5 Stereotip Mahasiswa Jurusan Sastra Inggris

Hayo... Siapa disini yang sedang berkuliah atau sudah lulus dari jurusan Sastra Inggris? Well, Bahasa Inggris itu sendiri merupakan bahasa yang penting banget untuk dikuasain oleh semua orang pada saat ini, ya, gaes. Nah, karena hal itu pula, para lulusan sastra Inggris ini pasti dianggap lebih mampu dan menguasai bahasa Inggris.

Apakah anggapan ini benar, ya? Well, menurut salah satu teman saya yang berkuliah di sastra Inggris, anggapan ini nggak sepenuhnya benar. Di dalam satu angkatan, ada banyak orang yang memiliki kemampuan yang beragam, ada yang jago banget bahasa Inggrisnya, ada yang biasa saja, bahkan, ada yang kurang baik dalam menggunakan bahasa Inggris, lho.

Hal yang sudah pasti jelas ialah para mahasiswa atau lulusan sastra Inggris, pasti sudah mempelajari bahasa Inggris mulai dari percakapan sehari-hari, suatu narasi, grammar bahkan hal-hal seperti puisi dan sebagainya. Nah, karena hal yang dipelari inilah akhirnya banyak orang yang memberikan stereotip-stereotip kepada lulusan atau mahasiswa sastra Inggris. Hmm... Kira-kira ada stereotip apa saja, ya?

1. Kamus berjalan

kamus berjalan

"Eh! Artinya ini tuh apa, ya?", "eh, ini tuh bahasa inggrisnya, apa, sih?". Kalau kamu anak Sastra Inggris, hal seperti ini pasti biasa banget terjadi. Pertanyaan-pertanyaan ini selalu muncul baik itu ketika kamu sedang bersama dengan teman-teman kampus beda jurusan atau bahkan dengan keluargamu.

Karena kamu terbiasa belajar dan menggunakan bahasa Inggris, pastinya kamu dianggap oleh orang lain bahwa kamu memiliki banyak pengetahuan dalam hal ini. Kamu pasti sering dianggap punya banyak vocabulary beserta arti dalam bahasa Indonesianya. Ya, akhirnya, hal ini lah yang menyebabkan kenapa kamu sering ditanyai mengenai arti-arti dalam bahasa Inggris, maupun sebaliknya.

2. Translator cuma-cuma

Saya memiliki seorang teman yang merupakan lulusan Sastra Inggris dan ia sering bercerita kepada saya bahwa ia sering sekali dimintai men-translate suatu artikel bahkan skripsi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris. Sebenarnya, teman saya ini nggak masalah dengan permintaan teman-temannya, tetapi, masalahnya ialah teman-temannya menginkannya secara cuma-cuma.

Duh, coba bayangkan, deh, kalau kamu disuruh translate artikel dengan jumlah halaman dua puluh hingga lima puluh lembar. Satu lembarnya, kamu hanya menemukan tulisan dan tulisan tanpa adanya gambar, grafik atau sebagainya. Lalu, kamu hanya diminta untuk translate tanpa diberikan imbalan. Apa yang akan kamu rasakan? Pastinya bete, dong.

Perlu kamu ketahui, nih, gaes, kalau kamu meminta translator yang sudah memiliki sumpah, per satu lembarnya, kamu akan diminta imbalan sebesar seratus ribu rupiah hingga dua ratus lima puluh ribu rupiah, lho. Namanya juga jasa, walaupun kamu meminta tolong temanmu untuk men-translate, akan lebih baik kalau kamu pun menghargai jerih payah dan kemampuan yang dimilili oleh temanmu tersebut.

3. Translator kebut semalam

Selain diminta mengubah bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris, teman saya yang satu ini pernah diminta untuk mengubah bahasa Indonesia ke bahasa Inggris hanya dalam waktu satu malam. Materi yang harus diubahbahasakan tersebut berjumlah dua puluh halaman, wah duh!

Hmm... Meskipun teman saya ini jago dalam bahasa Inggris, namun, kalau disuruh mengubah bahasa Indonesia ke bahasa Inggris dalam satu malam, tetap saja, gaes, teman saya nggak akan sanggup. Sebaiknya, kalau kamu meminta tolong kepada seseorang untuk men-translate sesuatu, kamu harus memberikan bahannya dari jauh-jauh hari. Belajar dengan sistem kebut semalam, masih banyak orang yang mampu, tetapi, kalau translate kebut semalam, ya, capek juga, gaes, hehe.

4. Ahli spelling

Kalau kamu punya teman yang berkuliah di sastra Inggris, saya yakin, setidaknya temanmu mampu spelling banyak vocabulary. Akan tetapi, selama kamu dapat mencarinya di Google, carilah di Google terlebih dahulu. Jika kamu nggak mendapatkan cara spelling suatu vocabulary, barulah kamu boleh menanyakan hal tersebut ke temanmu.

Meskipun temanmu jago dalam hal mengeja vocabulary, akan tetapi, kalau keseringan ditanyakan tentang eja-mengeja, pastinya, akan merasa kesal juga, dong. Nah, maka dari itu, gaes, sebelum menanyakan kepada temanmu, tanya dulu, ya, ke Mbah Google. Pertanyaanmu pasti dijawab, kok, sama Mbah Google, hehe.

5. Grammar Nazi

grammar nazi

Teman saya satu ini pun mengaku kalau ia sering banget dibilang sebagai grammar nazi. Wah, apaan, tuh, grammar nazi? Yep, ketika ada seseorang yang salah dalam menggunakan bahasa Inggris, lalu tiba-tiba ada orang yang langsung mengoreksinya dan mengatakan bahwa kamu salah, orang tersebutlah yang dikatakan sebagai grammar nazi.

Hmm... Kalau menurut teman saya, ia nggak bermaksud untuk menjadi grammar nazi, lho. Ia hanya ingin membantu orang lain untuk lebih paham dengan bahasa Inggris dan lebih aware dengan kesalahan yang telah dibuat.

Akan tetapi, kita juga harus punya cara, ya, gaes kalau mau mengoreksi penggunaan bahasa Inggris dari seseorang. Memang, pada saat ini, masih banyak orang yang mengoreksi penggunaan bahasa Inggris seseorang dengan mengejeknya. Menurut saya, hal tersebut ialah salah besar. Bukannya orang tersebut paham dengan kesalahannya, yang ada, ia kehilangan rasa percaya diri untuk menggunakan bahasa Inggris. Hayo... Yang tadinya maksudnya baik, malah jadi berubah sebaliknya, kan?

***

Namanya juga suatu stereotip, nggak selalu benar dan nggak selalu juga selalu salah. Setiap orang pasti ada yang relate dengan salah satu hal yang disebutkan di atas. Untuk kamu yang sering tanya-tanya suatu arti dari bahasa Inggris atau Bahasa Inggrisnya dari suatu kata kepada temanmu, mulai dari sekarang, yuk, aktif membuka kamus atau google translate. Nah, buat kamu yang suka jadi grammar nazi, gunakan bahasa yang baik untuk mengoreksi penggunaan Bahasa Inggris dari temanmu, ya, sehingga ia nggak akan kehilangan rasa percaya dirinya.

Baca juga:

(Sumber gambar: wordpress.com, tusb.stanford.edu)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 16 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1