Profesiku: Make-Up Artist, Gyanda Agtyani

Dalam seri "Profesiku", kamu bisa kenalan dengan berbagai profesi, lewat cerita para senior yang menekuninya. Kali ini, yuk, kenalan dengan make-up artist bareng Gyanda Agtyani

Gyanda Agtyani adalah penata rias alias make-up artist freelance. Ali merupakan lulusan London School of Public Relations‍ jurusan Ilmu Komunikasi Massa.

Profesiku:

Make-up artist, tapi benar-benar hanya make-up artist. Aku nggak hairstyling alias menata rambut.

Aku juga hanya spesialis beauty make-up, alias “make-up cantik” aja, karena aku belum bisa mengerjakan make-up karakter (make-up yang bertujuan untuk mengubah wajah atau karakter seseorang), make-up panggung (make-up untuk pemeran pertunjukkan langsung), ataupun editorial make-up (make-up untuk pemotretan majalah dengan instruksi khusus).”

Tugas sehari-hariku:

“Mendandani orang, sesuai dengan instruksi dan situasinya. Aku juga mengarahkan penata rambut yang partner-an sama aku dalam mendandani klien Aku akan mengarahkan dia, agar tataan rambutnya benar-benar sesuai seperti apa yang diingin klien.

Soalnya, saat rambut ditata, klien ‘kan nggak bisa melihat proses pengerjaannya, jadi disupervisinya harus sama aku, supaya hasilnya sesuai dengan arahan klien. Jangan sampai sasakan rambutnya terlalu tinggi, hasilnya terlalu kaku, dan sebagainya.”

Modal yang harus dimiliki untuk pekerjaan ini:

1. "Peralatan. Harus punya peralatan make-up yang komplit, mulai dari foundation sampai brush. Untuk foundation, nggak harus punya foundation dalam semua warna kulit, yang penting harus punya foundation warna paling terang dan warna paling gelap, untuk di-mix sesuai dengan warna kulit masing-masing klien."

2. "Train case, alias koper khusus make-up. Kalau bisa train case yang lengkap dengan cermin dan lampunya, karena kamu nggak pernah tahu, medan mendandani klien nanti akan seperti apa. Kadang bisa di ruangan yang gelap banget!"

3. "Kamera yang proper untuk memotret hasil dandanan pada klien, lalu dimasukkan ke medsos atau portfolio. Saya sangat, sangat merasakan perbedaan jumlah tawaran kerja, antara sewaktu masih memotret klien dengan hape, dengan saat memotret klien dengan kamera [untuk dimasukkan ke Instagram]. Perbedaannya jauh banget! Saya jadi lebih “laku” saat foto-foto klien di Instagram saya difoto dengan baik dengan kamera bagus."

4. "Harus memperbanyak praktek alias “jam terbang”. Kalau mau jadi make-up artist, menurut aku nggak wajib sekolah tata rias dulu, kok. Soalnya pelajaran yang paling berharga justru akan didapat saat banyak-banyak praktek ngedandanin orang. Mau les sama siapa pun, ilmunya akan percuma kalau nggak dipraktekkan.

Aku nggak pernah sekolah tata rias, tapi suka ikut workshop tata rias. Aku pernah ikut workshop make-up pengantin dengan [make-up artist senior] Irwan Riyadi. Tapi setelah ikut workshop tersebut, aku lama nggak mendandani pengantin. Dan sebelum ikut workshop itu pun, aku juga belum pernah mekap pengantin. Akhirnya ilmunya seperti keluar lagi dari kepala.

Beda halnya saat baru-baru ini, aku ikut workshop dengan [make-up artist senior] Anpa Suha. Seminggu setelah ikut workshop, ilmunya langsung aku praktekkan untuk mendandani pengantin. Wah, ilmunya langsung menyerap!

Tapi tanpa ikut workshop-workshop-an pun, ada banyak sekali pelajaran yang aku ambil sendiri dari praktek mendandani orang."

5. "Sikap tidak pernah merasa puas, dan jangan pernah mau berhenti belajar.

Sampai sekarang, aku nggak pernah sekalipun merasa puas setelah mendandani klien. Nggak pernah sama sekali! Pasti merasa adaaaa aja kurangnya. Bahkan setiap habis mendadani klien, aku pasti akan memandani fotonya lamaaaa sekali, lalu mengkritik hasil kerjaku sendiri. Selalu ada perasaan, 'Harusnya begini begini begini….'"

Apakah ada tangga karier dalam profesi make-up artist?

"Nggak ada, sih. Adanya milestone dan jam terbang kali, ya. Klien akan menilai kamu dari seberapa lama kamu sudah menekuni profesi sebagai make-up artist.

Saat awal-awal jadi make-up artist, kamu pasti akan di-hire untuk mendandani bridesmaid, adik-adik SMA yang mau prom night, keluarga pengantin, dan sebagainya. Pokoknya orang-orang yang bukan menjadi pusat perhatian.

Kalau jam terbang sudah semakin tinggi, nanti kamu akan dipercayai untuk mendandani calon pengantin untuk acara lamaran, foto studio, atau foto prewedding. Lalu kemudian kamu akan diminta mendandani keluarga inti pengantin. Lalu pada akhirnya, kamu akan di-hire untuk mendandani pengantin, yang pastinya harus spesial dan memerlukan skill tinggi.

Along the way, nanti ada juga masanya kamu akan dipercaya untuk mendandani public figure, artis, dan lainnya.

Setelah makin jago, lama-lama kamu juga bisa diminta untuk mendandani model untuk pemotretan beauty editorial di beauty spread media massa."

Hal yang disukai dari profesi ini:

"Saat bisa bikin klien jadi merasa percaya diri. Minimal, jadi merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Aku paling seneng kalo klien jadi seperti mengagumi diri setelah didandani aku, either with less or more makeup."

Tips buat anak-anak muda yang ingin jadi make-up artist?

1. "Mulai cicil kumpulkan make-up. Nggak usah langsung beli make-up mahal atau high-end product semua, ya. Kalau belum mampu beli high-end products, nggak apa-apa. Kombinasikan aja dengan produk-produk drugstore [yang bisa dibeli di supermarket]. Semua make-up artist pasti punya produk yang mahal dan yang murah-meriah, kok.

Yang penting kamu harus tahu, produk apa saja yang bisa dibeli versi murahnya, produk mana yang sebaiknya beli yang versi mahalnya. Misalnya, mungkin kita sebaiknya investasi pada foundation mahal. Tapi untuk eyeliner dan maskara, merk Silky Girl dan Maybelline yang murah-meriah juga oke, kok!"

2. "Kalau ada budget-nya, boleh aja sekolah tata rias. Tapi kalau enggak, kamu bisa banget belajar make-up dari workshop, kursus singkat, Youtube, bahkan majalah."

3. "Jangan takut belajar otodidak, dari mana saja. Harus banyak browsing, banyak lihat referensi make-up, lihat gaya make-up apa aja yang lagi in. Harus update terus."

4. "Banyak-banyak latihan! Mau sekolah tata rias dimanapun, kalau kamu jarang latihan, percuma deh. Kamu harus coba mendandani berbagai jenis wajah. Semakin banyak latihan, gerakan tangan kamu akan semakin “mengalir” dan otomatis."

5. "Jangan pernah puas dengan hasil dandanan kamu. Kalau kata Steve Jobs, stay foolish! Selalu perhatikan hasil dandanan kamu, dan perhatikan progress kamu dari masa ke masa."

(sumber foto: dok. pribadi)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 29 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1