5 Mitos Seputar Melamar Kerja yang Wajib Kamu Tahu
- Oct 20, 2015
- Youthmanual
Kalian pasti udah sering, dong, dengar tips-tips nyari kerja. Mungkin banyak diantaranya yang benar, tapi sebenarnya banyak juga yang nggak akurat. Ironisnya, tips-tips yang nggak akurat tersebut terlanjur dipercaya oleh sebagian anak muda yang sibuk melamar kerja. Waduh!
Maka kali ini, Youthmanual mau bongkar berbagai mitos dalam hal melamar kerja, supaya kamu tercerahkan. Secerah wajahku. Eaaa!
Mitos #1: Semua lowongan kerja pasti dipublikasikan secara umum.
Faktanya:
Tetot! Salah! Nggak semua lowongan kerja diiklankan atau disebarkan ke publik. Malah banyak perusahaan yang enggan mengiklankan lowongan kerja mereka.
Kenapa? Soalnya dari sisi human resources, proses rekrutmen go public begitu ngabisin waktu, uang dan tenaga. Bayangin aja, mereka harus menyaring puluhan bahkan ratusan calon kandidat. Makanya, banyak lowongan yang disebar secara privat.
Disebar secara privat? Gimana caranya? Caranya, lewat rekomendasi dan kenalan. Misalnya, ada karyawan sebuah perusahaan yang memberikan informasi lowongan kerja perusahaannya ke kamu, atau ada senior di kampus yang memberikan informasi lowongan kerja untuk fresh graduate lewat organisasi jurusan.
Inilah salah satu alasan kenapa kamu harus punya networking yang luas dan yang terpenting, punya REPUTASI yang bagus. Biar banyak yang ngasih kamu rekomendasi!
Jadi apakah kita harus add orang sebanyak-banyaknya orang di medsos? Atau banyak-banyak minta folbek? Nggak, dong! Networking akan tercipta kalau kamu aktif di berbagai kegiatan. Sekali lagi, jangan lupa, semakin baik attitude serta kontribusi kamu di berbagai kegiatan tersebut, semakin oke juga reputasimu.
Mitos #2: Kalau mau cepat dapat kerja, sebarin CV sebanyak-banyaknya!
Faktanya:
Nope! Orang-orang yang sukses mendapat pekerjaan adalah mereka yang fokus, tepat sasaran, serta menyesuaikan CV mereka dengan lowongan pekerjaan yang mereka incar, BUKAN orang-orang yang asal mengirim banyak lamaran.
Tapi bukan berarti kamu cuma perlu ngirim lamaran ke 1-2 perusahaan, ya. Coba deh, bikin list pekerjaan dan perusahaan yang kamu minati. Lalu, sesuaikan CV dan cover letter kamu dengan pekerjaan tersebut. Kemungkinan kamu dilirik untuk wawancara akan jauuuuh lebih besar daripada kalau kamu sekedar menebar jaring dan mengirim lamaran template ke mana-mana.
Mitos #3: Karena semua berkas dikirim secara online, kita nggak perlu bikin surat lamaran kerja alias cover letter.
Faktanya:
Siapa bilang? Pertama, memberikan cover letter atau surat lamaran merupakan etika utama dalam melamar pekerjaan.
Kedua, cover letter merupakan ajang kamu memperkenalkan diri. Jadi, silahkan cerita latar belakangmu, kenapa kamu tertarik melamar di perusahaan itu, dan apa saja kontribusi yang bakal kamu berikan. Kalau cover letter kamu menarik, pihak HRD bakal lanjut meneliti CV-mu.
Mitos #4: Yang paling qualified pasti yang akan diterima
Faktanya:
Are you sure? Nggak juga tuh, Mas, Mbak.
Kualifikasi—seperti misalnya prestasi mentereng dan segudang keahlian—memang merupakan salah satu poin penilaian HRD dalam menyeleksi kandidat. Tapi, ada faktor lain yang LEBIH PENTING, yaitu karakter dan kepribadian. Jadi, jangan kepedean dulu kalau kamu lulus dengan IPK mentereng dari universitas ternama.
Intinya, perusahaan cenderung memilih kandidat yang kepribadiannya cocok dengan kultur mereka.
Selain itu, perusahaan juga mengutamakan mereka punya kecerdasan emosional (EQ) tinggi, selain kecerdasan intelektual (EQ) yang oke. Sayangnya, saat ini banyak anak muda yang punya IQ tinggi, tetapi kurang didukung oleh EQ yang baik.
Emang bisa tau darimana kalau seseorang punya EQ bagus? Wih, macem-macem. EQ bisa “dibaca” dari CV, misalnya, dari kegiatan semasa kuliah. EQ juga bisa terlihat banget saat wawancara.
Mitos #5: Kalau setelah ngirim CV kita nggak dapat kabar, kita pasti nggak terpilih.
Faktanya:
Belum tentu. Proses rekrutmen itu makan waktu, lho. Ada kandidat yang dipanggil wawancara hanya dalam waktu beberapa minggu setelah mengirim CV. Ada juga kandidat yang baru mendapat panggilan balik setelah bulanan. Bahkan mungkin aja lamaran kamu baru direspon setahun kemudian. It happens! A lot!
Jadi jangan cepat patah semangat, ya. Apalagi kalau kamu sudah dipanggil interview, tapi nggak langsung dapat kabar setelahnya. Don’t give up!
Oya, nggak ada salahnya, lho, kalau kamu follow up duluan. Misalnya, dengan kirim email ke HRD untuk nanyain status kamu. Banyak, kok, HRD yang baik hati dan mau ngasih kejelasan, supaya kamu nggak ngerasa di PHP-in.
Seandainya pun kamu nggak dapat pekerjaannya, ada banyak skenario yang memungkinkan kamu untuk dipertimbangkan kembali. Misalnya, ternyata pelamar yang diterima mengundurkan diri atau dinilai nggak cocok setelah menjalani masa percobaan kerja. Alhasil, kandidat terbaik berikutnya langsung dipertimbangkan. And that could be you!
Makanya, tetap jaga hubungan baik dengan pihak yang merekrut kerja, selalu jaga attitude dan pastikan kamu mudah dihubungi, yah!
***
Punya pengalaman seputar melamar pekerjaan yang ternyata berbeda dengan “mitos” yang banyak beredar? Share di sini, yuk!
(sumber gambar: Plan It Plus, Daily Haha, Cargo Collective, Job Search, Funny As Ducks)
Kategori
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus