Kasus Kekerasan di Makassar Akibat Media Sosial dan Inilah Serba Serbi Bijak Menggunakan Media Sosial Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Sudah dengar berita tentang hebohnya tiga remaja putri yang ditangkap akibat menganiaya Riska (16 tahun) di Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan?

Riska ditampar, dipukuli, ditendang sampai terjatuh oleh tiga orang berinisial NL (18 tahun), HN (17 tahun), dan SV (15 tahun). Akhirnya, polisi menetapkan ketiga remaja tersebut sebagai tersangka, dan diancam tujuh tahun penjara!

Saya sendiri miris sendiri melihat video kekerasan ini:

Menurut situs Kompas, Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Komisaris Besar Polisi Frans Barung Mangera menjelaskan bahwa penganiayaan tersebut terjadi pada 2 November 2016, sekitar pukul tiga sore di depan SMP Negeri 5, Kelurahan Data, Kecamatan Duampanua.

Riska sendirii nggak melaporkan kejadian ini, karena takut dianiaya lagi. Namun videonya terlanjur tersebar dan akhirnya sampai ke tangan polisi. Kepolisian Sektor Duampanuapun mengusut hal ini dan menangkap tiga tersangka yang menganiaya Riska.

Menurut Bapak Frans, sebelum kejadian, salah satu pelaku  mendatangi rumah korban kemudian mengajaknya keluar, dengan alasan minta diantarkan ke dokter gigi untuk pemasangan kawat gigi. Namun, ternyata korban dibawa ke tempat kejadian perkara.

Semua gara-gara apa, sih? Kok sampai terjadi kekerasan dan pengeroyokan begini?

It was all started with social media! What?!

Menurut Riska, salah satu pelaku mempunyai hutang sebesar Rp75.000 kepadanya, dan lama banget nggak dibayar. Riska yang sudah berkali-kali dijanjikan akan dibayar akhirnya kesal, dan meng-upload foto pelaku di Facebook disertai dengan kata-kata kotor.

Riska sendiri mengaku sudah menghapus post tersebut.

Inilah kenapa kita harus bijak dalam menggunakan media sosial!

Belajar dari kasus di atas, media sosial itu bisa jadi boomerang banget buat kita, gaes. Makanya Youthmanual berkali-kali mengingatkan, di era media sosial begini, banyak hal yang nggak bisa sembarangan kamu publish.

Misalnya Kak Tisam, salah satu penulis Youthmanual, malah bilang bahwa dia lagi berusaha untuk meninggalkan media sosial. Alasannya bermacam-macam, dari karena medsos bikin waktunya banyak terbuang, karena medsos membuatnya jadi jauh dari orang-orang terdekat, sampai karena medsos membuatnya jadi malas baca buku. Baca, deh, cerita Kak Tisam di artikel ini.

Nggak cuma untuk alasan pribadi, lho. Kadang, media sosial juga bisa berbahaya buat masa depan kamu.

Kak Novita Imelda, Director of Operations di Female Daily Network yang bertanggung jawab terhadap Human Resources and Recruitment, bercerita tentang proses seleksi kandidat pekerja di perusahaannya.

"Setelah membaca cover letter serta CV kandidat yang potensial, saya pasti akan googling namanya. Trus, lihat-lihat akun medsos dan posts-nya, deh. Biasanya dari situ karakter orangnya akan kelihatan. Setelah itu baru diputuskan, apakah kandidat tersebut akan dipanggil wawancara atau nggak."

Nggak hanya Kak Novita, HRD atau bagian penerimaan perusahaan atau organisasi lain juga melakukan hal serupa. Gimanapun juga, pekerja dan mahasiswa merupakan refleksi perusahaan dan universitas, sehingga mereka tentunya nggak mau memasukkan orang-orang yang berisiko memberikan image jelek.

Dengan kata lain, peluang kerja di tempat impian atau kesempatan beasiswa kamu bisa aja hilang gara-gara sebiji post “ngasal” di medsos. Huft!

Memang, sih, di media sosial, kita gampang banget mengungkapkan berbagai hal, termasuk rasa tidak suka kita terhadap suatu hal. Fitur komen, misalnya, bisa jadi “corong” kritik, bahkan sampai menciptakan efek yang sangat besar. Selebgram Karin Novilda sampai Mendikbud Muhadjir Effendy aja bisa “jatuh” karena komen-komen di medsos.

Ketika kita memberikan komentar di medsos, kita merasa “aman” untuk mengeluarkan isi hati sepuasnya. Hal ini bisa menimbulkan perasaan power trip atau sok jago dalam diri kita. Tapi salah-salah, kita bisa kena tampar, pukul dan tendang oleh orang-orang yang tersinggung, seperti dalam kasus Riska.

Kalau kamu sudah merasa terganggu oleh sebuah pertemanan di media sosial, saran saya kamu mending unfriend atau unfollow orang tersebut. Dalam keadaan-keadaan semacam ini, kamu boleh banget unfriend teman kamu tersebut di media sosial.

Kebijakan kita dalam menggunakan media sosial juga harus dilihat dari sisi ketika kita menerima informasi. Menurut Mas Wisnu Nugroho—editor Harian Kompas—skeptis adalah sikap yang pentiiiing banget untuk dimiliki semua orang, baik para konsumen maupun produsen media. Mas Wisnu yang sudah bekerja di bidang media selama 15 tahun ini bilang, beliau selalu skeptis di era banjir informasi ini.

Terlalu banyak informasi di media sosial yang bisa bersifat hoax alias palsu. Masalahnya, hari gini, gampang banget mengedit suatu foto kemudian di-post dengan kalimat yang provokatif. Karena itu, kita harus menyaring setiap informasi yang kita baca.

Jadi apa aja yang nggak boleh kita post ke media sosial?

1. Post hal-hal kasar berbau politik dan menyinggung SARA

2. Post hal-hal pornografi atau image yang provokatif

3. Post hal-hal yang menunjukkan kebencian

4. Post hal-hal (yang nyerempet) kriminal

5. Marah-marah dan komplen mengenai teman kerja, apalagi atasan

6. Mengeluh tentang masalah (terlalu) pribadi

7. Komunikasi dan tata bahasa yang buruk

8. Post hal-hal konyol lainnya, apalagi yang menyinggung orang lain.

Kenapa hal-hal tersebut nggak boleh di-post? Baca alasannya di sini.

Terakhir, lihat deh poster-poster tentang kecanduan media sosial yang berbahaya buat kehidupan kita. Jangan sampai kita terlalu terjerumus ke kehidupan maya dan akhirnya berantakan di kehidupan nyata.

(sumber gambar: wronghands1.wordpress.com, Kompas, media.npr.org)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 27 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 1 bulan yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1