How Not To Be A Cliché Rich Kid: Bagaimana Agar Bisnis Kamu Bertahan Lama dan Nggak Basi!
- Dec 17, 2015
- Laila Achmad
Pada suatu malam minggu, saya dan seorang teman datang ke acara opening sebuah kafe baru di bilangan selatan Jakarta. Di sana, we experienced the usual stuff—kafe-nya nggak terlalu besar, tetapi lokasinya strategis. Desainnya minimalis, sleek, dan modern. Musik funk, groove, dengan sentuhan R&B mengalun dari meja DJ. Pilihan kopinya sophisticated, sementara pilihan makanan beratnya nyaris nggak ada.
Duh, padahal saya lagi lapar, ingin nasi goreng.
Crowd-nya nggak ada yang saya kenal, sekaligus saya kenal semua. Maksudnya, saya nggak kenal mereka secara pribadi, tetapi saya sering sekali melihat wajah mereka wara-wiri di social media feed saya. Ah, para social media darlings yang kece-kece.
Tahu-tahu teman saya nyeletuk, “Kafe ini isinya trust-fund babies semua, ya? Kenapa, sih, bisnisnya trust-fund babies, tuh, klise dan ketebak banget?”
***
Perhatiin, deh. Sekarang ini, di kota-kota besar, ada banyaaaak banget establishments atau usaha baru yang mirip-mirip semua: coffee shop minimalis, bakery kecil penuh warna, fashion label, food truck, you name it. Unsur-unsurnya pun mirip-mirip banget—arsitektur minimalis, mural, artworks di dinding yang bernuansa pop art atau berisi kutipan, palet warna monokrom, dan sebagainya.
Banyak diantaranya dimiliki oleh anak-anak muda, tetapi bukan sembarang anak muda, melainkan… trust-fund babies, alias anak-anak orang kaya.
Kenapa, sih, usaha-usaha keren dan kekinian banyak dimiliki oleh anak-anak muda tajir? Jawabannya jelas, karena mereka bisa.
Biasanya, nih, usaha-usaha kekinian ‘kan nggak terlalu menguntungkan. Mungkin nggak merugi, sih, tetapi nggak bisa sampai ngasih makan sekeluarga juga.
Nah, bisnis semacam itu cocok dimiliki oleh anak-anak muda kaya yang punya safety net besar dari keluarganya. Kalau sewaktu-waktu usahanya rugi dan bubar, ya udah. Nggak apa-apa. Kasarnya, besok masih bisa makan, kok.
Akibatnya, establishments atau usaha-usaha anak-anak muda kaya itu semakin hari semakin kerasa “seragam”. Suasananya asyik dan kekinian, tetapi produknya—misalnya, makanannya, bajunya, atau kopinya—nggak pernah spesial-spesial amat.
Yang paling disayangkan, usaha-usaha tersebut rata-rata nggak bertahan terlalu lama. Bisa bertahan lima tahun aja sudah bagus. Soalnya, lagi-lagi, bagi anak-anak muda pemilik usaha-usaha ini, kalau sewaktu-waktu usaha mereka merugi dan bubar, nggak terlalu masalah. Jadi cara mereka menekuni usahanya cenderung santai, ya.
Punya bisnis keren-kerenan begitu sah-sah aja, kok. Tapi rasanya sayang, deh, kalau anak-anak muda kaya menginvestasikan uang (Papa) mereka untuk bisnis yang ketebak dan “gitu-gitu aja”.
Saya bukan pebisnis, (sayangnya) bukan juga seorang trust-fund baby, tapi berikut tips untuk kamu yang ingin membuka usaha sendiri, whether you are a trust-fund baby or not.
1. Jangan pernah cepat puas. Dream big!
Nowadays, young entrepreneurs are so easy to please! Kayaknya gampang puas banget, deh. Kafenya diliput media, hepi berat. Fashion label-nya diminta jadi kostum pemotretan majalah, girang warbiyasak. Padahal coffee shop, fashion label atau apapun usaha yang dibanggakan tersebut belum menghasilkan profit yang nyata dan belum ketahuan apakah bakal bertahan lama.
Kalau kamu anak orang kaya, kekayaan kamu bisa jadi dua sisi mata pisau. Di satu sisi, kamu beruntung buanget karena bisa bikin usaha apapun sesuai hobi dan minat, tanpa harus terlalu pusing mikirin profit. Kalau usaha kamu merugi pun, toh, besoknya kamu masih masih bisa hidup.
Namun di sisi lain, “rasa aman” kamu ini biasanya bikin kamu jadi males, kurang ambisius, lupa untuk dream big, dan jadi cepat puas.
Akibatnya, kemajuan usaha kamu bakal gitu-gitu aja. Padahal yang harus digantungkan setinggi langit bukan cuma cita-cita, lho, namun juga parameter kesuksesan.
Trus, gimana, dong supaya nggak cepat puas?
Salah satunya, kalau kamu lagi merasa bangga, pede, dan GR atas suatu achievement bisnis kamu, silahkan lho, Google topik-topik seperti “the most successful entrepreneur under 25” dan baca artikel-artikelnya. Pelajari kesuksesan tokoh-tokohnya, maka cring! Dengan seketika, you will realize that you are still nothing. Big zero.
Ingat kata pepatah, if your dream doesn’t scare you, it’s not big enough. Kalau kamu belum sampai nightmare saking kepikiran banget sama usaha kamu, berarti target kamu kurang tinggi, sob!
2. Menjadi seorang sociopreneur? Kenapa nggak?
Sociopreneurship—alias usaha bisnis yang sekaligus juga membantu masyarakat—is awesome. Sekarang ini, sociopreneurship semakin berkembang, dan kalau kamu berminat dalam bidang tersebut, you’re awesome.
Saya pribadi merasa trust-fund babies cocok banget jadi sociopreneur di usia muda, karena mereka nggak harus nunggu lama-lama untuk jadi “mapan” dulu, sebab toh mereka pun modal usaha atau capital yang besar.
Pendiri Yayasan Pemimpin Anak Bangsa, Andri Rizky Putra (kanan)
Tetapi hal tersebut nggak gampang dilakukan, soalnya sociopreneurship berhubungan banget dengan… sikap humble. Lho, kok?
Iya. Trust-fund babies alias anak-anak tajir biasanya punya kepercayaan diri tinggi. Mungkin karena mereka berwawasan luas dan terbiasa gampang ngedapetin apa-apa, ya, jadi dunia berasa dalam genggaman. Ya, nggak apa-apa, dong. Pede ‘kan bagus, tapi jangan lupa untuk punya sikap humble juga.
Kenapa?
Coba baca, deh, artikel Youthmanual yang ini soal kerendahan hati.
Artikel ini bilang, kalau kita memang mau menciptakan sesuatu yang berguna, kita harus merendah diri, mau membuka mata, dan betul-betul membaca situasi—sebenarnya masyarakat butuh apa? Open your eyes wide, sob!
Mungkin warga neighborhood kamu nggak butuh yet another coffee shop. Mungkin mereka butuh koperasi simpan pinjam, misalnya. Nggak keren, ya? Tetapi kalau memang itu yang diperlukan, ya, kamu harus terima aja situasi masyarakat. Jangan hanya ingin keren-kerenan punya coffee shop.
3. Wajib suka berbisnis!
Namanya juga mau berbisnis, kamu harus punya jiwa bisnis juga dong, ya.
Make-up artist muda Arsya Nafisa pernah ngasih tips untuk anak-anak muda yang ingin jadi make-up artist kayak dia, “Semua perempuan pasti suka makeup, tapi nggak semua perempuan berbakat ngedandanin. Ngedandanin diri sendiri dengan ngadandanin orang lain itu beda banget, lho!
Aku pribadi lebih suka ngedandanin orang lain daripada diri sendiri. Nah, kalau kamu suka ngedandanin diri sendiri, ya, fokus ke diri sendiri aja. Tapi kalau memang suka ngedandanin orang lain, ya fokus ke orang lain.”
Mentang-mentang kamu jago dandan cantik, belum tentu kamu bisa ngedandanin orang lain jadi cantik juga. Mentang-mentang kamu suka ngopi, bukan berarti kamu bisa buka coffee shop yang sukses. Mentang-mentang kamu suka belanja baju, bukan berarti kamu bisa membuat clothing line yang laku.
Sebaliknya, walaupun kamu nggak suka kopi atau fashion, kamu akan lebih berpeluang punya coffee shop atau clothing line yang sukses kalau kamu suka BERBISNIS, tekun, giat, dan realistis.
Anugerah Pakerti
Entrepreneur muda asal Yogyakarta Anugerah Pakerti baru berumur 22 tahun, tetapi bisnis skincare-nya, Avoskin, sukses menghasilkan omzet ratusan juta rupiah per bulan. Apakah Anugerah passionate dengan skincare? Punya modal awal yang tak terbatas? Sama sekali nggak. Hanya saja, ia adalah seorang yang sangat pekerja keras dan tekun mengasah jiwa bisnisnya.
You see?
Good luck in your endeavors, ya!
(sumber gambar: Behance, Detik, Manual)
Kategori
Profesi Terkait
Profesi Terkait Lainnya
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus