Profesiku: Kurator Musik, Dimas Ario

Dalam seri "Profesiku", kamu bisa kenalan dengan berbagai profesi, lewat cerita para senior yang menekuninya. Kali ini, yuk, kenalan dengan profesi kurator musik yang ditekuni Dimas Ario!

Dimas Ario adalah lulusan S1 jurusan Hubungan Internasional di Universitas Katolik Parahyangan‍, Bandung, dan sekarang bekerja sebagai kurator musik di Madahbakti. Wah, kurator musik itu apa, ya? Yuk, cari tahu!

Profesiku:

"Kurator musik di perusahaan Madahbakti.

Kurator musik bisa dilihat sebagai seorang komunikator yang bekerja melalui medium suara. Kita harus bisa membuat suara—dalam hal ini, musik—menjadi medium komunikasi yang selaras dan tepat guna bagi sebuah brand.

Atau, kalau kita berkarya untuk konsumsi personal, kita harus bisa membuat musik-musik pilihan kita menjadi sebuah pengalaman emosional yang berkesan bagi yang mendengarkannya."

Tugasku sehari-hari:

"Tugas utama seorang kurator musik adalah memberikan konteks atau nilai lebih pada suatu karya musik.

Spesifiknya, kurator musik bertugas untuk mengumpulkan, memilah lalu menyusun deretan lagu-lagu yang disesuaikan dengan karakter sebuah brand, atau yang sesuai dengan selera, momen atau mood pendengarnya kelak.

Sekarang saya sedang merintis sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang interaksi suara. Salah satu layanannya adalah pembuatan playlist khusus untuk tempat publik, seperti hotel atau restoran, termasuk mengurus lisensi royalti untuk semua musik yang diputar.

Perusahaan saya juga memberikan layanan konsultasi dan aktivasi untuk brand atau instansi yang ingin melakukan kampanye yang menggunakan musik atau suara sebagai elemen utamanya.

Jadi, pekerjaan sehari-hari saya antara lain mengurus administrasi perusahaan serta administrasi klien yang sedang dikelola, menyusun anggaran keuangan, rapat dan presentasi kepada calon klien, dan tentunya menyusun playlist yang diperlukan.

Selain punya perusahaan sendiri, saya juga bekerja sebagai kurator lepas untuk sebuah platform musik streaming.

Di sini, tugas saya membantu mengarahkan para pengguna platform yang mungkin kebingungan memilih lagu dalam jutaan katalog lagu yang tersedia.

Seorang kurator musik pada platform musik streaming bertugas memberikan sedikit sentuhan manual. Zaman sekarang ‘kan semua platform digital bekerja dengan algoritma mesin pintar."

Alasan dulu memilih profesi ini:

"Klise, sih. Awalnya dari hobi. Sejak SMA, saya hobi merekam lagu-lagu favorit di kaset, alias mixtape. Mixtape ini biasanya untuk konsumsi pribadi, atau saya berikan ke orang-orang terdekat. Kebiasaan membuat mixtape ini terus berlanjut seiring dengan perkembangan teknologi. Jadi saya juga membuat Mix CD serta playlist MP3 yang saya bagikan untuk diunduh pada blog.

Pada akhirnya, hobi membuat playlist ini menjadi lebih serius ketika saya mulai mendapat playlist pesanan untuk beberapa brand. Namun saat itu, kegiatan membuat playlist ini masih saya jadikan hobi. Cuma saja kebetulan mendatangkan uang tambahan, di sela-sela pekerjaan utama saya di dunia periklanan.

Ketika saya bekerja di dunia periklanan tersebut, saya baru menyadari bahwa elemen musik—atau lebih luasnya, suara—masih belum terlalu “dianggap” dalam pemasaran brand.

Selama ini, brand lebih peduli dengan elemen-elemen yang bisa dilihat—misalnya, poster, iklan, atau display untuk promosi—tetapi kurang memperhatikan terhadap apa yang terdengar. Padahal dibandingkan visual, suara terbukti lebih efektif untuk berkomunikasi kepada konsumen, karena suara lebih cepat mempengaruhi sisi emosional seseorang.

Di situlah saya jadi terdorong untuk lebih mendalami bidang kurasi musik dan suara."

Modal yang perlu dimiliki untuk pekerjaan ini:

"Cuma satu: mencintai musik.

Dengan mencintai musik, berarti kita bisa terbuka pada semua aliran musik, peduli terhadap musik-musik baru, ingin tahu lebih dalam mengenai sejarah musik, mengikuti perkembangan industri musik, hingga mengamati bagaimana orang-orang mengonsumsi musik.

Setahu saya, sejauh ini belum ada pendidikan khusus untuk profesi kurator musik. Namun profesi ini sangat erat kaitannya dengan disiplin ilmu pemasaran dan komunikasi. Jadi, kalau kita punya latar belakang dari kedua ilmu tersebut, saya rasa dapat menjadi bonus."

Jenjang karier yang dilewati untuk mencapai posisi sekarang:

"Sejauh yang saya amati, beberapa orang yang berprofesi sebagai kurator musik dulunya bekerja dalam industri yang kaitannya cukup erat. Contohnya, ada yang dulunya bekerja di perusahaan rekaman, radio, juga ada yang datang dari dunia periklanan seperti saya."

Hal-hal yang disukai dari profesi ini:

"Hal yang disukai dari profesi ini adalah saat suara atau musik yang saya pilih dapat menghasilkan dampak positif bagi yang menyiarkan, atau bagi yang mendengarkannya."

Tips untuk anak-anak muda yang tertarik bekerja sebagai kurator musik:

"Kurator musik bukan profesi yang bisa jadi ajang pamer selera atau pengetahuan musik kamu. Karena musik yang akan kamu presentasikan ke klien nggak selalu musik yang kamu sukai secara personal. Yang penting, kamu harus bisa mempresentasikan musik yang paling tepat untuk klienmu."

(sumber gambar: dokumentasi pribadi, soundcloud.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Al havis Fadilla rizal | 22 hari yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 1 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 1 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 1 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1