Dian Pelangi - Muda, Terus Mengasah Kreativitas, Tapi Nggak Pernah Lupa Agama

“Silakan masuk, Mbak. Yuk, kita ngobrol-ngobrol!”

Siang itu, Dian Pelangi mempersilakan saya masuk ke ruang kecil di belakang panggung acara Sisterhood 2016.

Acara festival muslimah ini diadakan bulan lalu selama dua hari di mall Lippo Kemang Village, betepatan dengan pembukaan butik Dian Pelangi di mall tersebut.

Meskipun sudah seharian sibuk wara-wiri di acara ini, Dian nggak kelihatan males-malesan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya, lho.

Yuk, simak obrolan saya dengan Dian!

Halo, Dian! Apa kabar? Cerita sedikit, dong, tentang Sisterhood 2016.

Kabarku baik, Alhamdulillah…

Sisterhood adalah acara tahunan yang dibuat sebagai ajang silaturahmi teman-teman muslimah di Indonesia. Sisterhood 2016 ini adalah acara yang kelima.

Memang, sebelum puasa, aku selalu pengen ketemu dan berbagi inspirasi seputar dunia fashion, dengan mengadakan Fashion Show, Fashion Bazaar, dan Garage Sale lewat acara ini. Supaya lebih variatif, tahun ini dibuat juga Food Bazaar dan penampilan dari Vidi Aldiano dan Gita Gutawa.

Bicara soal fashion, apa, sih, hal yang paling kamu suka sebagai seorang designer?

Pastinya aku senang bisa memberikan inspirasi kepada para muslimah yang berhijab. Harapannya, dengan semakin banyaknya variasi gaya berhijab, mereka jadi tergerak mau mengenakan hijab juga.

Sebaliknya, apa tantangannya?

Pertama, harus selalu berkreasi.

Busana hijab, tuh, kadang harus ada inovasinya supaya nggak monoton. Jadi saya harus mati-matian menguras kreativitas, supaya busana hijab tetap pada kaidahnya, tapi nggak membosankan.

Kedua, menanggapi respon orang yang berbeda-beda. Ada yang menganggap kreasi aku ini adalah suatu hal yang baik. Tapi ada juga yang menganggap bahwa kreasi aku ini kurang baik, karena berhijab seperti ini, tuh, nggak boleh. Anggapan tersebut mengatakan, hijab a la Dian Pelangi, tuh, nggak sesuai dengan kaidah, dan lain sebagainya.

Nah, saya harus tetap tenang menanggapi semua respon yang saya terima.

Kegagalan apa sih yang pernah kamu alami dan bikin kamu down banget?

Waktu itu, aku sempat down pas desain aku dicontek sama orang dan diproduksi secara masal tanpa izin. Aku langsung malas berkarya, takut ditiru lagi, takut nggak diapresiasi lagi. Pokoknya pengen stop aja. Nggak mau jualan dan ngurusin apapun lagi saat itu.

Gimana cara kamu bangkit dari hal tersebut?

Aku share sama keluarga. Mereka tentunya ngasih aku semangat dan saran. Ibu juga sempat bilang, "Kenapa harus stop? Padahal 'kan fashion muslim di dunia lagi berkembang banget. Lagian kalau ditiru, bukannya itu berarti ilmu kamu jadi bermanfaat?" Pokoknya aku diajak berpikir positif, deh, sama keluarga. Akhirnya aku semangat lagi untuk mengembangkan brand Dian Pelangi.

Waktu masih kuliah, sosok Dian Pelangi seperti apa, sih?

Waktu kuliah di Esmod Jakarta dulu, aku bisa dibilang aktif. Kalau ngerjain tugas, pengennya selesai duluan terus. Pengen lebih awal dibandingkan teman-teman. Jadi kalau teman-teman udah mulai duluan, aku pasti panik ngejar ketinggalan. Hahaha. Pokoknya, aku terpacu jadi nomer satu.

Waktu kuliah, aku juga tipe yang banyak bergaul. Trus, karena aku lulusan SMK Tata Busana, saat baru masuk kuliah, aku sudah punya ilmu dasar tentang fashion, jadi pas kuliah, aku banyak membantu teman-teman lain di kelas.

Ada yang dikangenin nggak dari masa kuliah?

Waktu kuliah, aku bisa mendesain baju murni untuk kreasi aja. Apa yang aku suka, ya aku buat. Sekarang nggak bisa begitu, karena saat mendesain, aku harus mikirin sisi bisnisnya juga. Desain baju aku nggak hanya harus sesuai kreativitasku, tetapi juga harus bisa dijual, harus bisa dipakai, dan desainnya harus berputar terus, sehingga terus menghasilkan uang. Singkatnya, waktu kuliah dulu nggak ada beban! Hahaha!

Skill apa yang menurut Dian nggak diajarkan di kampus, tapi ternyata bermanfaat untuk pekerjaan Dian sekarang?

Ilmu memimpin kali, ya. Sekarang 'kan aku membawahi beberapa karyawan di bawah brand Dian Pelangi. Dulu waktu aku kuliah, aku nggak dapat ilmu tentang how to lead dan tentang team work. Apalagi di usiaku yang masih muda ini, menjaga tim supaya tetap solid itu nggak mudah. Jadi menurutku, ilmu mengurus organisasi itu harus dipelajari juga sejak di bangku kuliah.

Ayah dan Ibu Dian juga aktif di dunia fashion sejak dulu. Apa ilmu paling dasar yang Dian pelajari dari mereka?

Sejak kecil, aku udah dicekokin ilmu agama sama orang tua. Mereka menanamkan nilai hidup dari sisi agama, sehingga aku memutuskan untuk berhijab sejak kelas lima SD. Mungkin kalau dulu orang tuaku nggak kayak gitu, aku belum tentu bisa jadi kayak gini. Belum tentu bisa berkiprah di bidang Muslim fashion.

Dian punya banyak fans-nya, tapi punya banyak haters-nya juga! Apa, sih, miskonsepsi terbesar tentang Dian Pelangi?

Orang menilai fashion itu dekat dengan gemerlap panggung, dengan baju mewah yang menarik mata, dengan baju mahal dan lain sebagainya. Menurut aku, itu cuma tampak luarnya aja. Karena dibungkus dengan glamour, makna fashion jadi bergeser.

Karena makna yang bergeser tersebut, akhirnya orang jadi mengira bahwa apa yang aku kerjakan adalah sesuatu yang mewah dan menarik perhatian. Ditujukan untuk menarik perhatian lawan jenis, pula. Padahal nggak juga. Ada orang yang memang senang dengan fashion seperti aku. Senang menghargai dan mengekspresikan diri sendiri dengan memakai pakaian unik dan berpenampilan baik.

Menurut aku, baju sesederhana apa pun, dibuatnya pasti tetap pakai ilmu, termasuk busana muslimah. Semua potongan busana muslimah dibuat dengan ilmu, baik ilmu menjahit, ilmu jenis bahan, ilmu pemotongan pola, dan lain sebagainya.

Sekarang waktunya short, fun questions, ya! Biru atau merah?

Merah!

Keluar rumah nggak pakai make up, atau keluar rumah nggak bawa hape?

Mending keluar rumah nggak bawa hape! Hahaha!

Travelling ke Eropa atau Afrika?

Afrika Dong!

***

Ih, seru ya, gaes! Mau tahu tips buat anak muda yang mau jadi fashion designer dari Dian Pelangi? Stay tuned terus di jurnal Youthmanual, ya!

(sumber foto: muslimah.co.id, Iyank, Instagram @dianpelangi)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Muhamad Rifki Taufik | 10 jam yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 1 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 2 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1