk mencegah agar bonus demografi nggak berubah jadi bencana demografi. Contoh deh, Korea Selatan, negeri ginseng ini berhasil memanfaatkan momentum bonus demografi mereka yang terjadi pada tahun 1970-an dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi mereka sebesar kurang lebih 10%. Hasilnya, Korea Selatan kini jadi salah satu negara termaju di benua Asia dan bahkan di seluruh dunia.
Rahasianya? Peningkatan kualitas human capital aka anak-anak muda mereka yang menjadi pondasi utama dari bonus demografi tersebut.
Generasi Muda, Bisa Apa?
Sebagai pondasi utama bonus demografi, there must be something we can do to maximize this windows of opportunity, right?
Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani, ada 3 hal utama nih yang harus diperhatikan untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki generasi muda Indonesia saat ini.
Pertama, adalah education alias pendidikan. Dalam menghadapi tantangan yang ada, kita-kita sebagai generasi muda dituntut untuk menjadi generasi yang well-educated dengan kemampuan mumpuni di bidang-bidang vokasional, literasi keuangan dan digital, soft skill terkait komunikasi, critical thinking, kreatifitas, kolaborasi, dan enterpreneurship.
While it’s true, pemerintah harus memastikan bahwa anak-anak muda punya akses yang sama terhadap pendidikan, tapi kita dari pihak pemuda juga harus melakukan usaha yang serupa untuk meningkatkan skill yang udah kita punya. Apalagi sempat ada pernyataan dari Menaker bahwa sarjana Indonesia itu nggak siap pakai. Waduh, ngeri-ngeri sedap ya dengernya.
Nah, maka itu, daripada hanya berangan-angan jadi selebgram yang kerjaannya cuma bikin sensasi nggak berfaedah, mending kita kita mencari ilmu melalui kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti kursus, volunteer, konferensi, atau ikut beragam kompetisi yang sesuai dengan minat dan bakat kita masing-masing. Lumayan ‘kan, selain dapet ilmunya, kamu juga bisa mendapat pengalaman dan networking yang pastinya jauh lebih berharga daripada ribuan followers di instagram.
Kedua, adalah employment aka lapangan pekerjaan. Nggak bisa dipungkiri, lapangan pekerjaan jadi elemen penting yang kudu banget dikembangkan dalam mengadapi era bonus demografi. Inilah kenapa pemerintah lagi gencar banget melancarkan beragam program untuk menelurkan entrepreneur-enterpreneur muda. Kenapa? Karena mereka lah yang nantinya akan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan yang berguna mengurangi angka pengangguran negeri ini.
Nggak salah kok kalau kita memang bercita-cita jadi pekerja, tapi bukankah lebih baik kalau kita jadi orang yang menciptakan lapangan pekerjaan tersebut?
Ketiga, engagement alias partisipasi. Dari dulu, pemuda terkenal sebagai motor penggerak yang menancapkan tonggak-tonggak sejarah bangsa ini. Peristiwa Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 merupakan salahsatunya. Kala itu, muda-mudi Indonesia dari seluruh penjuru Nusantara berkumpul dan mendeklarasikan suatu gerakan yang jadi cikal bakal seluruh gerakan kepemudaan lain di Indonesia.
Sekarang, saatnya kita nih generasi Indonesia masa kini yang harus menghidupkan kembali semangat sumpah pemuda itu. Udah bukan jamannya jadi anak muda yang pasif; Indonesia butuh kamu, bibit-bibit muda yang aktif dan kritis dalam bergerak membangun masyarakat.
Kalau dulu pemuda-pemuda membuat gerakan yang bertujuan untuk memerdekakan bangsa, sekarang tugas kita adalah berpartisipasi untuk mengisi kemerdekaan tersebut dengan prestasi dan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Psst, Youthmanual punya kejutan lho buat kamu, anak muda yang ingin berpartisipasi aktif dalam memaknai sumpah pemuda. Kata siapa perubahan cuma bisa dilakukan oleh orang dewasa? Kamu juga bisa kok menjadi agent of change yang membantu ratusan bahkan jutaan anak muda Indonesia lainnya dalam menggapai mimpi mereka.
Youthmanual mengajak kamu untuk bergerak bersama kami sebagai bagian dari perubahan dengan menjadi Youthmanual Catalyst.
Penasaran itu apa? Pantengin terus media sosial kita ya!
Yuk, sama-sama kita membuat perubahan positif dan bergerak menyongsong Bonus Demografi untuk Indonesia yang lebih gemilang!
(sumber: web.kominfo.go.id, tirto.id, Good News From Indonesia)
Baca juga:
- Infografik: Apa, sih, yang Membedakan Generasi Z dengan Generasi-Generasi Sebelumnya?
- Infografik: Media Sosial, Anak Muda, dan Kesehatan Mental
- Bercermin dari Pernyataan Menaker Soal Sarjana di Indonesia Nggak “Siap Pakai”: Anak Muda Harus Gimana?
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus