Profesiku: Kurator Musik, Dimas Ario
- Nov 03, 2016
- Laila Achmad
Dalam seri "Profesiku", kamu bisa kenalan dengan berbagai profesi, lewat cerita para senior yang menekuninya. Kali ini, yuk, kenalan dengan profesi kurator musik yang ditekuni Dimas Ario!
Dimas Ario adalah lulusan S1 jurusan Hubungan Internasional di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan sekarang bekerja sebagai kurator musik di Madahbakti. Wah, kurator musik itu apa, ya? Yuk, cari tahu!
Profesiku:
"Kurator musik di perusahaan Madahbakti.
Kurator musik bisa dilihat sebagai seorang komunikator yang bekerja melalui medium suara. Kita harus bisa membuat suara—dalam hal ini, musik—menjadi medium komunikasi yang selaras dan tepat guna bagi sebuah brand.
Atau, kalau kita berkarya untuk konsumsi personal, kita harus bisa membuat musik-musik pilihan kita menjadi sebuah pengalaman emosional yang berkesan bagi yang mendengarkannya."
Tugasku sehari-hari:
"Tugas utama seorang kurator musik adalah memberikan konteks atau nilai lebih pada suatu karya musik.
Spesifiknya, kurator musik bertugas untuk mengumpulkan, memilah lalu menyusun deretan lagu-lagu yang disesuaikan dengan karakter sebuah brand, atau yang sesuai dengan selera, momen atau mood pendengarnya kelak.
Sekarang saya sedang merintis sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang interaksi suara. Salah satu layanannya adalah pembuatan playlist khusus untuk tempat publik, seperti hotel atau restoran, termasuk mengurus lisensi royalti untuk semua musik yang diputar.
Perusahaan saya juga memberikan layanan konsultasi dan aktivasi untuk brand atau instansi yang ingin melakukan kampanye yang menggunakan musik atau suara sebagai elemen utamanya.
Jadi, pekerjaan sehari-hari saya antara lain mengurus administrasi perusahaan serta administrasi klien yang sedang dikelola, menyusun anggaran keuangan, rapat dan presentasi kepada calon klien, dan tentunya menyusun playlist yang diperlukan.
Selain punya perusahaan sendiri, saya juga bekerja sebagai kurator lepas untuk sebuah platform musik streaming.
Di sini, tugas saya membantu mengarahkan para pengguna platform yang mungkin kebingungan memilih lagu dalam jutaan katalog lagu yang tersedia.
Seorang kurator musik pada platform musik streaming bertugas memberikan sedikit sentuhan manual. Zaman sekarang ‘kan semua platform digital bekerja dengan algoritma mesin pintar."
Alasan dulu memilih profesi ini:
"Klise, sih. Awalnya dari hobi. Sejak SMA, saya hobi merekam lagu-lagu favorit di kaset, alias mixtape. Mixtape ini biasanya untuk konsumsi pribadi, atau saya berikan ke orang-orang terdekat. Kebiasaan membuat mixtape ini terus berlanjut seiring dengan perkembangan teknologi. Jadi saya juga membuat Mix CD serta playlist MP3 yang saya bagikan untuk diunduh pada blog.
Pada akhirnya, hobi membuat playlist ini menjadi lebih serius ketika saya mulai mendapat playlist pesanan untuk beberapa brand. Namun saat itu, kegiatan membuat playlist ini masih saya jadikan hobi. Cuma saja kebetulan mendatangkan uang tambahan, di sela-sela pekerjaan utama saya di dunia periklanan.
Ketika saya bekerja di dunia periklanan tersebut, saya baru menyadari bahwa elemen musik—atau lebih luasnya, suara—masih belum terlalu “dianggap” dalam pemasaran brand.
Selama ini, brand lebih peduli dengan elemen-elemen yang bisa dilihat—misalnya, poster, iklan, atau display untuk promosi—tetapi kurang memperhatikan terhadap apa yang terdengar. Padahal dibandingkan visual, suara terbukti lebih efektif untuk berkomunikasi kepada konsumen, karena suara lebih cepat mempengaruhi sisi emosional seseorang.
Di situlah saya jadi terdorong untuk lebih mendalami bidang kurasi musik dan suara."
Modal yang perlu dimiliki untuk pekerjaan ini:
"Cuma satu: mencintai musik.
Dengan mencintai musik, berarti kita bisa terbuka pada semua aliran musik, peduli terhadap musik-musik baru, ingin tahu lebih dalam mengenai sejarah musik, mengikuti perkembangan industri musik, hingga mengamati bagaimana orang-orang mengonsumsi musik.
Setahu saya, sejauh ini belum ada pendidikan khusus untuk profesi kurator musik. Namun profesi ini sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu pemasaran dan komunikasi. Jadi, kalau kita punya latar belakang dari kedua ilmu tersebut, saya rasa dapat menjadi bonus."
Jenjang karier yang dilewati untuk mencapai posisi sekarang:
"Sejauh yang saya amati, beberapa orang yang berprofesi sebagai kurator musik dulunya bekerja dalam industri yang kaitannya cukup erat. Contohnya, ada yang dulunya bekerja di perusahaan rekaman, radio, juga ada yang datang dari dunia periklanan seperti saya."
Hal-hal yang disukai dari profesi ini:
"Hal yang disukai dari profesi ini adalah saat suara atau musik yang saya pilih dapat menghasilkan dampak positif bagi yang menyiarkan, atau bagi yang mendengarkannya."
Tips untuk anak-anak muda yang tertarik bekerja sebagai kurator musik:
"Kurator musik bukan profesi yang bisa jadi ajang pamer selera atau pengetahuan musik kamu. Karena musik yang akan kamu presentasikan ke klien nggak selalu musik yang kamu sukai secara personal. Yang penting, kamu harus bisa mempresentasikan musik yang paling tepat untuk klienmu."
(sumber gambar: dokumentasi pribadi, soundcloud.com)
gimana? udh wisuda?
Ciri-Ciri Proposal Skripsi yang Baik dan Berkualitas (dan Nggak Bakal Bikin Kamu Dibantai Dosen Penguji)ka mau tanya kalo dari smk keehatan apa bisa ngambil kedokteran hewan?
Mengenal Lebih Dekat Dengan Program Studi Kedokteran HewanKak, ada ga univ yang punya jurusan khusus baking and pastry aja?
5 Program Studi yang Cocok Buat Kamu yang Suka Makanansemangat terusss https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagussemoga selalu bermanfaat kontennya https://sosiologi.fish.unesa.ac.id/
5 Jurusan yang Diremehkan, Tetapi, Memiliki Prospek Kerja yang Bagus