Toxic Positivity: Pengertian dan Tips untuk Nggak Jadi Penyebar Toxic Positivity

Ketika kita mendengar kata "toxic", pasti kita langsung berpikir bahwa hal ini merupakan suatu hal yang nggak baik untuk kita. Kalau kita mendengar kata "toxic people" atau "toxic friends", pasti kita akan langsung berpikir bahwa orang tersebut merupakan orang-orang yang nggak baik untuk kita dekati atau dijadikan teman.

Biasanya, mereka yang dicap "toxic" biasanya ialah orang-orang yang nggak bisa mendukung kita, merasa senang kalau kita merasa kesulitan, orang yang suka memberikan kritik pedas namun nggak membangun, mengajakmu untuk melakukan hal yang nggak baik dan sebagainya. Pokoknya, bisa dibilang mereka yang dicap toxic adalah orang-orang yang perilakunya negatuf banget dan bisa mengarahkan kita ke hal-hal negatif juga.

Tetapi, pernah kah kamu mendengar kata "toxic positivity"? Nah, lho, apa-apaan, nih? Toxic tapi positif? Yap, kurang lebih, toxic positivity adalah suatu kondisi dimana seseorang nggak menerima hal-hal yang bersifat negatif. Ia hanya menerima hal-hal yang sifatnya selalu positif dan nggak membiarkan hal negatif muncul pada dirinya ataupun orang lain.

Hmm... Tapi terdengar bagus, ah. Kayaknya nggak se-toxic yang kayak biasanya? Well, coba kita pikir kembali. Pernah nggak kamu mendengar hal seperti ini: "kamu ngeluh cuma gara-gara tugas kuliah yang banyak? Aku lebih banyak, seharusnya kamu nggak perlu ngeluh", "masih ada orang yang lebih susah dari kamu, semangat aja udah", "jangan menyerah", "yuk, jadi orang yang positif", "ambil aja hikmah dibalik ini".

Saya yakin, pasti banyak dari kamu sudah pernah mendengar kata-kata di atas. Yap, inilah yang disebur toxic positivity, dimana seseorang nggak membiarkan orang lain meluapkab apa yang dirasakannya dan menyuruh orang lain untuk selalu berpikir positif tanpa mencerna perasaan dari orang lain.

Masalahnya, ketika seseorang merasa sedih, kesal atau bahagia, kamu nggak perlu memberikan berbagai jata positif seperti yang disebutkan di atas kepada orang tersebut. Sesungguhnya, kata-kata positif ini bisa saja nggak dianggap sebagai "penenang" atau membesarkan hati orang lain. Bisa saja, lho, orang lain malah nggak terima, merasa tersinggung dan malah memiliki beban psikis karena kata-kata (yang katanya) positif yang diucapkan olehmu.

Nah, gimana ya, caranya supaya kita nggak jadi toxic positivity bagi orang lain? Coba yuk, lakukan beberapa tips berikut ini!

1. Kenali dan hargai apa yang dirasakan oleh orang lain

mengenali dan menghargai perasaan orang lain

Kita sering kali mendengarkan seseorang berbicara karena untuk menjawab apa yang sedang dibicarakan oleh orang tersebut. Banyak dari kita yang jarang mendengarkan orang lain karena memang ingin mendengarkan permasalahannya hingga mengerti perasaan orang tersebut.

Padahal, ketika ada orang lain yang bercerita tentang masalahnya, ada baiknya kita mendengarkan masalahnya, caritahu apa yang dirasakan oleh orang tersebut dan hargai perasaan yang dirasakan oleh orang tersebut. Namun sayangnya, ketika ada orang lain yang curhat, kita lebih sering memberikan motivasi-motivasi yang menurut kita baik tetapi bisa saja menurut orang tersebut nggak baik dan cenderung membuat ia berkecil hati.

Ketika ada orang yang curhat tentang masalahnya kepadamu, biarkan orang tersebut mengekspresikan apa yang dirasakannya. Janganlah potong pembicaraannya dengan kata-kata motivasu seperti "yaudah, nggak cuma kamu yang punya masalah. Ada banyak orang di luar sana yang memiliki masalah lebih parah dari kamu". Hmm... Bukannya orang tersebut merasa lebih baik, yang ada, orang tersebut malah merasa kesal dan berkecil hati. Jangan begitu, ya, gaes.

2. Pahami setiap orang nggak memiliki "kekuatan" yang sama

"Ah kamu, gitu saja merasa sedih", "kamu masih beruntung, coba deh lihat si A, punya masalah yang lebih parah  tapi lebih semangat dari kamu. Yuk semangat!", "masalahnya baru segitu aja? Yaudah semangatlah!"

Hmm... Gimana, ya, gaes. Sejujurnya, kalau saya curhat kepada teman saya dan teman saya menjawab apa yang saya curhatkan seperti di atas, saya akan merasa kesal dan saya pun merasa bahwa teman saya nggak sepenuhnya bersimpati dengan apa yang saya rasakan.

Mungkin, apa yang saya rasakan ini berdampak sama atau malah lebih parah kepada orang lain. Sejujurnya, ketika kamu mendengarkan seorang teman yang sedang curhat tentang masalahnya, lebih kamu mendengarkan, bersimpati atau memberikan saran yang membangun. Jangan malah mengatakan kalimat-kalimat seperti di atas, ya, gaes.

Kenapa sih, kita nggak boleh berbicara seperti kalimat-kalimat di atas? Well, jawabannya karena setiap orang memiliki toleransi atau kekuatannya masing-masing. Jika saya ditimpa suatu masalah dan teman saya pun memiliki masalah yang sama, saya dan teman saya memiliki toleransi terhadap masalah tersebut secara berbeda. Mungkin teman saya akan lebih kuat jika diuji oleh masalah tersebut dan hal tersebut nggak berlaku pada diri saya, dan juga sebaliknya. Jadi, yuk, belajar untuk bersimpati kepada orang lain.

3. Jangan membanding-bandingkan kesulitan orang lain

Nah, masih berhubungan dengan poin di atas, nih, gaes, setiap orang pasti memiliki taraf kesabaran, toleransi dan kekuatannya masing-masing dalam menghadapi masalah. Ada yang menghadapi masalah dan menganggapnya ialah tantangan maka harus dilalui. Namun, ada juga yang menganggap bahwa menghadapi suatu masalah tertentu merupakan momok yang sangat menakutkan.

Maka dari itu, ketika kamu berbicara "ah, kamu kan memiliki masalah yang sama dengan si A, tapi, kok, si A santai saja. Kamu juga harus sama dong. Semangat ya!", sesungguhnya kata-kata tersebut sama sekali nggak membantu temanmu untuk termotivasi namun malah membuatnya lebih down.

4. Listen more

Salah satu cara supaya nggak jadi toxic positivity, kamu bisa menjadi seseorang yang lebih mendengarkan orang lain daripada memikirkan kata-kata motivasi apa yang bisa membantu temanmu untuk lebih semangat. Mendengarkan sebenarnya merupakan aktivitas yang sangat mudah namun nggak semua orang mampu mendengarkan.

Ketika ada temanmu yang sedang curhat kepadamu, cobalah simak apa permasalahannya. Cobalah perhatikan gerak-gerik dan ekspresi muka temanmu untuk mengetahui apa yang ia rasakan. Cobalah untuk mendengarkan apa yang diceritakan oleh temanmu dari awal hingga ia selesai. Kalau pun kamu ingin memberikannya support, kamu bisa, kok, memberikan beberapa kalimat seperti "wajar kamu merasa sulit dan kesal, namun, aku percaya, kok, kalau kamu bisa melewati semua permasalahan ini", "aku juga kalau jadi kamu akan merasakan hal yang sama, nggak masalah kamu sedih, tapi, semuanya akan berlalu, kok." dan sebagainya. Bagaimana? Beda, kan, antara support dan toxic positivity?

5. Berikan saran yang membangun dan nggak menyinggung

berikan saran yang baik dan membangun

Nah, kalau pun kamu memiliki saran terhadap permasalahan yang dimiliki oleh temanmu, cobalah untuk memberikan saran yang membangun dan nggak menyinggung perasaan temanmu. Maksud dari saran yang membangun disini ialah saran-saran yang dapat membuat temanmu termotivasi untuk merubah dan menjalani masalahnya.

Namun, ketika kamu berusaha memberikan saran yang membangun ini, cobalah untuk nggak membuat kata-kata yang menyinggungnya. Misalnya gini, temanmu ingin sekali masuk ke perguruan tinggi dan jurusan favorit yang telah diincarnya, namun, ia belum berhasil masuk ke perguruan tinggi dan jurusan tersebut. Nah, sebagai teman yang baik, kamu bisa memberikannya saran dan kata-kata motivasi seperti ini "aku paham kok atas apa yang kamu rasakan. Kamu berhak sedih akan hal ini. Namun, kamu masih punya kesempatan lain. Jadi, yuk, sama-sama berjuang untuk meraih keinginanmu di kesempatan lainnya". Yakin, deh, temanmu akan merasa lebih bersemangat!

***

Yap, itu lah lima hal yang perlu banget untuk kamu lakukan agar nggak menjadi orang yang toxic positively. Daripada kamu memberikan semangat kepada orang lain namun cenderung memberikan beban psikis kepada orang lain, ada baiknya, lho, kalau kamu menjadi pendengar yang baik, menghargai perasaan orang lain dan saran yang membangun. Terkadang, ada saat seseorang hanya ingin mengeluarkan semua uneg-unegnya, sehingga kamu pun memiliki saat-saat dimana kamu lebih baik mendengarkan apa yang diungkapkan oleh orang tersebut. Semangat!

Baca juga:

(Sumber gambar: :esllibrary.compinterest.comthepsychologygroup.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1