Kenapa Kita Suka “Khilaf” Menunda-Nunda Pekerjaan dan Bagaimana Solusinya

Walaupun tahu kalau procrastinate alias menunda pekerjaan bakal menyulitkan diri sendiri, tetap saja kitayup, saya, dan mungkin sebagian dari kamugampang “terjerumus” jadi procrastinator.

Kenapa gitu, sih? Trus, gimana mengatasinya?

Lebih terpicu dengan adrenaline rush

Ada tipe orang yang jadi lebih bersemangat saat ia dikejar-kejar deadline. Hal ini mirip-mirip dengan orang yang punya kebiasaan telat karena merasa tertantang saat melakukan persiapan yang serba mepet.

Salah satu teman saya bilang, dia memang jadi lebih terpacu untuk mengerjakan sesuatu saat waktunya sudah mepet. Bak Bandung Bondowoso, do’i menyelesaikan SEMUA tugas final-nya hanya dalam waktu semalaman, tepat sebelum hari terakhir dikumpulkan. Mungkin bagi dia, kalau mengerjakan semua di awal waktu dan saat sedang lowong, terasa kurang greget.

Untuk mengatasi kecenderungan seperti ini, kamu harus mengumpulkan semangat buat mengerjakan di awal waktu.

Mungkin kamu bisa  memasang deadline pribadi yang lebih awal, jadi kamu terpacu untuk mengejar "deadline palsu" tersebut.

Nggak punya planning dan jadwal

Saya pernah mengerjakan sesuatu tanpa rencana dan jadwal yang jelas. Semua mengalir begitu saja.

Trus, saya juga pernah menerapkan scheduling yang rapi untuk sehari-hari, seperti membuat list apa saja yang harus dikerjakan hari ini dan prioritas mengerjakannya.

Hasilnya kelihatan beda banget!

Tanpa planning yang jelas, tugas saya banyak yang terlupakan, tertunda, bahkan terbengkalai.

Sementara what-to-do list bikin pekerjaan saya jadi lebih teratur. Saya pun nggak mudah tergoda buat menunda. Apalagi kalau saya kerja sambil pakai jam tangan, yang selalu mengingatkan saya akan detik yang berlalu. #caelah!

Tapi menurut Tim Urban, penulis dan illustrator situs Wait But Why yang sering mengangkat tentang kebiasaan menunda, procrastinator sejati justru hobi bikin rencana, tapi nggak dilakukan.

Menurut saya, mungkin faktor yang sering bikin seseorang menunda pekerjaan adalah poin berikut ini...

Rame distraksi

Lagi mau ngerjain tugas, eh, diajakin nonton sama temen-temen. Trus, sampai di rumah kayaknya pengen bobok siang dulu. Trus, Mama bikin kue enak tuh, makan dulu ah! Pas buka laptop… Ah, liat video barunya Adele sebentar, deh! Oya, video viral yang lagi heboh apa, sih? And wait, ada notif komen di hape, nih!

Yup, seperti musuh yang selalu menghadang superhero, distraksi juga selalu menghadang super-youth macam kita *cieeeee*.

Kalau kata Tim Urban, di kepala seorang procrastinator, ada seekor monyet kecil yang lucu. Nah, "monyet kecil" itulah yang selalu mengajak untuk menunda pekerjaan. Apa iya, ya?

menunda pekerjaan

Kalau mulai suka tergoda buat menunda-nunda—terutama nunda karena urusan medsos—biasanya saya pakai trik khusus.

Triknya adalah memberikan iming-iming “hadiah” kepada diri saya sendiri apabila berhasil menuntaskan kerjaan. Misalnya, saya bakal jajanan makanan kesukaan atau nonton serial favorit, kalau kerjaan saya sukses beres.

Multitasking = jebakan Batman

Dulu, saya bangga karena bisa melakukan dua atau beberapa hal sekaligus. Ternyata multitasking belum tentu merupakan hal yang bagus.

Memang, di dunia kuliah dan kerja, kamu dituntut untuk mengerjakan banyak hal dalam waktu nyaris bersamaan. But doing all at once is not really a good idea, apalagi kalau kegiatannya nggak penting-penting amat.

Misalnya, saya setuju banget untuk baca-baca buku atau nyicil belajar saat dalam perjalanan atau pas mengantri.

Tapi saya nggak setuju kalau kamu, misalnya, membuat essay sambil bikin proposal acara kampus, plus kepoin medsos gebetan barunya mantan. Emangnya bisa? Lagipula, kegiataan yang terakhir tuh nggak perlu-perlu amat, ‘kan sis-bro? Cuma bikin baper!

Saya sendiri sering, sih, kena jebakan multitasking. Ngerjain ini-itu sekaligus, dan semuanya nggak ada yang beres. Nah, lho!

Jadi dalam ber-multitasking memang harus pilah-pilih banget, sih, dan menurut saya tetap harus ada prioritas ketika mengerjakannya.

Terlalu perfeksionis

Menurut pengalaman saya, hal lain yang bisa bikin seseorang menunda-nunda adalah kecenderungan perfeksionis.

Karena merasa belum menemukan ide yang oke banget atau timing yang pas banget untuk mengerjakan sesuatu hal, kamu jadi malas untuk mulai mengerjakan hal itu.

Atau mungkin kamu malah keasyikan memikirkan grand design konsep yang "wah", sehingga kelupaan melaksanakannya.

Memang nggak gampang untuk memulai sesuatu, apalagi kalau kita punya ekspektasi yang tinggi. Tapi kita memang harus memaksa diri buat mulai, sih, walau mungkin situasi dan kondisinya nggak sesempurna yang diharapkan.

Setuju?

(sumber gambar: mindizone.com, look-cuter.myshopify.com, waitbutwhy.com, fastcompany.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 16 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 27 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1