Profesiku: Content Creator, Andra Alodita

Dalam seri "Profesiku", kamu bisa kenalan dengan berbagai profesi, lewat cerita para senior yang menekuninya. Kali ini, yuk, kenalan dengan profesi content creator bersama Andra Alodita!

Wawancara oleh: Shanti Andin

Andra Alodita, atau biasa disapa Andra, adalah seorang Content Creator yang sebelumnya lebih dikenal sebagai Fotografer. Andra yang sudah bergelut di dunia fotografi sejak tahun 2009, terpaksa berhenti di tahun 2014 karena harus fokus menjalani operasi dan program bayi tabung. Sempat dilanda stress karena nggak motret lagi, justru perjuangan Andra malah membawanya menjadi seorang content creator yang sukses!

Andra yang merupakan lulusan Desain Komunikasi Visual Universitas Pelita Harapan ini akan berbagi mengenai serba-seri profesinya kepada kamu. Cekidot, gaes!

Profesiku:

"Content creator. Bisa dibilang, profesi content creator adalah profesi yang mengharuskan kita untuk bisa menguasai berbagai macam skills. Kita harus bisa memoret, harus bisa menulis, harus bisa bekerja sama dengan berbagai pihak. Biasanya, kita juga diminta untuk menjadi influencer produk dari berbagai brands.

Content creator juga bisa datang dari berbagai latar belakang dengan media tertentu yang dipilihnya. Ada yang blogger, youtuber, instagramer dan lain sebagainya. Tergantung mereka nyamannya berkarya di media yang mana."

Tugasku sehari-hari:

"Aktifitas sehari-hari sebetulnya masih 50/50 antara content creator dan menjadi ibu rumah tangga. Soalnya, aku pengen jadi full time mom buat anakku, Aura Suri.

Biasanya pagi hari aku mengisi jurnal, buka blog, cek dan balas komen atau balas email. Nanti kalau Aura udah mulai beraktifitas, aku juga mulai beraktifitas. Kerjanya tektok-an deh sama orang kantor (Avenu) yang menjadi tim manajemen aku terkait beberapa projects yang aku pegang.

Biasanya akan ada screening dan brain storming soal keinginan perusahaan dan keinginanku. Gimanapun juga, aku tetep pengen menyampaikan produk sesuai dengan gaya dan kepribadianku. Tapi tentunya tetap sejalan sama tujuan perusahaan yang mengontrak aku.

Minimal dua kali dalam sebulan, biasanya aku pemotretan dan syuting. Terus aku juga suka mengisi workshop atau talkshow yang biasanya menghabiskan waktu seharian."

Alasan memilih profesi ini:

"Sebetulnya aku dari dulu emang udah punya blog, cuma bentuknya lebih ke visual diary, alias lebih banyak fotonya. Setelah berhenti motret (harus operasi dan program bayi tabung), akhirnya blogku diisi dengan tulisan untuk mengisi waktu luang.

Jujur aja, aku sempet depresi ketika divonis harus operasi dan berjuang menjalani program bayi tabung. Atas saran kakak iparku, pengalamanku ini ada baiknya ditulis di blog. Karena pasti banyak banget orang di luar sana yang mungkin punya pengalaman sama.

Berawal dari sharing, lalu viral, beberapa tulisanku kemudian jadi trending. Kesempatanpun mulai banyak terbuka, termasuk ketemu dengan Avenu. Akhirnya, banyak kerjasama berupa konten yang aku kerjakan. Kalau hobi yang kita lakukan bisa jadi uang, aku pikir ya kenapa nggak?"

Pengalaman menarik ketika menjalani profesi ini:

"Bekerja sama dengan berbagai brands besar dan ketemu orang-orang positif yang akhirnya mengubah aku menjadi orang yang lebih positif juga.

Andra yang dulu sama yang sekarang beda banget, lho. Dulu aku orang yang terlalu mementingkan hal-hal materialistis. Pokoknya harus keren, bergaul dengan teman-teman yang keren juga, harus punya tas mahal, dan lain sebagainya. Sikap kayak gitu diiringi dengan rasa gampang marah, membandingkan, menyalahkan orang lain, dan sangat melelahkan.

Tapi begitu aku harus operasi dan program bayi tabung, rasanya kayak disamber geledek. Makanya aku bangga banget dengan program aku, karena itu bukan cuma perjuangan untuk dapat Aura tapi juga perjuangan menemukan diri aku yang lebih baik. Seriring dengan perubahan aku menjadi orang yang lebih positif, pintu untuk bertemu dengan orang-orang yang positif juga terbuka lebih lebar lagi."

Setiap caption untuk sponsored post dipikirkan secara matang oleh Andra. Ia harus mengenal produk dan perusahaan tersebut sebaik mungkin supaya bisa mewakili produk dengan baik.

Modal utama untuk menjalani profesi ini:

Modal yang dibutuhkan pastinya PASSION.

Skill bisa dilatih, networking bisa dicari. Tuhan itu Maha Kreatif, jadi kita nggak usah khawatir nggak bisa berkreasi. Semua bisa dipelajari asal kita punya passion. Apalagi, zaman sekarang semua serba gampang. Pake smartphone aja udah bisa ngedit foto dengan canggih.

Menurutku, yang penting adalah terus berkarya aja. Hal sekecil apapun merupakan sebuah karya, kok. Jadi aku percaya semua orang bisa berkarya."

Miskonsepsi paling umum mengenai profesi ini:

"Aku sering dianggap cuma dandan-dandan doang, upload, dapet duit. Padahal, menjadi content creator atau influencer nggak segampang itu, lho. Nggak bisa cuma terima email, terima barang terus promosi. Kita harus tahu dulu ini perusahaannya bergerak di bidang apa, udah berapa lama, produknya gimana, pesan apa yang ingin mereka sampaikan lewat produk ini dan lain sebagainya. 

Makanya dalam satu bulan, aku hanya akan megang beberapa projects aja. Nggak bisa asal ambil semuanya. Kerjasama yang diambil juga yang Andra Alodita banget. Bedanya content creator sama yang cuma endorse-endorse doang ya kita memang sangat serius menerima pekerjaan. Dipikirkan matang-matang konsep kreatifnya.

Oh iya, kalau content creator profesional juga pasti sudah taat pajak. Setiap kerjasama komersil sudah dihitung dan dibayarkan pajaknya. Jadi apapun yang kita lakukan di media sosial, harus dipastikan bertanggung jawab untuk audience dan untuk pemerintah"

Proses bekerja sama dengan content creator profesional memang sedikit ribet, tapi hal ini dilakukan agar brand besar bisa percaya pada kredibilitas sang influencer

Tips untuk anak muda yang ingin menekuni profesi ini:

"Mungkin, pekerjaan content creator memang belum bisa diterima sama orang tua kita. Waktu aku jadi fotografer juga orang tuaku sempat khawatir. Bisa nggak, nih, Andra hidup dari profesi kayak gini. Satu-satunya jalan ya kita harus ngasih pembuktian. Misalnya, kasih lihat ke orang tua kalau foto kita atau karya kita yang lain masuk media. Cerita ke mereka soal perjuangan kita dan kegiatan yang kita lakukan sehari-hari. Sesekali, bisa juga traktir mereka makan dari penghasilan kita. Hehehe...

Pokoknya, kita harus tetap positif menghadapi segala emosi dan kejadian yang menimpa hidup kita. Shit happens, tapi kalau kita bisa mengenali diri sendiri, mengenali emosi, tahu bagaimana bersikap positif, it turns out to be great chances."

 

(Sumber gambar: Instagram @alodita)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
Al havis Fadilla rizal | 22 hari yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 1 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 1 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
AtomyFirst Chanel | 1 bulan yang lalu

Open PP @houseofshirly foll 427k @Idea_forhome foll 377k @myhomeidea_ foll 270k. Harga Paket lebih murah. DM kami yaa..

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1