Kamu pasti udah sering banget mendengar betapa banyaknya penemuan-penemuan di bidang ilmu pengetahuan yang dilakukan oleh pelajar-pelajar muda. Semangat mereka di bidang sains didedikasikan untuk menemukan energi alternatif dan mempermudah kehidupan kita sehari-hari.

Mobil fenomenal Esemka misalnya, hasil karya siswa SMK 2 Surakarta ini cukup menyita perhatian karena ternyata sebagai anak bangsa, kita bisa membuat kendaraan dengan komponen lokal, lho.

Atau energi listrik nabati yang ditemukan oleh Naufal Raziq, siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri Langsa Lama di Aceh, yang meneliti bahwa dalam satu batang pohon terdapat tegangan listrik setidaknya 0,7 volt. Penelitiannyapun didukung oleh Pertamina EP yang bekerja sama dengan Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina.

Dalam sebuah wawawancara di Koran Sindo, Feriawan, siswa Kelas 12 SMA Negeri 1 Tarakan, Kalimantan Utara, bilang sains itu bikin kita jadi kepo! Walaupun kadang Feri jengkel dalam menemukan jawabannya, tapi dia justru jadi makin tertantang untuk melakukan percobaan lagi dan lagi.

Tugas kuliah yang berujung prestasi

Lewat sains, Riffal Ruchiandrean, alumni Sistem Instrumen Fisika‍ Universitas Indonesia‍ ini bisa menciptakan sesuatu yang bermanfaat buat masyarakat. Waktu kuliah, Riffal bikin desain restoran otomatis tanpa pelayan dengan menggunakan robot dan tombol. Dia juga sempet bikin desain sistem keamanan apartemen, hotel, sekolah, asrama dan desain lainnya.

Tapi ada satu tugas kuliah yang mengusung konsep energi terbarukan dari pijakan kaki manusia di stasiun kereta api. Tugas ini yang akhirnya bikin Riffal meraih juara tiga Olimpiade Proyek Sains Pertamina Tingkat ASEAN. “Berdasarkan data yang didapat, sekitar 70 ribu orang datang dan pergi dari stasiun Bogor. Dari data tersebut, Riffal dan dua temannya memanfaatkan pijakan untuk menghasilkan energi listrik dengan menggunakan sensor piezoelektrik. Seru abis ya, gaes!

“Saya memang suka sains sejak dulu. Makin suka lagi ketika masuk kuliah. Menurut saya, bukan hanya konsep proses dan hasil riset yang bikin kita jadi juara, tapi juga kerja tim yang baik dan gimana mempresentasikan sains yang rumit dengan cara menarik,” kata Riffal kepada Koran Sindo.

Banyak Manfaat dari POS

Sementara buat Julius, mahasiswa Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung‍, juara Pertamina Olimpiade Sains (POS), kompetisi atau olimpiade membawa banyak manfaat besar. Julius bisa berbagi ilmu dan mendapat inspirasi tentang ilmu pengetahuan dalam sebuah olimpiade.

“Nggak cuma praktek, kategori lomba teori dan tes tertulis juga menuntut kita untuk bisa menyampaikan pemecahan masalah dalam bentuk makalah. Makalah kemudian dipresentasikan ke dewan juri. Ini melatih soft skill kita untuk menyampaikan ide kepada orang lain”.

Sains lahir dari rasa ingin tahu

Jason Kristanto, mahasiswa UI Fakultas MIPA jurusan Fisika ini memilih berkiprah di bidang sains lebih serius lagi. Di tingkat universitas, Jason sukses meraih menyabet juara pertama di POS untuk kategori Fisika. Dengan meneliti pronsip kerja konversi energi cahaya matahari, Jason memanfaatkan silicon murni supaya sel surya berfungsi maksimum dan menghasilkan energi listrik.

Jason yang udah juara sains sejak bersekolah di SMK 5 BPK Penabur Jakarta ini bilang belajar sains harus lahir dari rasa ingin tahu. Sains akan melatih logika dan sifat kritis kita terhadap suatu hal. Kita nggak boleh malas dalam menjawab pertanyaan baru yang terus muncul.

***

Setuju sama tiga mahasiswa di atas, bagaimanapun juga, segala prestasi didapat dari kerja keras dan kemauan untuk melawan rasa malas. Yuk, terus berkarya mumpung kita masih muda!

(Sumber gambar: wright.edu, kompas.com, ui.ac.id, bpkpnaburjakarta.or.id)