Profil Profesi: Peter Gloriano - Instruktur Gym, Nggak Sekedar Modal Tampil (1)

Siapa yang suka nge-gym, angkat tangan! *nggak angkat tangan*

Saya lumayan suka, sih. Sekali-kali. Sebulan sekali *bakar kartu membership*

Yang pasti, setiap kali nge-gym, saya selalu penasaran dengan para instrukturnya. Itu, lho, orang-orang yang memandu kelas-kelas seperti Zumba, Body Pump, Body Combat, dan sebagainya. Jam kerja mereka gimana? Sering kecapekan nggak, sih? Kayaknya ceria dan enerzik terus. Apa, sih, suka dukanya jadi instruktur?

Kebetulan, salah seorang teman saya adalah instruktur gym. Ia terkenal sebagai pengajar kelas freestyle, tepatnya dance Hip Hop. Ia sudah menjadi instruktur sejak masih kuliah sampai sekarang, dan karena tekun, ia sukses menjadi salah satu instruktur yang dianggap senior di Indonesia.

Saya nggak usah sebut merk, ya, tapi kamu pasti sudah tahu franchise-franchise mega gym di Indonesia. Nah, teman saya ini pernah merasakan menjadi instruktur di semua franchise tersebut. Doyan, bang?

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan ngobrol dengan do'i, Peter Gloriano Kaihena. Mantan atlet taekwondo yang menjadi instruktur karena di-scout lewat sebuah ajang kompetisi dance ini lalu buka-bukaan tentang profesinya.

Siapa tau kamu-kamu ada yang diem-diem kepengen jadi instruktur gym. Ternyata duitnya gede banget, lho!

Here are some other things you also need to know about being a gym instructor…

Biar akrab, ceritain dulu, dong, biodata singkat kamu.

Saya alumni Universitas Negeri Jakarta jurusan Ilmu Keolahragaan, sekarang kerja sebagai instruktur di salah satu franchise gym di Indonesia.

Di gym, saya adalah instruktur kelas dance Hip Hop, tetapi juga bisa ngajar beberapa kelas lain. Saya juga ngajar dance class di berbagai dance academy, sekolah, dan kelas privat.

Jadi instruktur gym perlu pendidikan khusus nggak, sih?

Idealnya, iya.

Dulu saya kuliah di jurusan Ilmu Keolahragaan, dan semasa kuliah, saya banyak dapat ilmu yang berguna untuk seorang instruktur, seperti ilmu baris-berbaris, fisiologi, ilmu kedokteran dasar, sampai pengetahuan pertolongan pertama. Pada akhirnya, ilmu-ilmu itu jadi modal dasar saya sebagai instruktur.

Mata kuliah apa, sih, yang terasa paling berguna sekarang, sebagai instruktur gym?

Menurut saya, sih, Manajemen Pengajaran. Soalnya di mata kuliah tersebut, saya diajarin hal-hal kecil tapi berarti.

Misalnya, tau nggak, kalau ngajar, seorang instruktur atau pengajar nggak boleh berdiri membelakangi pintu? Supaya kalau ada orang yang keluar masuk, para murid nggak terdistraksi dengan pintu yang berada di belakang pengajar tersebut.

Kalau ada orang yang berminat jadi instruktur tapi nggak punya latar belakang pendidikan yang nyambung gimana? Bisa?

Bisa banget, kok. Asalkan dia punya kemampuan fisik yang oke dan passion yang besar.

Semua instruktur gym ‘kan harus mengikuti standar metode pengajaran yang sama. Jadi kalau dilihat sekilas, nggak ada bedanya antara seorang instruktur gym yang punya background pendidikan olahraga dengan yang nggak, asalkan yang nggak punya background mau rajin ngejar ketertinggalan ilmu yang sudah dimiliki lulusan Olahraga.

Udah, gitu aja.

Tetep punya peluang diterima kerja sebagai instruktur di gym?

Tetep.

Sering, kok, ada calon instruktur melamar kerja di gym tanpa latar belakang pendidikan Olahraga. Biasanya mereka punya skill olahraga yang oke, tetapi belum bisa ngajar. Mereka tetap di-hire, lalu dilatih agar bisa mengajar dengan baik.

Jangan lupa, target utama instruktur gym adalah meningkatkan kebugaran, bukan untuk bikin member jadi jago nge-dance, jago yoga, atau jago Zumba, misalnya.

Jadi, walaupun seorang instruktur nggak punya latar pendidikan olahraga dan bahkan skill-nya biasa aja, kalau kelasnya laris dan member-nya pada hepi, instruktur ini akan dipertahankan, karena dianggap punya nilai jual tinggi.

Apa aja, sih, skill atau sifat yang wajib dimiliki oleh instruktur gym?

Yang pasti, harus bisa ngajar. Pada dasarnya, tugas instruktur ya ngajar. Jadi meski seorang instruktur jago banget, kalau nggak bisa mentransfer ilmu ke murid, sama aja bo’ong.

Trus, harus punya skill coaching yang bagus, yaitu memberikan instruksi kepada member selama kelas berlangsung.

Contohnya, di kelas Step—kelas kardio yang gerakannya seputar naik turun anak tangga—instrukturnya harus bisa memandu para member supaya ketika ganti gerakan, member nggak kagok melakukan gerakan tersebut. Bayangin aja, orang lagi ngos-ngosan naik turun tangga dengan koreografi tertentu, trus si instruktur mendadak teriak, “Yak! Ganti gerakan sekarang!” Yah, kelar. Orangnya jatoh semua!

Maka instruktur harus bisa ngasih instruksi dengan tepat, agar flow kelasnya enak.

Selain itu, seorang instruktur nggak boleh keliatan bete saat ngajar, karena instruktur adalah panutan member. Biarpun si instruktur lagi punya 1001 masalah, member sih nggak peduli. Member ‘kan cuma mau dateng, olahraga, hepi-hepi, selesai!

Terakhir, seorang instruktur harus pintar-pintar manajemen waktu, karena timetable kelas sudah ditentukan dan harus dituruti dengan disiplin.

Instruktur apa yang biasanya kurang disukai member?

Pertama, instruktur yang asyik sendiri dan nggak mikirin member-nya. Hal ini biasanya terjadi di kelas freestyle, seperti kelas dance. Kalau seorang instruktur asyik bergaya di depan kelas, tetapi member-nya cuma bisa bengong karena nggak nangkep gerakan dari si instruktur, percuma ‘kan?

Kedua, instruktur yang nggak punya Plan B. Ini lagi-lagi untuk kasus instruktur kelas freestyle.

Di kelas freestyle, gerakan atau koreografinya ‘kan ditentukan sendiri oleh instruktur, bukan oleh kurikulum tertentu. Nah, seorang instruktur kelas freestyle sebaiknya nyiapin rancangan Plan A dan Plan B. Plan A terdiri dari gerakan-gerakan yang standar, sementara Plan B terdiri dari gerakan-gerakan yang lebih mudah.

Kenapa? Bayangin, deh, misalnya, seorang instruktur cuma punya Plan A. Pas masuk kelas, ternyata hari itu setengah dari peserta kelasnya masih pemula banget, sementara si instruktur nggak punya Plan B yang gerakan-gerakannya lebih simpel. Akhirnya para peserta kelas terpaksa ngikutin gerakan-gerakan Plan A yang bagi mereka susah. Kelabakan, deh.

Terakhir, instruktur yang bau badan! Ada aja, lho, instruktur yang kurang sadar sama aroma tubuhnya sendiri. Jangan kira nggak akan kecium sama member!

***

Eits, obrolannya belum selesai, lho. Biar tegang, pembahasannya sengaja dipotong di bagian bau badan, hihihi. Stay tuned for part 2!

(sumber gambar: Laila Achmad)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 23 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1